25 radar bogor

Tunggu Perda RTRW Rampung, Ramai-ramai Dukung KRB Warisan Dunia

Kebun Raya Bogor

BOGOR–Untuk memuluskan langkah pengusulan Kebun Raya Bogor (KRB) menjadi warisan dunia atau World Heritage Site UNESCO, ada beberapa ganjalan yang perlu diselesaikan. Salah satunya, menunggu rampungnya Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor.

Namun, Kepala Bidang Perencanaan Fisik dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor Sonny Rijadi mencoba menghapus kekhawatiran soal itu.
”Setelah RTRW direvisi, tidak mengubah peruntukan wilayah KRB,” jelasnya kepada Radar Bogor, kemarin (24/1).Sebab, dalam RTRW, KRB tetap dalam ruang terbuka hijau. ”Namanya juga Kebun Raya,” sambungnya.

Ia memastikan, tidak ada pertentangan antara revisi Perda RTRW dengan apa yang diusulkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu kepada UNESCO. Justru, menurutnya, ketika Perda RTRW rampung akan memperkuat usulan tersebut.

Sonny mengatakan bahwa pembahasan revisi Perda RTRW ini masih dalam proses pembahasan. Meski secara dokumen sudah selesai, perlu terlebih dahulu dibahas bersama DPRD Kota Bogor, kemudian harus ada persetujuan substansi dari Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Provinsi dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR).

“Kami dari Bappeda sudah melayangkan surat sejak Oktober lalu ke DPRD. Jadi, kami coba menembus semua terkait pengesahan itu, namun semua masih berproses,” terangnya.

Sementara itu, warga Bogor ramai-ramai memberi dukungan. Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah, Yusfitriadi, sepakat jika KRB dijadikan kebun yang menjadi warisan dunia.

Ada beberapa hal yang menurutnya KRB layak menerima hal itu. Pertama, pohon dan taman di dalamnya merupakan miniatur taman yang ada di dunia.

“Kebun Raya Bogor adalah hutan yang berada di tengah-tengah kota dan sangat mudah diakses. Kemudian sebagai jantung hutan di tengah kota untuk menyerap air ketika musim hujan sehingga tidak banjir di sekitar Kota Bogor,” kata pria yang juga peneliti senior Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) itu.

Senada, salah satu aktivis Kota Bogor, Dayat Hidayat mengaku bangga atas usulan tersebut. Menurut dia, usulan itu membuktikan bahwa Kota Bogor bukan hanya Kota Hujan melainkan kota yang memiliki potensi besar dalam persaingan dengan kota-kota di negara lainya. Sebab, Kota Bogor juga bisa menjadi kota hijau dengan simbol Kebun Raya-nya.

Di tempat terpisah, mahasiswa IPB, Megah Mediawati menganggap banyaknya turis mancanegara yang datang ke KRB, membuktikan bahwa KRB berada di level dunia. “KRB memang pantas manjadi warisan dunia. Jadi, bukan hanya menjadi kota hujan, tetapi juga layak menjadi salah satu warisan dunia,” kata Megah.

Seperti diberitakan sebelumnya, LIPI mengusulkan jantung Kota Hujan ini untuk menjadi World Heritage Site UNESCO. Gagasan tersebut selambat-lambatnya akan terwujud pada 2020 mendatang.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Enny Sudarmonowati mengaku akan mengusulkannya pada UNESCO akhir bulan ini. Ia meminta dukungan Pemkot Bogor, terutama komitmen berupa rancangan RTRW yang tidak mengubah zonasi dari Kebun Raya Bogor. Kemudian membuat perda yang mengatur transportasi serta PKL.(fik/c)