25 radar bogor

Tren Remaja Liburan ke Luar Negeri Setahun Bisa Lima Negara

Zaman sekarang, berlibur ke luar negeri menjadi hal biasa. Tidak hanya kalangan eksekutif muda, pelajar dan mahasiswa pun kerap memilih berlibur ke luar negeri. Ini seolah menjadi tren menghabiskan masa liburan.

Meski di kalangan anak seko­lah berlibur ke luar negeri masih bergantung kepada orang tua, ini menjadi ajang lomba satu sama lain agar mereka memiliki cerita seru selepas liburan.

Seperti yang diutarakan Mu-ham­mad Bobby Hadi Pratikto. Berkunjung ke luar negeri, bagi pelajar SMP Bosowa Bina Insani itu merupakan rencana liburan yang diinginkan bersama orang tuanya. Hampir setiap tahun di hari libur, orang tuanya selalu merencana­kan pergi ke luar negeri.

Tahun ini saja, sudah dua negara yang ia kunjungi yakni Malaysia dan Singapura. Bahkan, di penghujung 2017, pria kelahiran 24 Juli 2005 ini bersama keluarga telah meren­canakan ke Sydney, Australia.

Pemilihan Sydney, dikatakan Bobby, merupakan pilihan sang ibu yang ingin sekali mengun­jungi Opera House yang terkenal di sana. “Saya juga ingin ke sana setelah cari tahu di Google,” katanya kepada Radar Bogor.

 

Kalau untuk pemilihan Singa­pura dan Malaysia, Bobby mengaku, karena kedua destinasi itu dekat dan saat itu liburan yang sangat singkat, bukan libur panjang. Berjalan mundur, sebelumnya, tahun lalu Bobby mengunjungi beberapa negara, yaitu Prancis, Italia, dan Jerman. Ketiganya dikunjungi dalam sekali trip berkeliling Eropa. Bobby juga telah berkunjung ke Korea, Thailand, dan Filipina.

Selain refreshing setelah belajar penuh di sekolah mau­pun di luar sekolah, Bobby meng­ungkapkan, traveling sangat penting sebagai refreshing setelah aktivitas penuh sehari-hari.

Ia juga mengatakan, traveling ini banyak memberikan ilmu pengetahuan mengenai budaya, penduduk, dan makanan di negara lain. “Kalau saya dan keluarga ini merupakan family time menjaga kekompakan. Tapi juga menambah ilmu pengetahuan,” ujar Bobby.

Begitu pula dengan penguasaan bahasa asing. Anak bungsu dari tiga bersaudara itu semakin ingin terus memperbaiki pengu­asaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris. “Saya tertantang untuk mempelajari bahasa Jepang dan Tagalog, karena unik dan susah,” katanya. Bobby berharap, ke depan, ia bisa mengunjungi benua Amerika dan berkunjung ke Hollywood di Los Angeles.

Hal sama dialami Muhammad Adhito Pramudya. Siswa SMA Bosowa Bina Insani itu juga kerap kali berlibur ke luar negeri meski bersama keluarga. Penyuka sepak bola ini sempat mengunjungi beberapa stadion sepak bola tim besar dunia, seperti Camp Nou milik FC Barcelona dan FC Ajax Amster­dam Arena, Belanda.

Tahun ini saja, Dhito telah berkunjung ke lima negara, seperti Belanda, Prancis, Swiss, Italia, dan Inggris dalam satu waktu. Awalnya ia mengikuti pelatihan sepak bola di Belanda yang diselenggarakan oleh salah satu penyelenggara sepak bola di sana. “Ayah saya yang tahu dan nawarin. Ya, saya mau untuk menambah skill bola saya. Nah, baru sisanya sekalian jalan-jalan,” kata Dhito.

Dia juga telah mengunjungi negara lain, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Spanyol, Jepang, Hongkong, dan Macau. Biasanya, kata Dhito, berkunjung ke beberapa negara dalam satu benua menggunakan sejumlah transportasi. Naik kereta, naik bus, juga tentu pesawat. Tentu itu membuatnya mengenal berbagai transportasi dan perbedaannya.

“Saya banyak tahu transportasi, budaya, makanan serta cuaca di sana, perbedaan dengan di Indonesia bagaimana. Seru, tambah ilmu banget,” akunya. Pelajar kelahiran Jakarta, 8 Juli 2001, itu juga berharap saat dewasa bisa menjelajah dunia dengan keluarga dan biaya sendiri. “Semoga bisa traveling bersama teman-teman secara backpacker-an,” imbuhnya.

Sementara itu, mahasiswa Univeritas Terbuka Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Ayu Atmi Octaria menga­takan, baginya traveling sebuah proses pembelajaran di sela-sela liburan. Selain tempat-tempat menarik yang ia kunjungi, memilih luar negeri karena banyak budaya yang beragam yang bisa ia pelajari.

Mengenai keuangan, tentu Ayu lebih mempersiapkannya jauh-jauh hari dengan memilih berbagai estimasi terburuk di sana. “Saya melihat Google ada estimasi, lalu saya lebihkan untuk jaga-jaga,” kata Ayu. Untuk hotel, sudah ia pesan dari Indonesia dan dicatat untuk pengeluaran sesuai bujet.

Soal transportasi pun, Ayu lebih suka memilih angkutan umum, seperti tuktuk kalau di Thailand, Bus Percuma atau bus gratis di Malaysia. “Saya lebih suka backpacker, karena budget juga sih, tapi ya seru. Banyak pengalaman banget dibandingkan dengan travel yang sudah terjadwal,” tutup wanita yang hobi main golf ini.(ran/d)