PARUNGPANJANG–Tidak mudah menjadi warga perbatasan Bogor-Tangerang. Setiap hari, mereka dipaksa bertaruh nyawa lantaran banyaknya truk tronton yang lewat.
Seperti dialami Yandi Mulyawan (32) warga Kampung Cihelang RT 03/04, Desa Dago, Kecamatan Parungpanjang. Ancaman kepala pecah selalu datang menghantui.
“Tidak sedikit korban melayang akibat terlindas truk,” ujarnya kepada Radar Bogor, kemarin (22/11).
Selain truk, musuh utama bagi masyarakat Desa Dago adalah debu dan asap knalpot. Ini pun berpotensi menimbulkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). “Belum lagi jalanan yang hancur. Pokonya semua itu jadi masalah bagi kami,” singkatnya.
Kata dia, hancurnya jalan, tidak terlepas dari hilir mudiknya truk tambang. Hal itu juga diamini Sekretaris Camat (Sekcam) Parungpanjang Icang Aliyudin. Kondisi ini pun jadi permasalahan klasik di wilayahnya. “Sudah terjadi sejak puluhan tahun silam. Rusaknya infrastruktur bahkan sudah berdampak pada segala hal,” tuturnya.
Terpisah, Kabid Dalops Dishub Kabupaten Bogor, Bisma mengatakan, permasalahan tersebut jadi pekerjaan rumah pihaknya. Ia juga akan membatasi kendaraan bertonase lebih melintas ke wilayah Parungpanjang.
“Kami akan sering menertibkan truk yang menyalahi jam operasional. Yakni mulai pukul 06.00-18.00 WIB,” tukasnya.(all/c)