25 radar bogor

106 Pohon Rawan Tumbang

BOGOR–Awal 2018 diprediksi menjadi puncak curah hujan tertinggi dalam jangka waktu setahun ke depan. Masyarakat diminta waspada atas potensi bencana yang kerap terjadi di musim hujan. Berdasarkan data Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperumkim) Kota Bogor, ada sebanyak 106 pohon yang rawan tumbang.

Kasi Pemeliharaan Taman pada Disperumkim Kota Bogor, Erwin Gunawan menjelaskan, hingga akhir 2016 lalu, pihaknya sudah memeriksa 338 pohon yang ada di Kota Hujan.

Dari hasil pemeriksaan, ia bagi menjadi tiga kategori berdasarkan risiko. Risiko rendah sebanyak 168 pohon, risiko sedang 64 pohon, sedangkan risiko tinggi sebanyak 106 pohon.

Selain pendataan, Bidang Pertamanan Disperumkim juga melakukan perawatan khusus terhadap pohon-pohon berisiko tinggi maupun sedang. Caranya dengan di-pruning, yakni memangkas sekeliling batang pohon. “Dipangkas sekelilingnya, yang tadinya ada cabang dipangkas. Kategori risiko tinggi harus di-pruning. Kategori sedang pun kalau posisi pohonnya miring, di-pruning juga,” jelasnya.

Bukan hanya itu. Jika dirasa sudah membahayakan, batang pohon tersebut akan dipangkas sebagian (toping), kemudian menyisakannya beberapa meter. Seperti pada pohon randu yang ada di depan Rumah Sakit PMI.

“Untuk meminimalisasi terjadinya bencana. Sebagai manusia yang diberi kemampuan untuk berpikir, maka kita laksanakan metode ini. Adapun nanti apa yang terjadi, sudah kuasa tuhan, tidak bisa kita hindari,” kata Erwin.

Dari beberapa pohon berisiko tinggi, sebagian besarnya ada di tepian Jalan Ahmad Yani sekitar 40 pohon. Sementara, tertinggi kedua ada di tepian Jalan Semeru dengan total 26 pohon.

Di Kota Bogor sendiri, diperkirakan ada sebanyak 14 ribu pohon. Namun, baru 338 pohon yang sudah diperiksa dan masuk dalam program kartu tanda pohon (KTP). Artinya, masih ada sekitar 13.662 pohon yang belum ber-KTP.

Pohon yang masuk daftar prioritas untuk diperiksa yaitu yang berdiri di tepian jalan protokol serta diperkirakan sudah berumur tua. Seperti fokusnya kini tengah memeriksa pohon di sekitaran sistem satu arah (SSA) Kebun Raya Bogor (KRB).

Erwin juga menyinggung soal pohon yang tumbang di Jalan Jalak Harupat, dekat Istana Bogor, beberapa waktu silam. Menurut dia, kejadian tersebut seutuhnya karena bencana. “Untuk dua bulan terakhir, kami akan fokus memeriksa jalan protokol yang di dalamnya masuk lingkaran KRB,” ungkapnya.

Terpisah, Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor, Budi Suhardi, memperkirakan puncak musim hujan di Kota Bogor akan terjadi pada Januari hingga Februari 2018 mendatang.

Pada puncak hujan tersebut, intensitasnya masuk kategori sangat lebat, yakni di atas 100 mm per hari atau di atas 20,0 mm/jam. “Intensitas hujan sebanyak itu masuk kriteria curah hujan ekstrem,” ujarnya dalam analisis dan prakiraan hujan yang diterima Radar Bogor.

Pada umumnya, kata dia, curah hujan di Bogor yang termasuk kategori tinggi, yakni kurang lebih 301 mm di bulan Januari 2018. Namun, kategori tinggi di atas 500 mm, diperkirakannya akan terjadi di Kabupaten Bogor, yakni Nanggung, Leuwiliang, dan Pamijahan.

Budi mengatakan, curah hujan ekstrem dengan intensitas hujan disertai petir dan angin kencang juga perlu diwaspadai masyarakat Kota Bogor. Terutama beberapa wilayah seperti Bogor Barat, Bogor Selatan, Bogor Utara, dan Bogor Timur. “Hujan lebat, angin kencang, dan petir juga bisa terjadi di masa transisi,” pungkasnya. (fik/c)