25 radar bogor

Mardiah Prahara, Owner Lojicraft, Jamin Produknya Eksklusif

BERAGAM: Diah memperlihatkan kain batik yang diproduksi Lojicraft dan dijual di butiknya di daerah Loji, Bogor Barat.FOTO-FOTO : DIAH FOR RADAR BOGOR
BERAGAM: Diah memperlihatkan kain batik yang diproduksi Lojicraft dan dijual di butiknya di daerah Loji, Bogor Barat.FOTO-FOTO : DIAH FOR RADAR BOGOR

Mendapatkan ilmu memang tak melulu harus mengeluarkan biaya besar. Salah satunya ilmu berbisnis yang bisa dipelajari dari orang-orang di sekeliling. Seperti Mardiah Prahara, akrab disapa Diah, awalnya bisa karena sering memperhatikan orang-orang yang ada di dekatnya.

Memiliki latar belakang pendidikan di bidang arsitektur, Diah memang pandai dan teliti dalam mendesain sesuatu. Awalnya wanita kelahiran Tasikmalaya, 11 Juni 1966, ini sering memperhatikan para pekerja yang membuat batik di pabrik sang kakek. Sehingga, dari kecil memang sudah mengerti segala hal tentang membatik karena melihat langsung proses pembuatannya.

Didukung hobinya dalam bidang craft, Diah sering membuat berbagai craft dan batik. Ilmu itupun terpakai hingga dia dewasa. Setelah menikah, Diah dan suami pindah ke Bogor. Ia mulai membuat berbagai jenis craft, dan semakin lama koleksinya menumpuk.

Suami Diah, Prahara Syah Rendra memberikan masukan untuk menjual koleksinya itu. Meski merasa berat, ia pun mengikuti saran sang suami. Akhirnya, Diah memutuskan membangun bisnis Lojicraft dengan beberapa brand di dalamnya, yaitu Lojicraft, Parimas, dan Artkeds. “Saya memang suka membuat craft, karena dukungan keluarga di luar dugaan ternyata banyak sekali yang berminat dengan hasil karya saya,” tuturnya.

Lojicraft merupakan bisnis yang bergerak di bidang fashion dan craft yang menjual berbagai macam pakaian, batik, aksesori, sepatu, baju muslim, tas dan lain-lain. Saat ini produknya dijual di butiknya di daerah Loji. Diah memiliki 15 pegawai lepas. Bagi Diah, bisnis membuatnya bahagia karena bisa menyalurkan hobinya. Karena bisnis pula, Diah bertemu dengan orang-orang yang berpotensi dan berkeinginan kuat untuk bekerja.

“Bisnis bagi saya harus bisa bermanfaat, saya ingin apa yang saya kerjakan tidak hanya mendapatkan keuntungan dari sisi ekonomi, juga mendapatkan amal jariah agar ke depannya lebih nyaman di hati,” tuturnya.

Awalnya, Diah mengerjakan semuanya sendiri, membuat kain dari benang mentah, mendesain, memasarkan dan lain-lain. Dulu Diah memiliki perlengkapan tenun seperti empat alat tenun bukan mesin (ATBM). Diah juga memiliki guru yang mengajarinya membuat kain.

Dari situlah, produknya semakin diolah. Ingin membantu dan bermanfaat, Diah bersinergi dengan tukang sepatu dan tas, sehingga ia membuat desain dan bekerja sama dengan mereka agar produknya semakin memiliki banyak pilihan.

Diah memang sudah memiliki banyak koleksi untuk dijual atau ready stock, meskipun ada pula yang made by order. Produknya sudah dipasarkan di seluruh Indonesia, bahkan keluar negeri seperti Australia, Rusia, India, Mesir dan lain-lain.

Diah mengaku selalu berinovasi terhadap produknya. Seperti jika Diah ingin mengikuti pameran di luar negeri, maka sebelum berangkat ia sudah membuat produk khas Indonesia yang dikaitkan dengan negara tujuan. Seperti pameran di Rusia, sebelum berangkat, Diah banyak membuat kain dengan gambar matryoshka, yaitu boneka khas Rusia. Begitu pun dengan negara-negara lainnya.

“Saya selalu menjaga kualitas produk. Produk saya ekslusif, karena dari bahan semua dibuat sendiri jadi memang tidak akan ada yang sama dengan produk saya. Pernah ada yang datang langsung dari Australia untuk membeli,” tuturnya.(cr6/c)