25 radar bogor

Empat Jam Berada di Perut Gunung Pongkor (Bagian 1)

ILUSTRASI. Arifal/Radar Bogor MENANTANG: Patroli tim keamanan PT Antam UBPE Pongkor di dalam perut Gunung Pongkor untuk mencari gurandil yang mencuri emas.

MENANTANG: Patroli tim keamanan PT Antam UBPE Pongkor di dalam perut Gunung Pongkor untuk mencari gurandil yang mencuri emas. (Arifal/Radar Bogor)

Pencurian emas di PT Antam UBPE Pongkor oleh gurandil seakan tak pernah habis. Meski sudah diberantas beberapa tahun lalu, masih saja ada yang nekat mencuri. Mengantisipasi itu, dilakukanlah patroli keliling di perut Gunung Pongkor.

Laporan :Muhamad Arifal Fajar

Patroli 24 jam tanpa henti menjadi kegiatan rutin bagi petugas keamanan PT Antam UBPE Pongkor, Kecamatan Nanggung. Setiap hari mereka mengelilingi Gunung Pongkor hingga perut bumi. Mencari dan menangkap gurandil yang masih nekat beroperasi.

Radar Bogor pun men­dapat kesempatan untuk ikut dalam patroli. Masuk dalam pe­rut bu­mi menyusuri lubang emas PT Antam UPBE Pongkor. Tepat pukul 00.00 WIB apel gabungan dilakukan, Minggu (10/12) dini­ hari. Artinya, pat­­roli akan di­mulai.

Sebanyak 55 personel gabungan berkumpul di tengah lapangan. Mereka terdiri atas 27 petugas keamanan internal, 21 petugas dari swakelola, dan tujuh personel kepolisian. ”Ayo berangkat. Bismillahirrahmanirrahim,” ucap koordinator keamanan Antam Sugeng Suprayogi.

Patroli pun dimulai. Selama empat jam menelusuri perut Gunung Pongkor mencari keberadaan gurandil. Lokasi pertama yang harus diperiksa adalah lubang emas level 6.000. Dari titik start menuju mulut lokasi tujuan membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Me­nyusuri jalan berbatu dengan tanjakan dan turunan tajam nan berkelok.

Setibanya di mulut lubang emas, harus melapor terlebih dahulu di pos penjagaan. Bak dalam labirin, yang terlihat hanya dinding batu beserta tumpukan kayu dan besi pe­nyangga. Satu kilometer memasuki lubang, napas semakin berat. Kan­dungan oksigen dalam lubang pun kian menipis.

Hanya blower raksasa yang menjadi sumber udara di sana.

”Memang agak sesak. Terlebih kalau tidak biasa. Makanya, kami bawa alat pengukur udara. Jika alarm dalam alat ini berbunyi, harus langsung keluar,” jelas Sugeng.

Selepas 30 menit memasuki lubang emas level 6.000, tim patroli tiba di titik pertama. Tempat di mana banyaknya gurandil yang kerap bersembunyi. Satu per satu celah-celah lubang disisir. ”Biasanya di sekitar blower ini sering kami amankan gurandil,” imbuhnya.

Semakin ke dalam, udara kian menipis. Napas pun mulai terengah-engah. ”Kalau blower rusak, pengap sekali,” kata Sugeng. (*/c)