25 radar bogor

Bogor Sehat Bogor Cerdas

Ade Yasin Munawaroh

Salah satu indikator yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan suatu daerah dalam mem­bangun sumber daya ma­nusia adalah indeks pemba­ngu­nan manusia (IPM) atau hu­man development index. Ber­dasarkan IPM, pembangunan sumber daya manusia khususnya di Kabupaten Bogor menun­jukkan hasil yang belum meng­gembirakan.

Data yang saya dapat, Kabu­paten Bogor saat ini menduduki posisi 10 daerah termiskin dari 27 kota/kabupaten se-Provinsi Jawa Barat. Pada data 2016 itu, penduduk miskin masih mencapai 8,92 persen dari total jumlah penduduk mencapai 5,6 juta jiwa.

Angka 8,92 persen masyarakat miskin Kabupaten Bogor memang masih di bawah rata-rata nasional yang mencapai 11,13 persen dan Provinsi Jawa Barat 9,57 persen. Namun, jumlah itu masih lebih tinggi daripada penduduk miskin di Kabupaten Bandung yang hanya mencapai 8 persen.

Salah satu wilayah yang paling kecil IPM-nya adalah Kecamatan Sukamakmur. Kecamatan ini merupakan kecamatan paling kecil IPM hanya 51,51 menduduki posisi 40 dari 40 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor.

Rendahnya IPM ini salah satu indikatornya dipengaruhi oleh masih rendahnya status kese­hatan dan pendidikan. Padahal, keberhasilan pembangunan suatu daerah sangat tergantung kepada daerah itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif.

Betapa pun kayanya sumber alam yang tersedia bagi suatu daerah tanpa adanya sumber daya manusia yang tangguh maka sulit diharapkan untuk berhasil membangun daerah itu sendiri (Anonymous, 2011).

Oleh sebab itu, visi misi saya maju menjadi calon Bupati Bogor 2018–2023, salah satunya mencanangkan program Bogor Sehat dan Bogor Cerdas. Tujuan dari program ini adalah untuk peningkatan kesejahteraan rakyat.

Khususnya menyasar pada keluarga miskin dan rentan miskin di Kabupaten Bogor. Baik program “Bogor Cerdas” maupun “Bogor Sehat” nanti akan dibuat sebuah sistem. Program Bogor Cerdas, misalnya. Ini akan menyentuh warga yang ingin menyekolahkan anaknya yang berusia 7-18 tahun secara gratis.

Mereka yang mendapat program ini akan diberikan dana tunai secara reguler yang tersimpan dalam fungsi kartu untuk bersekolah secara gratis tanpa biaya.

Program ini sendiri akan ditujukan kepada warga Kabupaten Bogor yang kurang mampu di 40 kecamatan. Baik yang telah terdaftar maupun yang belum terdaftar di sekolah maupun madrasah.

Dengan program ini diharapkan angka putus sekolah bisa turun drastis. Selain menghindari anak putus sekolah, program ini juga dibuat untuk bisa menarik kembali siswa yang telah putus sekolah agar kembali bersekolah.

Bukan hanya tentang biaya administrasi sekolah, program ini juga bertujuan untuk membantu siswa memenuhi kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran. Lebih luas lagi, program ini juga sangat mendukung untuk mewujudkan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pendidikan Menengah Universal/Wajib Belajar 12 Tahun.

Sama halnya dengan program Bogor Sehat. Program ini pun berfungsi sebagai jaminan kesehatan, yang dapat digunakan untuk mendapatkan layanan kesehatan gratis di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan, sesuai dengan kondisi penyakit yang diderita. Program ini merupakan perluasan dari program Jaminan Kesehatan Nasional yang diluncurkan pemerintah pusat.

Bagaimana prosedur pelayanan dari program Bogor Sehat ini? Prinsipnya sama yakni tetap menggunakan sistem rujukan berjenjang. Untuk kontak pertama, peserta memperoleh pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) di mana yang bersangkutan terdaftar.

Jika perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut, maka dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Dalam kondisi gawat darurat medis, peserta dapat langsung memperoleh pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.

Mengapa program sosial ini menjadi begitu penting? Karena saya memahami bahwa ini merupakan investasi sumber daya manusia, bagian dari persiapan kita mengha­dapi bonus demografi di tahun 2025–2030. Pada periode itu diperkirakan penduduk usia produktif Indonesia paling besar.

Anak-anak di Kabupaten Bogor semuanya harus pintar. Jangan sampai ada yang kurang gizi. Itu tidak boleh. Harus sehat, pandai, pintar. Ini yang saya harapkan. Karena ke depan persaingan akan semakin ketat. (*)