25 radar bogor

BNN Musnahkan 2,8 Ton Narkoba

sofyansah/radar bogor LANGSUNG HANCUR: Petugas memasukkan ganja ke dalam alat penghancur di Indocement yang panasnya mencapai 1.000 derajat.
LANGSUNG HANCUR: Petugas memasukkan ganja ke dalam alat penghancur di Indocement yang panasnya mencapai 1.000 derajat.  (Sofyansah/Radar Bogor)

CITEUREUP–Siapa me­nyangka, Indonesia menjadi salah satu konsumen terbesar narkoba. Hingga, kebutuhan narkoba di negeri ini mampu memakmurkan jaringan narkoba internasional. Hal itu di­sampaikan oleh Kepala BNN Budi Waseso dalam sam­butannya, mengiringi pe­musnahan barang bukti ganja 2,8 ton, di pabrik Indocement, kemarin (21/11).

Menurutnya, Indonesia saat ini menjadi target tetap mafia narkoba internasional. Hal itu ditandai dari banyaknya negara produsen narkoba yang mengirimkan barangnya ke Indonesia. “Data yang kami peroleh, 11 negara produsen narkoba terbesar di dunia, mengirimkan barangnya ke kita dengan jumlah besar. Seperti, Belanda dan Colombia,” terang Budi.

Jika dirupiahkan, sambung­nya, jaringan mafia narkoba internasional menghabiskan uang Rp250 triliun untuk narkoba Indonesia. Umumnya, merupakan 65 jenis narkotika dari jumlah total keseluru­han 800 jenis yang ada di dunia.

“Saking daruratnya, janin pun sudah terkontaminasi nar­ko­ba. Kalau kita cek bisa saja ter­jadi,” kata dia.

Kondisi itu terjadi lantaran pemerintah belum memiliki kemapanan dalam banyak hal. Terutama mengenai upaya antisipasi pencegahan barang haram itu masuk. “Negara belum mampu memenuhi kebutuhan itu, karena kebutuhan kita banyak. Kondisi ini yang dimanfaatkan jaringan untuk eksis terus,” ucapnya.

Tak hanya itu, kelemahan personel aparat kepolisian dan pemerintah masih sangat di­rasakan. Hal itu yang mem­buat para mafia narkoba sema­kin leluasa memasok barang dagangannya.

“Contoh saja, kasus ini, ganja 2,8 ton bisa masuk, pasti melibatkan oknum. Emangnya gampang dari Bakahuni sampai sini,” tegasnya.

Selain itu, perlengkapan yang dimiliki BNN juga sangat terbatas. Karenanya, untuk memusnahkan tonase ganja memerlukan peran pabrik yang memiliki alat penghancur lebih efektif. “Negara belum mampu membeli alat pemusnah narkoba, karena kebutuhannya banyak. Jadi, numpang ke pabrik,” ucapnya.

Lebih lanjut ia menerangkan, Indonesia jadi pasar ideal berbagai jenis narkoba. Makanya, Indonesia terus dikirimi dari berbagai negara, karena harganya mahal, pemintaannya luar biasa.

“Di Indonesia harga sembako naik menjerit, tapi harga narkoba tinggi, mereka tetap membeli,” ujarnya.

Sementera itu, Kejari Kab Bogor Bambang Hartono me­ngatakan barang bukti yang dimusnahkan sudah berdasarkan putusan Mahkamah Agung RI NO 378K/Pis.sus/2017, atas nama terdakwa Taufik Hidayat, SH bin Muhamad Hidayat, dan telah berkekuatan hukum tetap berupa 2.571 bungkus besar lakban plastik cokelat narkotika jenis ganja.

“Hari ini ganja seberat 2,8 ton tersebut dimusnahkan di area Indocement, dibakar dalam mesin dengan suhu 1.000°C, sehingga barang bukti (ganja) langsung habis terbakar,” pungkasya.(azi/c)