JONGGOL–Beban berat mengimpit para petani di Desa Sukanegara, Kecamatan Jonggol. Mereka gagal panen setelah tanaman padi seluas 20 hektare diterjang hama. Kerugian yang mereka alami juga mencapai ratusan juta.
Sampai saat ini, belum ada penanganan serius dari UPT Pengembangan Teknologi dan Peredaran Hasil (PTPH) XV Wilayah Jonggol atas kejadian tersebut. “Hama itu bisa dicegah. Seharusnya UPT bisa turun dan mendampingi petani sejak pratanam,” ujar Ketua DPP Paguyuban Sunda Akur, Deden Setia Nugraha.
Menurutnya, keluhan para petani terkait mahalnya pupuk subsidi hingga lambannya penanggulangan hama merupakan bukti kelalaian UPT dalam memberikan pendampingan kepada petani. Dia khawatir, para petani yang terus merugi dengan hasil pertaniannya justru memilih mengalihkan fungsi lahannya. “Jangan salahkan jika petani menjual tanahnya kepada developer perumahan. Kalau hasil taninya gagal terus, tak menutup kemungkinan ini akan terjadi,” ucapnya.
Terlebih, imbauan bupati Bogor untuk tidak mengalihfungsikan lahan tidak diimbangi solusi riil dari pemerintah.
“Kalau itu tanah pemerintah, bisa saja imbauan bupati dilaksanakan. Persoalannya, tanah area padi umumnya milik warga pribadi,” kata dia.
Menanggapi itu, Kepala UPT PTPH XV Wilayah Jonggol, Ahmad menampik tidak adanya pendampingan dari UPT kepada petani. Menurutnya, pendampingan dan penyaluran bantuan pupuk subsidi terus disalurkan. “Pendampingan pratanam kami lakukan dan pupuk subsidi sudah tersalurkan lewat kios resmi,” tegasnya.
Ahmad juga membantah adanya penerapan harga pupuk yang relatif mahal hingga memberatkan petani. Menurutnya, penerapan harga pupuk masih tergolong normal.
“Kalau pupuk urea dijual Rp3 ribu masih wajar. Walaupun secara aturan ditetapkan harganya Rp1.800, kan butuh biaya kirim,” bebernya.
Terpisah, Kepala Desa Sukanegara Muhibatul Islamiyah berharap, bantuan pupuk subsidi tak memberatkan para petani. Berbeda dengan pendapat kepala UPT, Muhibatul justru memimpikan harga pupuk yang lebih murah hingga tak memberatkan warganya yang tergabung dalam kelompok tani. “Jumlah bantuan pupuknya pasti berton-ton. Kalau ambil keuntungan terlalu banyak, justru terkesan pupuk subsidi jadi komersial. Dan akibatnya memberatkan petani,” ucapnya.
Untuk diketahui, dari total 30 hektare lebih lahan pertanian di wilayah Sukanegara, terdapat lebih dari 20 hektare yang mengalami gagal panen.(azi/c)