25 radar bogor

271 Warga Kehilangan Rumah

Nelvi/Radar Bogor MEMBESAR: Petugas dibantu warga berusaha memadamkan api yang membakar permukiman RT 05/01, Kelurahan Gudang, kemarin.
Nelvi/Radar Bogor
MEMBESAR: Petugas dibantu warga berusaha memadamkan api yang membakar permukiman RT 05/01, Kelurahan Gudang, kemarin.

BOGOR–Ketenangan di RT 05/01, Kelu­rahan Gudang, tiba-tiba berubah menjadi kepanikan. Kemarin (25/12), sekitar pukul 13.30 WIB, warga histeris berlarian menye­lamatkan diri.

Sebagian lainnya tampak sibuk membawa em­ber berisi air karena api terus membesar di tengah permukiman padat tersebut. Angin kencang bahkan membuat si jago merah sulit dipadamkan.

Petugas yang datang ke lokasi pun sempat kewalahan, karena sulit dijangkau oleh kendaraan dan hanya mengandalkan selang. Ketua RW 01 Kelurahan Gudang, Thambrin Sanjaya menjelaskan, kejadian bermula saat salah seorang warga sedang menyetrika pakaian.

Belum selesai, penghuni rumah menerima panggilan telepon. Lupa mematikan, pakaian yang masih menempel dengan setrika itu hangus terbakar hingga merembet pada benda di sekitarnya. “Kemudian api merembet ke saluran listrik,” jelas Thambrin kepada Radar Bogor, kemarin.

Sekitar pukul 13.30 WIB, api belum besar tetapi sudah merembet ke beberapa rumah. Selang beberapa menit, dengan cepat api membubung tinggi lantaran diembus anging kencang. “Ini karena permukiman padat jadinya (api) gampang merembet. Baru kali ini terjadi kebakaran, sebelumnya tidak pernah,” terangnya.

Tak heran, wilayah yang biasa disebut sebagai Kampung Gudang Bawah itu memang termasuk dalam permukiman padat penduduk. Jarak antara rumah ke rumah lainnya tidak memiliki jeda yang cukup luas. Hal itu yang membuat api cepat merembet.

Warga RT 05/01 Kelurahan Gudang yang menjadi korban, Yeti Aminah (41) mengaku bahwa sebelum membangunkan suaminya, dia sempat ke dapur karena terdengar banyak ledakan tabung gas.

Saat itu, suaminya sibuk mengamankan kendaraan bermotornya agar tidak ikut meledak dengan cara menurunkannya ke sungai. Hingga kini, ia belum tahu bagaimana kondisi motornya yang disimpan di Sungai Cibalok itu. Yang pasti, semua anggota keluarganya selamat.

Kobaran api akhirnya dapat dipadamkan sekitar pukul 16.30 WIB. Mobil pemadam kebakaran (Damkar) terlihat silih berganti memasuki wilayah Empang untuk bergantian memadamkan lokasi tersebut.

Sekcam Bogor Tengah, Sahib Khan mengatakan, data sementara tercatat 50 rumah warga yang terbakar. Lebih lanjut ia mengatakan, ada sebanyak 76 kepala keluarga (KK) yang menjadi korban kebakaran di wilayahnya.

Kini, sebanyak 271 jiwa hidup di pengungsian yang berlokasi di SDN Empang 2 Kota Bogor. “Sebanyak 134 laki-laki, dan 137 perempuan. Totalnya ada 50 rumah yang terbakar,” ungkapnya.
Wakil Wali Kota Bogor Usmar Hariman yang datang ke lokasi pengungsian tadi malam mengatakan, Pemkot Bogor siap membantu secara maksimal.

Menurut dia, sudah disediakan berbagai kebutuhan untuk warga yang mengungsi. “Dapur umum juga sudah disiapkan, kebutuhan malam ini berupa makanan siap saji akan dikoordinir sekcam. Alhamdulillah, kondisi korban dalam keadaan sehat semua,” ujarnya.

Kini, ia masih menunggu berbagai bantuan dari masyarakat mana pun. “Kami masih menunggu bantuan-bantuan lainnya seperti pakaian dalam, dan bantuan keuangan sudah mengalir dari beberapa instansi,” kata Usmar.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor, Fahruddin alias Fahmi mengatakan bahwa ada sebanyak 20 siswa SD, 16 siswa SMP, serta 3 siswa SMA yang menjadi korban kebakaran Kelurahan Gudang.

Pihaknya segera mengupayakan bantuan dari segi akomodasi untuk siswa agar tetap bisa bersekolah. “Jadi, anak-anak itu akan kami perhatikan untuk kelengkapan sekolahnya. Serta akan kami imbau teman-teman untuk membantu meringankan penderitaan korban,” bebernya.

Kabid Pemadam Kebakaran Satpol PP Kota Bogor, Marshe Hendra Saputra mengatakan, kebakaran di permukiman penduduk paling banyak disebabkan korsleting listrik.

Total, ada 45 kasus yang telah ditangani pihaknya. Disusul 30 kasus yang disebabkan kelalaian warga. “Sisanya, 10 persen kasus kebakaran karena kejadian alam, seperti kebakaran ilalang karena cuaca panas,” ujarnya kepada pewarta.

Mengenai kebakaran yang diakibatkan kelalaian, pemicunya dikarenakan hal-hal yang tidak diduga. Misalnya, ketika mati lampu dan menyalakan lilin, tapi lupa dimatikan atau lupa mematikan kompor. “Itu pemicu yang tidak diduga-duga. Tapi, persentase pemicu kebakaran yang paling tinggi ialah hubungan pendek arus listrik,” katanya.

Tingginya kasus kebakaran disebabkan pengetahuan masyarakat yang kurang memahami perlengkapan kelistrikan yang digunakan. Masyarakat harus tahu jenis kabel listrik yang digunakan.

Semakin besar daya dari listrik yang digunakan tentunya akan membutuhkan ukuran kabel yang besar pula. “Sering kali masyarakat tidak paham, apakah dengan daya listrik yang besar cukup dengan kabel seadanya. Ini yang dilupakan, karena yang penting listrik bisa mengalir untuk memenuhi kebutuhan,” ucapnya.(fik/d)