25 radar bogor

”Gladiator” Rumpin Pelajari Ilmu Kebal

BOGOR–Polres Bogor menemukan fakta baru dalam penyidikan kasus perkelahian pelajar ala ’gladiator’ yang menewaskan siswa SMP Islam Asy Syuhada Rumpin, Kabupaten Bogor, Jumat (24/11). Pelaku berinisial DM dike tahui mempelajari ilmu kebal. Kini, polisi tengah mencari tahu dari mana bocah yang masih duduk di kelas sembilan itu memiliki ilmu kebal.

Kapolres Bogor AKBP Andi M Dicky mengungkapkan bahwa sebelum membacok korban ARS (16), terlebih dahulu pelaku dibacok celurit di bagian tubuh tetapi tidak mempan. Kemudian, korban melarikan diri lantaran tidak berhasil melukai pelaku.

”Saat tertangkap, korban dibacok di daerah paha ke bawah. Sempat disembunyikan dulu di rumah salah satu pelaku. Kemudian kehabisan darah. Saat dibawa menuju puskesmas, dinyatakan meninggal dunia,’’ jelasnya kepada awak media, Sabtu (25/11).

AKBP Andi mengatakan bahwa kasus ini berbeda dengan pertarungan ala ’gladiator’ sebelumnya yang menewaskan Hillarius Christian Even Raharjo beberapa waktu lalu. Perkelahian tiga lawan tiga ini memang merupakan ajang duel maut.

”Beda dengan gladiator, istilahnya ini duel maut. Kalau ini lebih cenderung adu ilmu. Baru yang kontestan pertama sudah terjadi seperti ini (korban tewas),’’ kata Andi. Kini, pelaku yang juga teman sekolah korban sudah diamankan di Mapolres Bogor, bilangan Tegar Beriman, Kabupaten Bogor. Polisi juga terus mendalami motif pelaku, termasuk tujuan mempelajari ilmu kebal.

”Pelaku sudah diamankan. Kami masih dalami pelaku belajar ilmu kebal dari mana. Mungkin dia belajar sendiri, ini kan kita tidak tahu,” kata AKBP Andi. Polisi juga masih mengkaji perihal sanksi hukum yang akan dikenakan pada pelaku. Ada kemungkinan menggunakan Undang-Undang Perlindungan Anak, karena korban maupun pelaku sama-sama masih di bawah umur.

Seperti diberitakan sebelumnya, aksi perkelahian pelajar ala ’gladiator’ kembali terjadi dan menewaskan ARS (16) siswa SMP di Rumpin, Kabupaten Bogor. Peristiwa itu terjadi di Kampung Leuwihalang, Desa Gonang, Kecamatan Rumpin, Jumat (24/11) sore.

Korban dan pelaku sebelumnya sempat janjian bersama empat rekan mereka untuk berduel satu lawan satu. Mereka bahkan membawa senjata tajam untuk adu ilmu kebal. Nah, saat korban dan pelaku berduel, sabetan celurit melukai pinggang belakang, pinggul, dan lengan korban. Usai dilarikan ke Puskesmas Rumpin, nyawa korban tak tertolong.

Berbagai tindakan untuk mengantisipasi hal serupa kembali terjadi sangat diperlukan. Tak hanya polisi, lingkungan keluarga juga sangat dibutuhkan untuk menghindarkan anak dari budaya kekerasan. “Artinya, mungkin sering kali melihat budaya kekerasan sehingga, istilahnya, ingin menunjukkan kejantanannya. Kalau tidak kita awasi bersama dan berikan pengertian kepada mereka dan tidak kita salurkan kegiatannya, maka terjadi seperti ini,” ujarnya.

Tak hanya itu, ke depan, jika di atas pukul 00.00 WIB masih ditemukan anak di bawah umur berkeliaran di jalan, pihaknya tak segan untuk mengangkut ke Kantor Polres Bogor. “Kami intensif di setiap kecamatan. Kami akan patroli ke lapangan dengan membawa semuanya bersama muspika untuk terusmenerus operasi,” katanya.

Seperti Sabtu dini hari kemarin, Polres Bogor menggagalkan tawuran antarsiswa madrasah di Jonggol dan Cibinong. Sebanyak 87 siswa diamankan di Mapolres Bogor. ”Tiga orang kedapatan membawa senjata tajam dan beberapa lainnya membawa minuman keras. Akan kami proses untuk menjadi contoh dan efek jera bagi yang lain,’’ tegas AKBP Andi.

Tiga siswa yang membawa senjata tajam dikenakan pasal Undang-Undang Darurat. Polisi menye rahkan sanksi pada kebijak sanaan hakim untuk meli hat permasalahannya. Apakah rehabilitasi atau hukuman berat. Sebab, kata Dicky, kepo lisian telah melaksanakan persuasif dan sosialisasi bahwa siapa pun yang membawa sajam akan diproses sesuai aturan yang berlaku. ”Hukuman itu tidak melihat anak remaja atau tidak,’’ katanya. Dicky mengaku prihatin.

Pasalnya, para orang tua dari anak-anak tersebut sama sekali tidak mencari anaknya yang belum juga pulang hingga larut malam. Mungkin, anak tidak pulang sudah dianggap biasa. ”Karena itu, kami ingin masyarakat juga menginformasikan jika melihat pemuda berkumpul secara berkerumun. Untungnya bisa kita cegah melalui patroli. Kalau tidak, mungkin sudah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,’’ sebutnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor TB Luthfi Syam belum mau mengambil tindakan. Sebab, kasusnya kini tengah ditangani pihak kepolisian. Terkait perilaku yang dilakukan anak di bawah umur, pihaknya memercayakannya kepada polisi yang lebih mengerti soal hukum.

“Kita tunggu langkah yang diambil pihak kepolisian. Kepolisian juga mengedepankan aturan karena korban dan pelakunya di bawah umur,” ujarnya ketika dikonfirmasi. Tidak ada imbauan khusus yang diberikan kepada pelajar Kabupaten Bogor, karena menurutnya, tindakan seperti itu merupakan hal yang rutin disampaikan kepada pelajar.

“Kami tidak reaktif. Tidak karena gara-gara itu baru bertindak, tidak,” kata Luthfi. Terpisah, Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Bogor, Abidin Said merasa prihatin atas kejadian yang menewaskan siswa SMP Ini. Terlebih, sekolah pelaku merupakan sekolah berbasis agama.

Ia meminta aparat penegak hukum menelusuri mengenai latar belakang terjadinya kekerasan yang melibatkan siswa sekolah tersebut. “Kalau sudah berlaku tega itu berarti ada yang salah,” ucapnya.

Agar tidak terjadi peristiwa serupa, ia meminta agar orang tua siswa turut berperan mengawasi siswa dari berbagai tayangan televisi. Pasalnya, masih ada beberapa tayangan yang masih menunjukkan kekerasan, meskipun tayang pada malam hari.(rp2/rp1/d)