25 radar bogor

Bima Lirik Direktur KPK

Bima Arya dan Dedie A Rachim
Bima Arya dan Dedie A Rachim

BOGOR–Jelang akhir tahun, Bima Arya memberikan kejutan. Sebab, pria yang kini masih menjabat wali kota Bogor itu sudah terang-terang­an membocorkan identitas bakal calon wakil wali kota yang akan mendampinginya pada Pilwalkot Bogor 2018.

Di sela-sela kegiatan ngobrol santai bareng wartawan, kemarin (28/12) politisi PAN itu menyebutkan figur yang dimaksud berinisial D, lelaki, nonpartai politik.

“Orang Bogor asli, orang tuanya, kakek-neneknya Bogor, dan bukan imigran,” ucapnya.

Selain itu, ia beralasan mengapa memilih figur yang sampai saat ini belum disebutkan secara utuh. “Lurus, lempeng, dan berintegritas,” sebutnya.

Ia berharap, pasangan yang telah dipilihnya tersebut akan segera deklarasi dan ditargetkan awal Januari 2018. “Pertimbangan saya jauh berbeda dengan tahun 2013. Dulu yang penting menang, mau pasangan dengan Usmar Hariman, Dodi, atau Aim, tapi sekarang tidak bisa sesederhana itu,” ujar Bima kepada Radar Bogor, kemarin.

Untuk perahu koalisi, ia meyakini masih bersama dengan partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). “Insyaallah, Demokrat bersama-sama,” ucapnya.

Terkait dengan koalisi yang nantinya terbangun, sambung dia, belum tentu sama dengan yang digagas Gerindra, PKS, dan PAN. Mengenai empat figur yang mendaftar di DPD PAN Kota Bogor, Bima enggan memberikan penjelasan.

“Saat itu (DPP, red) memberikan arahan untuk disesuaikan, tapi politik itu dinamis, yang mendaftar sudah deklarasi juga, itu harus dibaca DPP,” ujarnya.

Saat ini, ia mengaku harus memikirkan tentang bagaimana kondisi politik di Kota Bogor tetap stabil dan nyaman. Selain pertimbangan dekat dengan DKI Jakarta dan aktivitas Presiden Joko Widodo, Pilkada serentak 2018 menjadi barometer politik di tingkat nasional.

“Saya tidak mau Pilkada 2018 memberikan bekas yang mendalam bagi warga. Saya berikhtiar, situasi politik tetap maslahat dan tidak membelah. Harus hati-hati sekali, salah pilih pasangan, koalisi, dan angkat isu bisa dalam bekasnya,” paparnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, orang yang jadi pendampingnya sudah pasti memiliki kans untuk melanjutkan kepemimpinannya di Kota Bogor.

“Orang ini (wakil) harus pas dan memberikan kontribusi ketika pemenangan, keseim­bangan dan berkesinambungan saat menjalankan pemerintahan,” ujarnya.

Ia tak menampik jika bangunan politik yang ditatanya tidak berdasarkan kemauan pribadinya, melainkan disesuaikan dengan konstelasi politik di tingkat nasional maupun lokal.

Sehingga, kata dia, jika ada bahasa PHP (pemberi harapan palsu) situasinya tidak sese­derhana itu. Ada juga keinginan partai untuk menyelaraskan koalisi dari tingkat nasional, provinsi, dan daerah.

“Ketika ada perbedaan, mencari posisi tawar-menawar yang jadi rumit. Tapi, fase itu akan segera berakhir dalam waktu dekat ini,” ujarnya.
Rupanya, pria berinisial D yang dimaksud Bima Arya adalah Direktur Pembinaan Jaringan Kerja Antarkomisi dan Instansi KPK, Dedie A Rachim.

Dedie memang kerap hilir mudik di Balaikota Bogor. Beberapa kali ia juga sempat diundang Bima Arya dalam seminar Pencegahan Tindak Pidana Korupsi di Lingkungan Pemkot Bogor Tahun 2014.

Ketua PDI Perjuangan Kota Bogor Dadang Iskandar Danubrata mengaku pernah berdialog dengan Bima Arya membahas soal calon wakilnya.

“Sekitar seminggu lalu, saya sudah tahu kabar bahwa Bima akan menjadikan Dedie sebagai wakil, dan saya sudah mengingatkan kepada partai lain agar tak usah berharap lagi. Tapi faktanya masih banyak yang berharap dengan petahana,” ujarnya kepada wartawan di kantor DPC PDI Perjuangan, kemarin.

Hal senada diungkapkan Ketua DPD Golkar Kota Bogor, Tauhid J Tagor. Secara pribadi dirinya mendukung Dedie sebagai calon wakil Bima di pilwalkot. “Dia (Dedie) sahabat baik saya,” katanya.

Namun, sikap partai berlambang beringin itu lebih berpeluang untuk berkoalisi dengan PDI Perjuangan. “Lawan saja (petahana, red), tidak apa-apa. Insyaallah,” tegasnya.

Sikap politik tersebut, kata dia, rencananya baru ditetapkan setelah pergantian tahun. “Kita lihat nanti, bisa saya dengan Dadang (Tagor-Dadang), Dadang saya, saya Bagus, Bagus saya, Dadang-Bagus, atau Bagus-Dadang,” paparnya.

Terkait dengan penentuan figur, ia mengaku tidak memper­masalahkan asalkan dimusyawarahkan. Sedangkan, terkait dengan partai politik yang kemungkinan bergabung, ia sedang mengusahakan NasDem dan PKB, agar bersama-sama berjuang.

Ia juga sempat menyayangkan sikap petahana yang tidak mengindahkan sejumlah figur yang mendaftar ke DPD PAN. “Kita ini semut, tapi kalau masuk kuping ngigit rasain,” tukasnya.

Sementara itu, Ketua DPD PAN Kota Bogor, Safrudin Bima mengaku tidak paham dengan pilihan yang telah ditetapkan Bima Arya. “Saya tetap fokus sama mekanisme partai,” singkatnya.

Zaenul Bangun Koalisi Besar

Lawan Bima Arya akan cukup berat. Para pimpinan partai mulai membangun koalisi baru. PPP bahkan menjadi inisiator pertemuan Demokrat, PBB, PKB, NasDem, PKS, dan Partai Hanura di Hotel Onih.

Dalam pertemuan tersebut, ada kesepakatan sejumlah pimpinan parpol bakal menggalang koalisi besar, untuk bersama-sama maju di Pilwalkot Bogor. “Ini adalah pesta demokrasi. Sudah sepantasnya, unsur partai politik bergabung dan menyamakan persepsi agar proses pilwalkot bisa berlangsung aman, lancar, dan sesuai harapan,” ujar Ketua DPC PPP Kota Bogor, Zaenul Mutaqin.

Dalam pertemuan tersebut, selain untuk menyamakan persepsi juga ada keinginan partai politik bersama-sama membangun koalisi dalam perahu yang sama. “Memang waktunya mepet, tapi dengan rasa kebersamaan yang kita miliki, hal tersebut bisa terwujud dalam waktu dekat ini,” paparnya.

Sementara itu, Plt Ketua DPC NasDem Kota Bogor, Ian Munajas menjelaskan, dalam pertemuan tujuh partai politik tersebut, bukan tidak mungkin dapat terbangun koalisi. Meski sudah dalam keadaan mendesak, diupayakan masih ada pertemuan lanjutan.

Jika tujuh partai berkoalisi, akan terkumpul 22 kursi untuk maju di Pilwalkot Bogor, yang menjadi senjata “kuat” dalam pertarungan melawan petahana. “Itu sangat luar biasa, ada sebanyak 22 kursi DPRD dari tujuh parpol itu. Jadi, terbangunnya koalisi besar untuk Pilwalkot Bogor sangat besar,” paparnya.

Ketua DPD PKS Kota Bogor Atang Trisnanto mengatakan, siap melakukan koalisi dan melakukan pertemuan lanjutan membahas hal teknis yang perlu disiapkan di Pilwalkot Bogor 2018.

Hal senada diungkapkan Ketua DPC Demokrat Kota Bogor, Usmar Hariman. “Waketum Syarief Hasan secara lisan mempersilakan kita jalin koalisi dan komunikasi intens di antara partai yang seirama, dan sampai saat ini sudah dilaporkan untuk Kota Bogor MoU dengan PKS dan Gerindra. Ditambah lagi, pertemuan sejumlah partai tentu bakal kami laporkan juga setiap perkembangannya,” ujarnya.

Sedangkan, Ketua DPC PBB Subhan Murtadla menyatakan masih menunggu pasangan Bima Arya. Sebab, keputusan rapat pleno yang dilakukan Partai PBB menghasilkan dukungan terhadap petahana.

“PBB memberikan ruang kepada Bima Arya untuk menentukan wakil dan mitra koalisi. Sampai hari ini, Bima Arya baru didukung oleh PAN 3 kursi dan PBB 1 kursi. Jadi, masih kurang untuk mengusung syarat minimal kursi dukungan. Dalam waktu dekat ini, saya punya keyakinan wakil dan mitra koalisi akan diumumkan,” pungkasnya.(ded/d)