25 radar bogor

Strategi Pakar IPB Kurangi Dampak Sampah Plastik di Laut

ist PENELITIAN: Para pakar dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB meneliti sampah laut.
ist
PENELITIAN: Para pakar dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB meneliti sampah laut.

Sampah laut berasal dari sampah yang mengapung dan terbawa arus. Tanpa pengelolaan, sebagian sampah itu terbawa arus dan kembali ke laut. Dampaknya pada pulau-pulau di sekitarnya. Untuk itu, sejumlah pakar dari Institut Pertanian Bogor (IPB) meneliti sampah laut. Mereka adalah Roni Hermawan, Ario Damar, dan Sigid Hariyadi.

Pakar dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perika­nan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB itu meneliti analisis jenis dan bobot sampah laut pesisir barat Pulau Selayar, Sulawesi Selatan. Sebab, pesisir barat Pulau Selayar mendapat dampak sampah laut padat setiap musim barat (Desember-Maret).

Penelitian meliputi jenis, bobot, kepa­datan dan sebaran sampah laut; dampak dalam ekonomi, sosial dan ekosistem lingkungan; serta menyusun strategi pengelolaan sampah laut yang tepat.
”Dari hasil perhitungan rata-rata kepadatan sampah organik menurut berat adalah 4.978,3 g/m2 dan menurut jumlah potongan adalah 7,7 item/m2,” tulis rilis tersebut.

Sedangkan sampah anorganik kepada­tannya 14,3 item/m2 untuk jumlah poto­ngan dan 564,8 g/m2 untuk berat sampah. Pertambahan sampah sebesar 354,6 g/m/hari dan jumlah potongan 2,8 item/m/hari.
Dampak sampah laut terha­dap lamun dan biota dapat menye­babkan kerusakan habitat secara fisik.

Beberapa sampah laut yang terdeposit di pantai ditempeli beberapa jenis coral yang dapat meme­ngaruhi keanekaragaman biota.

“Dampak ekosistem mangrove adalah tertindihnya bibit mangrove dengan material sampah, biji mangrove terhala­ngi sampah dan gagal berke­cambah,” tulis rilis yang diteri­ma Radar Bogor. Sedangkan dampak sosialnya seperti estetika adalah berkurangnya wisatawan.

Menurut para peneliti, penge­lolaan sampah oleh masyarakat yang paling tinggi adalah penggunaan sampah sebagai bahan bakar sehari-hari. Hanya sebagian kecil, 8–28 persen, yang memanfaatkan sampah lebih lanjut agar nilai ekonomis dan fungsi sampah lebih tinggi.

Sehingga strategi pengelolaan sampah laut dapat dilaksanakan dengan pendekatan 3R+P (recycle, reuse, recovery energy dan participant). Potensi sampah laut jika diolah dengan baik dapat menguntungkan secara ekonomi, melalui model usaha daur ulang. Bahkan, daur ulang sampah plastik dapat menghasilkan keuntu­ngan sebesar Rp16.379.472 per bulan dari produksi 48 ton sampah plastik.

Daur ulang kayu menjadi briket arang Rp10.904.472 per 30 ton. Selain itu, pengelolaan sam­pah laut juga dapat dilaku­kan dengan peningkatan kesa­daran, pengetahuan dan kete­rampilan masyarakat dalam mengelola sampah.(rah/*)