25 radar bogor

Bima-Dadang Makin Kencang

MESRA: Dadang Iskandar Danubrata (kiri) saat bersama Bima Arya.
MESRA: Dadang Iskandar Danubrata (kiri) saat bersama Bima Arya.

BOGOR-Terbentuknya sejumlah kekuatan politik baru jelang Pilwalkot Bogor 2018, menjadi peluang bagi PDI Perjuangan berdampingan dengan kepala daerah petahana, Bima Arya. Dalam beberapa kegiatan, Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bogor Dadang Iskandar Danubrata bahkan tampak mesra dengan Bima Arya.

Sehingga, sinyal koalisi pun semakin kuat. Terlebih, PDIP dan PAN sudah memenuhi syarat untuk pasangan calon walaupun tanpa Gerindra, PPP atau partai lainnya. Dadang juga menyerahkan semuanya kepada Bima dan masih menunggu tahapan di masing-masing partai. “Belum ada yang pasti di politik sampai diumumkan,” ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, secara lisan, pada acara jalan sehat di hadapan 20.000 peserta, Bima Arya menyampaikan kesiapannya bekerja sama dengannya. “Hanya kami belum terima secara tertulis,” kata dia. Menurut Dadang, pembicaraan empat mata sering dilakukan termasuk antarpartai.

“Kepastian seharusnya pertengahan Desember, sebab partai harus sudah memutuskan berkoalisi. Karena tahapan pendaftaran di KPU 8-10 Januari 2018,” paparnya. Ia menambahkan, peluang mendapatkan rekomendasi dari partainya sangat besar, sehingga segala perangkatnya harus disiapkan untuk memenangkan Pilwalkot 2018.

“Kalau dilihat dari jumlah kursi (PAN-PDIP, red) sebagi syarat pencalonan sih sudah aman,” terangnya. Meski demikian, PDIP masih membuka peluang bagi partai lain untuk bergabung. “Terakhir Partai Hanura datang bersilaturahmi ke partai kami,” klaimnya.

Sementara itu, Gerindra sebelumnya sudah menyatakan siap menjadi pendamping Bima Arya. Dalam beberapa perte muan bahkan sudah menun jukkan spanduk bertuliskan ”Bogor Bisa (Bima-Sopian)”.

Sementara itu, pengamat politik Sofyan Sjaf menilai, psikologi pemilih di Kota Bogor cenderung tidak terbawa nuansa idologi dan rasionalitas pemilih mempertimbangkan background aktivitas. “Saat itu, Jokowi momentum populisme leadership-nya naik karena blusukan,” ujarnya.

Terlebih, fenomena yang diperlihatkan kelas menengah secara rasional juga sedikit ideologi karena dibesarkan dari multi-kulturalisme. Sehingga, kata dia, Bima Arya harus berhati-hati mencari pendamping, ia juga harus dapat menutupi sisi kelemahannya.

“Saat ini tidak mengurai persoalan. Seperti masalahangkot yang tidak diselesaikan dengan baik. Dia harus cari orang yang tepat agar mampu mengurangi benang merah yang kusut tersebut,” tuturnya. “Secara penataan Kota Bogor, sudah oke, tapi tidak cukup dengan itu,” tukasnya.(ded/c)