25 radar bogor

44 Menit Pelarian Pembelot Korut ke Korsel

MEMBELOT: Salah seorang tentara Korea Utara membelot dengan cara melarikan diri ke perbatasan (Twitter)

SEOUL–Senin (13/11) merupakan pertaruhan hidup dan mati bagi Oh, tentara Korea Utara (Korut) yang membelot ke Korsel. Empat peluru bersarang di tubuhnya dan peluang hidupnya sangat kecil saat tiba di rumah sakit. Kemarin (22/11) United Nation Command (UNC) merilis rekaman CCTV yang menunjukkan perjuangan Oh untuk meraih kebebasannya dengan menyeberang ke Korea Selatan (Korsel).

Itu adalah kali pertama UNC mengungkap rekaman pembelotan di zona demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan Korut dan Korsel. Dalam rangkaian video berdurasi 1 menit 46 detik itu tergambar dengan jelas bagaimana tentara Korut tidak siap menghadapi situasi tersebut. Oh bisa melewati pos pemeriksaan dengan mudah sekitar pukul 13.11 waktu setempat sebelum akhirnya menyeberang jembatan dan memasuki wilayah Joint Security Area (JSA) yang terletak di dalam DMZ.

Petugas di pos pemeriksaan hanya bisa berlari tergopoh-gopoh saat mobil yang dikendarai Oh lewat. Kasus seperti Oh memang jarang terjadi. Setiap tahun ada lebih dari seribu warga Korut yang melarikan diri ke Korsel lewat Tiongkok. Tapi ketika Kim Jong-un berkuasa pada 2011 lalu, jumlahnya menurun.

Terakhir kali penduduk Korut lari ke Korsel lewat JSA adalah 2007 alias 10 tahun lalu. Jika saja ban mobil Oh tak bermasalah, dia bakal dengan mudah menyeberang ke Korsel dan mencari perlindungan. Tapi kenyataan berkata lain.

Saat keluar mobil dan lari ke sisi Korsel, dia diberondong peluru oleh prajurit Korut lainnya dan tergeletak 50 meter dari Military Demarcation Line (MDL) alias garis pembatas militer yang tidak boleh diseberangi oleh tentara Korut maupun Korsel.

Drama selama 44 menit itu berakhir setelah dua prajurit Korsel menyelamatkannya. Tentara yang masih berusia 24 tahun itu diterbangkan ke rumah sakit di Suwon. Prajurit Korsel menunggu sekitar 30 menit sebelum memutuskan bahwa itu bukan jebakan dan menyelamatkan Oh.

Direktur Urusan Publik UNC Chad Carroll mengungkapkan jika mereka telah menginvestigasi kasus penanganan terhadap pembelotan Oh itu. Hasilnya, Korut telah melanggar dua kesepakatan gencatan senjata yang ditandatangani pada 1953. Kesepakatan damai kedua negara tidak pernah ditandatangani sehingga secara teknis Korut dan Korsel masih dalam kondisi perang.

”Satu karena menembakkan senjata melewati MDL dan yang kedua adalah menyeberangi MDL,’’ ujar Carroll menjelaskan pelanggaran tentara Korut. Salah satu prajurit Korut memang sempat melewati garis beberapa detik sebelum akhirnya mundur. Tentara Korsel di lain pihak dipuji karena mampu menahan diri untuk tidak balas menembak.

Pelanggaran itu sudah diinformasikan ke Korut lewat jalur komunikasi reguler. Mereka mengajukan segera digelar pertemuan dan pembahasan agar kejadian serupa bisa dicegah ke depannya. Sampai berita ini diturunkan, belum ada jawaban dari Korut.

JSA yang terletak di Desa Panmunjom itu merupakan satu-satunya wilayah DMZ di mana tentara saling berhadapan satu sama lain tanpa pembatas. Panjang DMZ mencapai 250 kilometer. Karena itu, banyak turis dari Korsel maupun Korut yang kerap berkunjung. Pada saat kejadian, tak ada rombongan turis di lokasi. Video yang dirilis UNC berasal dari CCTV di wilayah JSA sisi Korsel.

”Area itu diciptakan sebagai wilayah netral bagi komite gencatan senjata untuk rapat secara berkala. Itu adalah tempat di mana pasukan militer dua negara bekerja sama,’’ tegas Yang Wook, peneliti senior di Korea Defense & Security Forum. Namun, setelah kasus pembunuhan tentara AS oleh tentara Korut pada 1976, ada aturan baru. Yaitu, anggota militer kedua negara harus tetap di posisinya masing-masing.

Sementara itu, setelah menjalani dua operasi untuk mengangkat peluru yang bersarang di tubuhnya, kondisi Oh kini sudah stabil. Dia tak lagi menggunakan alat bantuan pernapasan. Padahal, saat datang kondisinya sangat parah dan kehilangan banyak darah. (Reuters/BBC/CNN/sha)