25 radar bogor

85 Persen Pelajar ”Kecanduan” Gadget

SUSAH LEPAS DARI GADGET: Penggunaan gawai oleh pelajar di kelas ternyata cukup tinggi. Survei Hewlett-Packard (HP) dan Universitas Paramadina mendapati 85 persen pelajar diam-diam menggunakan ponsel saat di kelas. NET
SUSAH LEPAS DARI GADGET: Penggunaan gawai oleh pelajar di kelas ternyata cukup tinggi. Survei Hewlett-Packard (HP) dan Universitas Paramadina mendapati 85 persen pelajar diam-diam menggunakan ponsel saat di kelas. NET

BOGOR–Tak hanya orang tua yang sering kali frustrasi saat meminta anak berhenti bermain gawai (gadget). Nasib guru di sekolah juga demikian. Berdasarkan survei dari Hewlett-Packard (HP) dan Universitas Paramadina, didapatkan jika 85 persen siswa ”kecanduan” menggunakan ponsel saat berada di kelas tanpa sepengetahuan dari gurunya.

Data tersebut berbanding jauh dengan hasil wawancara ribuan tenaga pendidik dalam mengakses internet. Yakni, hanya 33 persen guru yang mengakses internet sesekali dalam beberapa bulan. “Gurunya masih kurang melek internet, sementara siswasiswanya maju lebih tinggi,” ujar Wali Kota Bogor Bima Arya seusai acara Peluncuran Hasil Penilaian Kesiapan Teknologi Pendidikan Nasional, di ruang Paseban Sri Baduga, Balaikota Bogor, kemarin (23/11).

Bima mengatakan, survei tersebut diperoleh dari penelitian yang sangat serius dilakukan dalam waktu dua tahun. Responden dari penelitiannya mencapai ribuan orang, yang terdiri atas guru, orang tua dan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kesiapan institusi pendidikan dalam menggunakan teknologi.

“Pada intinya guru-guru menyatakan siap, tetapi siswa jauh lebih siap berteknologi ria dibanding gurugurunya,” terangnya. Kesiapan guru berteknologi, lanjut Bima, akan didorong Pemkot Bogor dengan melengkapi peralatan teknologi yang tepat, sesuai permintaan para guru. Pasalnya, para guru pun menginginkan masuknya teknologi canggih di institusi pendidikan.

Sebab, teknologi bukan hanya media sosial saja, tetapi secara keseluruhan. Mulai dari menggunakan perangkat komputer, hingga mengim plemen tasikan semua teknologi dalam setiap aktivitas belajar. “Pemkot akan fokus untuk pembinaan dan pendampingan guru karena itu yang terpenting. Jangan sampai, anak-anaknya zaman now, gurunya zaman old,” katanya.

Direktur Riset Paramadina Public Policy Institute (PPPI) Totok Amin Soefijanto mengatakan, teknologi itu tidak hanya laptop tetapi juga gawai yang turut memengaruhi anakanak belajar. Banyaknya siswa yang menggunakan ponsel di kelas secara sembunyi-sembunyi, menurutnya, akan lebih baik jika guru memanfaatkan penggunaan ponsel di kelas sebagai proses pembelajaran.

“Memang tidak semudah itu, guru harus dilatih memanfaatkan teknologi. Apalagi, kebanyakan guru masuk di kategori generasi digital imigran, sementara siswanya pribumi digital atau digital native, jadi tidak bisa dihindari,” jelasnya. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran, kata Totok, juga tetap memerlukan filter.

Ia menuturkan, ada dua filter yang dapat dilakukan, yakni filter teknologi dan filter dari siswa. Filter teknologi itu berupa pencegahan konten-konten tidak mendidik. Sedangkan filter dari siswa berupa penguatan mental dan karakter anak. “Jadi, kita perkuat pendidikan karakternya agar mereka bisa menjadi orangorang yang dapat memilih literasi medianya, ada rem kontrol dalam dirinya,” pungkasnya.

Untuk diketahui, tingginya ”kecanduan’’ gawai oleh pelajar juga sesuai dengan survei yang dilakukan UNICEF bersama para mitra, termasuk Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Universitas Harvard, AS. Dari survei itu menyebutkan, sebanyak 98 persen anak dan remaja mengaku tahu tentang internet, dan 79,5 persen di antaranya adalah pengguna internet.

Dalam penelitian ini juga terlihat ada sekitar 20 persen responden yang tidak menggunakan internet. Alasan utamanya, mereka tidak memiliki perangkat untuk mengakses internet, atau mereka dilarang orang tua untuk mengakses internet.(ran/c)