25 radar bogor

Telusuri Kecurangan Distribusi Beras

Ilustrasi pangan
Ilustrasi pangan
MAHAL : Beras Bulog dimaksimalkan untuk menopang pasokan nasional.

KPPU terus mengumpulkan data dan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mempelajari adanya kemungkinan kecura­ngan. Hingga kini belum ada kesimpulan terkait dengan adanya praktik monopoli maupun kartel.

”Pengawasan terus kami lakukan. Kalau ada pelanggaran akan ditindaklanjuti,” kata Ketua KPPU Syarkawi Rauf, kemarin.

Syarkawi juga menyebut buruknya sistem distribusi beras. ”Terlalu panjang sehingga rawan aksi spekulasi,” ujar Syar­kawi. Dia menilai hal tersebut semakin diperburuk dengan rendahnya kredibilitas data produksi beras yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pertanian.

Solusi jangka pendek yang harus diambil, lanjut Syarkawi, antara lain, adalah mengaudit data produksi di BPS dan Kementan bersama perguruan tinggi. Lalu, optimalisasi peran Bulog dalam operasi pasar melalui peningkatan penyera­pan beras petani.

”Peran Bulog belum optimal menopang pasokan beras nasional melalui operasi pasar beras,” ujarnya.

Selain itu, pemerintah perlu menyederhanakan rantai distribusi melalui implementasi korporatisasi petani. Caranya, mengintegrasikan usaha pertanian dari hulu ke hilir. ”Pemerintah bisa mengadopsi sistem pemasaran online dalam pemasaran beras sehingga petani bisa secara langsung menjual berasnya ke konsumen akhir atau retailer tanpa melalui jalur pemasaran yang panjang,” urai Syarkawi.

Kemudian, yang tak kalah penting, harus ada pengem­bangan yang serius pada pasar induk beras nasional di sentra-sentra produksi beras nasional seperti di Sulawesi Selatan, Jatim, Jateng, Jakarta, Jabar, dan Sumut.

”Pasar induk diharapkan dapat menjadi sumber referensi ketersediaan atau pasokan dan harga beras nasional,” ucapnya.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Siti Kuwati menyebutkan bahwa pihaknya telah melakukan persiapan untuk menyerap beras petani pada masa panen yang diprediksi jatuh di bulan Februari-Maret.

”Bulog siap menyerap kapan saja, sepanjang beras hasil panen memenuhi standar kua­litas yang ditetapkan pemerintah melalui Inpres Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah atau Beras dan Penyaluran oleh Peme­rintah,” ungkap Siti saat dihubungi kemarin (14/1).

Siti menambahkan, Bulog siap menyerap sebesar berapa pun yang ditugaskan peme­rintah untuk operasi pasar. ”Untuk penugasan sebagaimana inpres tadi, sesuai target 2,7 juta ton setara beras tahun 2018,” katanya.

Berdasar data terbaru yang dipublikasikan Bulog, saat ini Bulog menyimpan stok beras sekitar 958 ribu ton. Stok tersebut akan digunakan untuk memenuhi perluasan operasi pasar yang dilakukan pemerintah mulai Januari hingga Maret.

Operasi pasar yang dilakukan Kemendag dan Bulog, yang sebenarnya sudah dimulai November dan Desember 2017, belum berhasil memukul mundur harga beras di pasar. Harga beras, khususnya beras medium, justru terus merangkak meninggalkan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp9.450 per kilogram.
Sampai kemarin, harga rata-rata beras medium di pasar tradisional Jakarta adalah Rp10.763–Rp11.690 per kilogram.

Sementara itu, pelaku usaha ritel modern masih cukup patuh menjual beras sesuai HET beras premium, yakni Rp12.800 per kilogram. Meski, ada juga beberapa beras yang dijual di atas HET. Pantauan di beberapa ritel modern seperti Superindo, Alfamidi, dan sejenisnya, harga beras Rp120.000–Rp128.000 untuk kemasan 10 kilogram. Sementara itu, untuk kemasan 5 kilogram, rata-rata beras dijual dengan harga Rp64.000–Rp75.900.

Menteri Perdagangan Enggar­­tiasto Lukita menya­takan, operasi pasar dilakukan untuk meredam harga, khususnya di pasar tradisional.(agf/c10/sof)