25 radar bogor

Alternatif Atasi Kekeringan, UNB Riset Rorak dan Biopori

AJARI PETANI: Sebagian tim riset dari UNB dan Badan Litbang Kementan RI.
AJARI PETANI: Sebagian tim riset dari UNB dan Badan Litbang Kementan RI.

BOGOR–Tim gabungan antara pogram studi Agro­teknologi Universitas Nusa Bangsa (UNB) dengan Badan Litbang Kementan RI yang diketuai Andi Masnang, me­lakukan riset mengenai tek­nologi konservasi pada lahan kering berlereng di Desa Suka­mantri, Tamansari, Bogor.

Menurut Andi, riset ini dilakukan karena didasari kekhawatiran pada lahan kering berlereng yang cenderung menyebabkan aliran permukaan erosi yang akan menurunkan tingkat kesuburan tanah.

“Aliran permukaan ini juga akan menyebabkan pemupukan yang dilakukan petani menjadi tidak efektif karena pupuk justru hilang terbawa aliran per­mukaan,” jelas Andi.
Karena itu, Andi dan timnya mencetuskan tindakan konservasi tanah dan air yang dapat dilakukan adalah dengan teknologi rorak. Dia men­jelaskan, rorak adalah lubang-lubang buntu dengan ukuran tertentu yang dibuat pada bidang olah dan sejajar dengan garis kontur.

“Dengan cara pemotongan panjang lereng melalui pembuatan rorak, jumlah aliran permukaan berkurang karena sebagian aliran permukaan masuk ke rorak, sehinga sedimen yang tertangkap dapat dikembalikan ke lahan. Selain itu, rorak dapat meningkatkan kandungan air dalam tanah,” bebernya.

Andi menambahkan, penelitian ini dilakukan karena petani cenderung enggan mengaplikasikan rorak. Sebab, menurut mereka, akan mengurangi luas lahan tanam. Nah, tim berusaha meng­itegrasikan teknologi rorak, bioteknologi, dan vertical planting. “Sehingga diharapkan petani berminat menerapkan teknologi konservasi tanah dan air yang sekaligus dapat meningkatkan pendapatannya,” tambah Andi.

Ia mengungkapkan, hasil dari penelitian ini mengindikasikan jika implementasi rorak dapat mengendalikan aliran permukaan sampai di bawah 7 persen dari curah hujan. “Artinya, aliran permukaan yang terjadi lebih rendah dari yang tanpa rorak, sehingga lebih dapat menyimpan air atau lebih baik terhadap keamanan lingkungan,” tuturnya.

Selain itu, timnya juga memperlakukan rorak secara tunggal maupun yang diintegrasikan dengan mulsa/serasah, biopori, tanaman vertikal maupun kombinasi ketiganya. Hasilnya pun sama baiknya dalam mengendalikan aliran permukaan dan menurunkan erosi. “Selain itu, dengan menggunakan teknologi rorak ini mampu meningkatkan hasil panen dibandingkan kontrol atau tanpa perlakuan rorak,”ungkapnya.

Kegiatan ini, lanjutnya, dihadiri para petani dan kelompok wanita tani di sekitar Desa Sukamantri. Mereka juga antusias mengaplikasikan materi yang sederhana dan mudah dilakukan tersebut. “Diharapkan dengan penyuluhan ini akan semakin banyak petani yang mengaplikasikan rorak, akan semakin meningkatnya mutu lingkungan hidup sekaligus meningkatkan pendapatan petani,” harap Andi.

Pembinaan dan penyuluhan dilakukan kepada petani secara rutin mulai 23 Oktober 2017 sampai Oktober 2018. Pembinaan dilakukan Andi Masnang selaku ketua beserta anggota tim Umi Haryati, Asmanur Jannah, Aisyah dan Reny Andriyanty.(*cr1/b)