25 radar bogor

Ajak Warga Peduli Cisadane

BOGOR–Warga Bogor mesti was pada. Memasuki puncak musim hujan (November-Maret), bukan ha nya bencana alam yang mengancam. Melainkan juga pasokan air bersih PDAM, akibat menurunnya produksi air bersih dari Sungai Cisadane.

Kondisi itu adalah fakta yang sudah pasti terjadi dari tahun ke tahun. Apa sebab? Ketika debit air Sungai Cisadane meluap, air yang masuk ke sodetan atau titik pengambilan air PDAM bercampur dengan sampah dan lumpur.

”Sodetan itu berada di Desa Ciherangpondok, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor,’’ kata Direktur Teknik PDAM Tirta Pakuan, Ade Syaban Maulana. Menurut dia, dalam kondisi debit sungai yang normal, ratarata air bersih yang dihasilkan sebesar 1.500 liter per detik, dengan kadar kekeruhan antara 50-70 Nephelometric Turbidity Unit (NTU).

”Tapi kalau sedang meluap, kekeruhannya bisa meningkat puluhan kali lipat,’’ jelasnya kepada Radar Bogor. Syaban menjelaskan, ketika debit Sungai Cisadane sedang tinggi, kadar kekeruhan bisa mencapai 2.000 NTU, bahkan 5.000 NTU. Kondisi itu membuat proses penjernihan oleh tim PDAM kian berat. Nah, ketika kadar kekeruhan Sungai Cisadane mencapai 1.000 NTU, maka debit air bersih yang dihasilkan akan menurun. Yakni, 1.200 liter per detik.

”Karena PDAM wajib menjernihkan air sungai menjadi 1 NTU. Air minum yang aman untuk dikonsumsi tingkat kekeruhannya minimal 5 NTU. Ambang batas yang ditetapkan Departemen Kesehatan (Depkes) segitu. Kalau di atas itu, tidak layak minum,’’ paparnya.

Krisis air di kala hujan ini bisa diatasi ketika alat penyaring sampah yang ada di intake Ciherangpondok sudah diberlakukan otomatis. Namun karena berbagai hal, hingga kini penyaringan masih berjalan manual. Artinya, jika sampah menumpuk di penyaringan air, petugas PDAM Tirta Pakuan yang membersihkan alat tersebut dari sampah.

”Kita bagi tiga shift, satu shift ada tiga orang. Alat penyaring yang bisa otomatis membersihkan sampah masih proses pengadaan. Akan berpengaruh banyak kalau sudah pakai alat itu,’’ kata Syaban.

Selain kadar kekeruhan, ada juga kadar keasaman yang perlu diperhatikan. Air bersih yang layak diminum memiliki kadar keasaman di atas 6,5 pH. Jika kadar keasamannya di bawah itu, maka tidak layak minum. Syaban menyebutkan, rata-rata kadar keasaman air yang disalurkan PDAM berkisar 7–8 pH.

”Kami juga sedang kejar target, 2019 nanti bisa melayani 100 persen masyarakat Kota Bogor, atau 180.000 rumah. Hingga kini PDAM baru bisa menjangkau 85 persen dari total keseluruhan, yakni sekitar 148.000 rumah. Sehingga masih butuh mengalirkan sekitar 32.000 rumah,’’ bebernya.

Untuk bisa mencapai target itu, PDAM masih kurang pasokan air sekitar 500 liter per detik. Karenanya, PDAM akan menambah pasokan air dari Sungai Ciliwung. Lokasi pengambilannya berada di Desa Pasir Angin, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Sodetan yang bakal mengalirkan air bersih sekitar 300 liter per detik itu akan bisa dimanfaatkan pada 2018 mendatang.

”Tahun ini pembangunannya. Andai saja alirannya mencapai 600 liter per detik, maka akan memenuhi kebutuhan air bersih untuk seluruh warga Kota Bogor,’’ tukasnya. Untuk mengatasi ini, Syaban meminta seluruh lapisan masyarakat turut menjaga sumber air dan lingkungan di sekitarnya.

Salah satunya menjaga kawasan hulu Sungai Cisadane dan Ciliwung, agar tak tekontaminasi sampah. Di bagian lain, meski PDAM Tirta Pakuan sudah menyabet berbagai penghargaan, Direktur Umum (Dirum) PDAM Tirta Pakuan, Rino Indira Gusniawan, mengaku masih memutar otak untuk meningkatkan pemasukan.

Salah satunya dengan meminimalisasi kehilangan air secara nonteknis, atau biasa disebut dengan istilah nonrevenue water (NRW). Kehilangan air secara nonteknis di PDAM Tirta Pakuan angkanya mencapai 28 persen–30 persen. Kasus tersebut biasa terjadi ketika malam hari ketika air sedang banyak tidak digunakan di rumah-rumah.

Kondisi keran-keran air yang tertutup membuat tekanan air kian meninggi ke beberapa lubang udara yang mengakibatkan air terbuang. Pengendaliannya bisa dilakukan dengan pemasangan distrik meter area (DMA) di beberapa daerah yang tekanan airnya tinggi.

”Kita sudah pasang enam DMA di beberapa daerah. Salah satunya di daerah Tajur, makanya sekarang di daerah situ kekurangan airnya kecil,’’ ungkapnya. Untuk itu, Rino menargetkan pemasangan sebanyak 160 DMA untuk meminimalisasi kehilangan air secara nonteknis di Kota Bogor.

Maka, jika angka kehilangan airnya berhasil ditekan, potensi pendapatan PDAM Tirta Pakuan akan semakin meningkat. ”Kalau ini sudah beres, uangnya buat membenahi yang lain-lain,’’ kata Rino.

Tak hanya itu, Rino juga menyoroti soal pengambilan air baku yang letaknya ada di Kabupaten Bogor. Menurutnya, di beberapa daerah pemanfaatan dari wilayah lain itu sempat menimbulkan polemik. Ia khawatir hal serupa terjadi di Bogor.

”Masukan air baku kita sekitar 90 persen dari kabupaten. Di beberapa tempat sudah diblok, seperti di Kuningan. Semoga di Bogor tidak terjadi,’’ harapnya.

Meski begitu, sejumlah antisipasi perlu disiapkan. Mulai dari konsep mengumpulkan air di beberapa situ, serta wacana desain drainase di Kota Bogor yang nantinya terhubung ke situ. Sehingga, air dari drainase tersebut nantinya bisa menjadi air baku untuk PDAM Tirta Pakuan.(rp1/d)