BOGOR–Polsek Tanahsareal masih memburu beberapa pelajar yang terlibat dalam aksi perusakan SMK Yayasan Pendidikan Islam (Yapis), Kamis (11/1). Kedua pelajar yang kabur usai mengobrak-abrik SMK Yapis itu, belakangan diketahui berasal dari SMK PGRI 2 Kota Bogor dan SMK Karya Nugraha.
”Iya (masih dalam pengejaran, red). Paling dua–tiga orang,’’ ujar Kapolsek Tanahsareal, Kompol Muis Effendi kepada Radar Bogor kemarin (12/1).
Menurut Kompol Muis, polisi baru mengamankan sembilan pelajar yang menyerang SMK di bilangan Ahmad Yani, Kecamatan Tanahsareal tersebut. Kini, kesembilan pelajar yang ditangkap masih berada di mapolsek.”Hasil pemeriksaan sementara, mereka tersulut provokasi,’’ kata Muis.
Para pelajar perusak sekolah itu mengira pelaku tawuran yang menewaskan siswa SMK PGRI 2 Kota Bogor, Yudi Saputra (17) di Citeureup, 2 Januari lalu, berasal dari SMK Yapis. ”Dia kira Yapis yang melakukan, padahal kan belum tentu. Karena pelakunya belum ditangkap,’’ terangnya.
Kepala SMK Yapis, Rohmah Komalawati, menganggap kejadian perusakan itu sebagai bentuk silaturahmi. Hanya saja, dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Lanjutnya, dunia pendidikan bukanlah sekadar tanggung jawab sekolah, tapi perlu ditekankan bahwa peranan orang tua untuk pembentukan akhlak murid sangat diperlukan.
”Sekarang mau salahkan siapa? Tidak ada yang harus disalahkan. Bicara mengenai pendidikan, banyak yang harus kita dudukkan bersama. Ini merupakan PR kita bersama, anak merupakan fitrah suci yang harus kita jaga,” ujarnya.
Lala –sapaan Rohmah Komalawati– menegaskan bahwa ke depannya, SMK Yapis hanya akan melakukan konsolidasi bersama dengan jajaran internal. Artinya, pihaknya hanya akan lebih terfokus mengamankan lingkungan sekolah untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi murid.
”Semoga kejadian kemarin memberi kesadaran bagi anak-anak untuk bisa sadar dan jadi baik ke depannya. Untuk para pendidik, jadikanlah anak-anak kita, orang. Agar mereka dapat merasakan dianggap ada,’’ ujar Lala.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kamis (11/1), gerombolan pelajar dari dua sekolah merangsek masuk pagar SMK Yapis yang saat itu sedang ditutup rapat. Setelah berada area sekolah, mereka merusak majalah dinding (mading) berlapis kaca, jendela ruang perpustakaan, serta sejumlah pot kembang. Salah seorang pelaku F (17), siswa kelas XII sebuah SMK swasta, mengaku terang-terangan menyerang SMK Yapis karena motif balas dendam kasus tawuran di Citeureup.(fik/cr2/d)