25 radar bogor

Februari, Kemenkes ”Suntik” Bogor

Ilustrasi pasien difteri dirawat (tim grafis Radar Bogor)
Ilustrasi pasien difteri dirawat (tim grafis Radar Bogor)

BOGOR–Buruknya pema­haman sebagian masyarakat ter­kait imunisasi menjadi biang pe­nyebaran difteri. Dinas Kese­hatan (Dinkes) Kabupaten Bo­gor mencatat, 70 persen sus­pect difteri belum pernah divaksinasi atau belum lengkap rentetan imunisasinya.

”Ada yang belum pernah divaksinasi atau bahkan tidak tahu pernah diimunisasi atau belum. Itu karena orang tua yang bersangkutan sudah lama meninggal,’’ ujar Sekretaris Dinkes Kabupaten Bogor Erwin Suriana kepada Radar Bogor kemarin.

Erwin menjelaskan, sepanjang 2017 hingga awal 2018, sudah ada 26 laporan kasus dugaan difteri di Bumi Tegar Beriman. Sama seperti Kota Bogor, difteri tak hanya menyerang balita. Tapi juga menyasar remaja dan dewasa. Dari 26 laporan itu, tiga di antaranya positif difteri setelah diperiksa laboratorium, dan dua di antaranya meninggal dunia. “Kalau yang satu sudah sembuh,” kata Erwin.

Laporan yang masuk ke dinas kesehatan berasal dari 23 desa di 13 kecamatan se-Kabupaten Bogor. Karenanya, Erwin memastikan tenaga medis di Kabupaten Bogor telah diberi pelatihan khusus untuk menangani pasien dengan gejala-gejala difteri. “Supaya bisa memeriksa dengan tepat. Jadi, dokter pemeriksa diberi pemahaman yang sama tentang menentukan suspect difteri,” kata Erwin.

Dia juga mengingatkan, vaksin difteri di puskesmas, gratis. Masyarakat tidak perlu takut dan ragu untuk segera membawa putra-putri mereka. Diakui Erwin, memang ada rumah sakit swasta yang membanderol harga pada vaksin difteri. Itu, menu­rutnya, tergantung kebijakan masing-masing rumah sakit.

“Sekarang ada namanya Outbreak Response Immu­nization (ORI), imunisasi serentak dan gratis. Kabupaten Bogor termasuk dalam perhatian kementerian kesehatan,’’ ujarnya.

Terpenting, imbuhnya, masyarakat wajib menjaga kebersihan lingkungan dan berperilaku hidup sehat dan bersih. Kemudian jika ada indikasi seperti gejala difteri, tak perlu ragu untuk segera datang ke puskesmas atau rumah sakit. ”Jangan didiamkan, jangan disepelekan, segera berobat,’’ cetusnya.

Erwin mengaku belum mendapat informasi lanjut terkait berapa banyak masyarakat Kabupaten Bogor yang belum menerima vaksin difteri. Hanya saja, kata Erwin, banyak masyarakat yang ragu apakah dirinya sudah pernah diimunisasi atau belum.

“Karena mungkin juga orang tua bercerai entah ke mana, orang tua lupa, hal seperti itu. Tapi jika begitu keadaannya, lebih baik vaksin lagi, dobel pun tidak masalah. Kita harus bersikap antisipatif, siapa tahu penularannya ke daerah kita, jadi harus tetap waspada,” cetusnya.

Terpisah, Kepala Seksi Surveilans Dinkes Kabupaten Bogor Adang Mulyana menyebut, selama ini banyak dokter yang terlalu cepat mendiagnosis pasien terjangkit difteri jika ditemukan gejala tenggorokan bengkak, deman, dan sulit menelan. Padahal, untuk memastikan itu harus melalui uji laboratorium. ”Kurang lebih 128 dokter pemeriksa dari semua rumah sakit di Kabupaten Bogor sudah diberi pemahaman. Agar ke depannya mendapat pemahaman yang sama dalam melakukan pemeriksaan awal. Belum tentu difteri,” kata dia.

Adang menambahkan, atas puluhan kasus di Kabupaten Bogor, Kementerian Kesehatan telah menginstruksikan wilayah ini sebagai target gerakan ORI difteri.

Sasarannya adalah semua anak usia 1-19, wajib vaksin difteri. Akan tetapi, Pemkab Bogor masih menunggu vaksin itu datang dan disebar ke puskesmas di seluruh kecamatan di Bumi Tegar Beriman. “Kami masih menunggu. Yang pasti di setiap puskesmas akan membuka posko. Vaksin pun gratis,” tegas Adang.

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bogor Adang Suptandar mengimbau orang tua segera mengantar anak-anaknya untuk mendapatkan vaksin difteri.
Rencananya, kata dia, Imunisasi ORI Difteri digelar Februari mendatang. “Sesuai edaran Kemenkes terbaru, Kabupaten Bogor tahun ini akan melaksanakan ORI. Hasil rapat di Bandung belum lama ini, ORI dilakukan pada Februari setelah logistik dari Kemenkes sudah dikirim,” tandasnya.

Diberitakan koran ini sebelumnya, angka penderita difteri di Kota dan Kabupaten Bogor terus bertambah. Bukan hanya balita, pasien positif difteri justru mayoritas remaja. Sepanjang Desember 2017 hingga pertengahan Januari ini, sudah tiga remaja positif difteri dan satu remaja suspect difteri di Kota Bogor. Mereka berasal dari wilayah dekat perbatasan dengan Kabupaten Bogor yakni Bogor Timur, Bogor Utara, dan Bogor Selatan.

Kabid Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Bogor dr Lindawati menjelaskan, rangkaian imunisasi pada manusia, yakni bayi usia dua bulan, tiga bulan, dan empat bulan. Kemudian, imunisasi ulangan pada usia 18 bulan, dan kelas 1, 2, dan 5 SD pada saat bulan imunisasi anak sekolah. ”Total tujuh kali imunisasi. Dengan imunisasi lengkap, insyaallah kekebalan tubuh akan terbentuk,’’ jelasnya.

Kementerian Kesehatan RI memastikan vaksin difteri telah disiapkan untuk disebar ke daerah-daerah termasuk Bogor. Sub­dit Surveilans Kemenkes RI dr Nancy memastikan pekan depan akan segara men­distri­busikan kebutuhan vaksin difteri di daerah-daerah seluruh Indonesia terutama daerah yang ditetapkan KLB Difteri seperti Jawa Barat. ”Kita dari Kemenkes lagi ada beading pengadaan vaksin. Insyaallah minggu depan vaksin akan kita distribusikan ke daerah-daerah,” ungkapnya.(ric/wil/d)