25 radar bogor

Medsos Sulit Dikendalikan

SERIUS: Kapolri Jenderal Tito Karnavian saat menjadi keynote speech di KNH 2017 di IICC, kemarin (28/11). (perhumas)
SERIUS: Kapolri Jenderal Tito Karnavian saat menjadi keynote speech di KNH 2017 di IICC, kemarin (28/11). (perhumas)

BOGOR–Tak dapat dimungkiri, kini opini publik lebih banyak dipengaruhi media sosial dan cenderung sulit dikendalikan. Hal tersebut disampaikan Kapolri Jenderal Tito Karnavian saat menjadi keynote speech di Konvensi Nasional Humas (KNH) 2017 di IPB International Con vention Center (IICC), kemarin (28/11).

“Ciri-ciri demokrasi liberal adalah menguatnya kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum, kebebasan berserikat dan berkumpul, menguatnya peran legislatif dibandingkan eksekutif,” bebernya.

Tito mengatakan, fenomena yang melanda Indonesia sudah diprediksi seorang tokoh bernama Alvin Toffler dengan bukunya yang berjudul The Third Wave. Ada tiga gelombang peradaban manusia dan saat ini Indonesia sudah memasuki gelombang ketiga.

Gelombang pertama, saat ditemukannya cara bercocok tanam dan berternak. Gelombang kedua, ketika munculnya teknologi industri (mesin). Terakhir, ketika muncul teknologi informasi.

“Dengan gadget, semua informasi bisa kita ketahui, perang pun bisa kita atur dari gadget,” ujarnya Dua tahun ke depan, kata Tito, adalah tahun politik yakni pemilihan 17 gubernur pada tahun 2018 dan 2019 pemilihan serentak presiden dan wakil presiden serta anggota legislatif.

“Yang repot kalau menghalalkan segala cara meskipun bisa mengoyak persatuan bangsa dan negara,” tegas Tito. Seluruh masyarakat berharap, para politikus bersikap dewasa dengan tidak menggunakan isu-isu yang bisa memecah belah bangsa. Gunakan moral dan etika untuk bertanggung jawab terhadap publik.

“Sudah 72 tahun Indonesia merdeka dan kita masih menjadi satu bangsa. Beda dengan negara lain yang sudah pecah. Kita jangan menganggap itu sesuatu yang biasa, sekali lepas satu itu akan efek domino,” tuturnya.

Indonesia adalah bangsa yang sangat beragam, kalau tereksploitasi bisa terpecah. Kita harus mampu menekan perbedaan ini dan kita gemakan kesamaan kita, kesamaan sejarah dan tujuan pembangunan ini. Semua perbedaan harus dinafikan.

“Oleh karena itu, saya minta rekan-rekan jajaran humas mampu untuk mendukung langkah-langkah kita semua untuk merekatkan bangsa ini,” tandasnya. Dalam kegiatan kali ini, dihadiri pula para tokoh penting lain di Indonesia. (wil/c)