BOGOR–Potensi pasar keuangan syariah memiliki peluang besar di Jawa Barat. Terlebih jumlah penduduk muslim di provinsi itu mencapai 40,9 juta orang.
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengatakan, banyaknya fasilitas pendukung di berbagai hal yang ada di daerah Jawa Barat, bisa menjadi pusat industri keuangan syariah di Indonesia. Di antaranya, hadirnya berbagai perguruan tinggi di Jawa Barat dengan program-program studi ekonomi berbasis syariah.
Selain itu, Jawa Barat memiliki potensi mengisi ruang kosong sumber daya manusia yang di industri keuangan syariah. Sehingga, keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten di bidang ekonomi syariah, kata dia, tak lagi menjadi hambatan.
”Jawa Barat sudah sepantasnya menjadi yang terdepan dan menjadi pusat industri keuangan syariah di Indonesia,” kata Deddy saat ditemui di Leuwiliang, Kabupaten Bogor, belum lama ini.
Dari hasil Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLK) 2016, tingkat inklusi keuangan masyarakat Indonesia naik menjadi 67,82 persen. Sedangkan, masyarakat yang berada di kelompok well literate naik menjadi 29,66 persen. Termasuk indeks inklusi keuangan Jawa Barat sudah 68,32 persen atau di atas rata-rata nasional. Lalu indeks literasi keuangan di angka 38,70, persen menjadi yang tertinggi kedua setelah DKI Jakarta.
Deddy mengatakan, indeks inklusi keuangan syariah di Jawa Barat mengalami perbaikan, yaitu mencapai 21,56 persen. Para pelaku jasa keuangan syariah, perlu memperkuat perannya dalam kegiatan sektor riil. Misalnya, pembiayaan syariah untuk industri pariwisata serta unit-unit usaha syariah potensial lainnya. Hal itu seiring meningkatnya tren halal lifestyle global. Sebab, jasa keuangan syariah terus mengedukasi dan transparan kepada masyarakat atau calon nasabah tentang karakteristik produk dan layanan jasa keuangan yang tersedia.(mer/c)