25 radar bogor

Bongkar Prostitusi Online Penyedia LGBT

BOGOR–Bisnis prostitusi online di Kota Hujan kian bertransformasi. Dari yang tadinya hanya menyediakan gadis ABG, kini menyediakan lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).

Fakta itu terungkap da­lam hasil razia yang dilakukan Wali Kota Bima Arya di Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista) dan Jalan Roda, Kelurahan Babakan­pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Sabtu (23/12).

Hasilnya, ada 14 orang diamankan, serta ditemukan alat kontrasepsi (kondom) dan gel pelumas. ”Kami melakukan investigasi karena banyak indikasi kos-kosan yang dijadikan tempat prostitusi terselubung melalui jasa online,” ujar Bima.

Razia bersama petugas gabungan Satpol PP, Dinas Sosial (Dinsos), TNI dan polisi itu, mendapati dua waria dan satu laki-laki yang tengah asyik meminum minuman keras (miras) di kamar.

Bahkan, ditemukan alat kontrasepsi (kondom) dan gel pelumas. Tidak jauh dari lokasi, Bima menemukan dua pasangan tidak resmi yang berada di dua kamar berbeda yang diduga tengah memadu kasih.

Bima mengungkapkan, ada dua pelaku yang menawarkan jasa wanita melalui online. Pelaku juga menjadi perantara dan menyediakan lokasi. Alurnya, diitawarkan oleh pelaku melalui online, kemudian pelaku menjemput dan diantar ke tempat wanita menunggu. ”Dia (wanita) sudah siap di kamarnya. Jadi, ini kan ada sistem, dan yang ingin kami bongkar adalah sistemnya,” ungkap Bima.

Klik Gambar

Selain wanita, pelaku juga diduga menjadi penyedia jasa prostitusi LGBT. Selanjutnya, pemkot akan melimpahkan kasus ini ke polisi untuk penjera­tan pelaku dengan kasus human trafficking.

Alasannya, kedua pelaku terbukti menjadi peran­tara prostitusi. ”Kami dala­mi itu, termasuk pemilik kon­trakan. Ada permintaan uang, ada perantara, dan tempatnya. Semua kami undang (aparat kepolisian), delik hukumnya seperti apa, karena ada bukti-bukti transaksinya,” tegas Bima.

Sementara itu, dua waria MF dan Z yang kedapatan sedang menunggu pelanggan yang sudah mem-booking-nya lewat aplikasi online, mengaku memasang tarif Rp600 ribu hingga Rp1 juta sekali main.

”Caranya, kami hanya pasang foto di media sosial, setelah itu tulis no HP/WA di kolom komentar,” aku MF.

Kalau sudah mencapai kesepakatan, lanjutnya, baru bertemu dan langsung janjian di hotel atau tempat kos. ”Setiap hari bisa layani tiga hingga lima pelanggan,” sambungnya.

Sejatinya, kawasan Otista hanya sebagian wilayah Kota Bogor yang merupakan tempat berkumpulnya para LGBT. Pasalnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor mencatat ada 39 titik perkumpulan LGBT yang tersebar di Kota Hujan.

Pengelola Program HIV Dinkes Kota Bogor, Nia Yuniawati, bahkan mengaku tercengang ketika melakukan pemeriksaan di Taman Sempur beberapa waktu lalu. “Dalam semalam, bisa terjaring sebanyak hampir 200 pria homoseksual untuk diperiksa. Mereka biasanya berkelompok, mulai remaja sampai dewasa,” ucapnya.

Meski sempat kelimpungan, hal itu dirasa membawa kebai­kan. Artinya, para pria homo­seks­ual tersebut bersedia untuk andil dalam mencegah penularan virus HIV khususnya di Kota Bogor.

Karena hanya dengan cara seperti itu, angka penderita HIV/AIDS bisa dikendalikan.“Taman Sempur bukan satu-satunya yang menjadi tempat perkumpulan para kaum gay,” cetusnya.

Nia mengungkapkan, tempat terbanyak kedua yakni Terminal Laladon. Fakta tersebut berdas­arkan hasil surveinya langsung ke lapangan. Mulai dari sopir dan anak-anak nongkrong, juga tukang ojek.

Berdasarkan hasil pemetaan sementara, 39 lokasi diyakininya sebagai tempat perkum­pulan LGBT. ”Sebanyak 31 di antaranya perkum­pulan gay, sedangkan delapan lainnya perkumpulan waria,” bebernya.

Nia juga menjelaskan, ada 1.330 pria yang homoseksual. Data tersebut, kata dia, berdasar pria yang menjalani voluntary counseling and testing (VCT) oleh Dinkes Kota Bogor.

“Pemeriksaan berkaitan dengan upaya untuk menekan angka penyebaran virus HIV/AIDS. Jadi, sebenarnya gay di Kota Bogor bisa lebih banyak lagi dari angka itu,” ungkapnya.(wil/don/c)