25 radar bogor

Kolecer yang Nyaris Punah

Doni/Radar Bogor TRADISIONAL: Sugandi (kanan) dan Agus membuat kolecer di depan rumah mereka.
Doni/Radar Bogor
TRADISIONAL: Sugandi (kanan) dan Agus membuat kolecer di depan rumah mereka.

Di era digital seperti sekarang ini, hobi tradisional mulai ditinggalkan.­ ­Namun berbeda dengan Sugandi (34) dan Agus (25). Dua kakak beradik ini justru ­menekuni hobinya membuat kolecer (kincir angin).

Laporan:
Muhammad Aprian Romadhoni

Suaranya yang khas me­nyuguhkan kepuasan tersendiri bagi pencintanya. Ya, kolecer, sebuah mainan tradisional yang sangat populer di masyarakat Sunda. Ditemui di halaman rumahnya, Kampung Manis Madu RT 04/07, Desa Pandan Sari, Kecamatan Ciawi, mereka tengah asyik memilah kayu. Sugandi sibuk menyerut kayu, sementara Agus me­nimbang sambil melihat posisi lubang.

“Ini hanya hobi saja, mengisi waktu luang,” ujar Sugandi kepada Radar Bogor, kemarin (16/11).

Ia mengaku, membuat kolecer hanya untuk kepuasan semata. Dari mulai mencari sisa kayu di hutan sampai memasang sendiri di pucuk pohon menggunakan ruas bambu. Agus juga menyebut jika tidak semua kayu bisa jadi bahan kolecer. Sebab, faktor ringan dan keseimbangan menjadi pilihan.

Proses pembuatan kolecer sendiri adalah dari kayu dengan dililit daun pisang kering. Baling-baling itu kemudian dipasang dengan batang bambu ukuran kecil sampai besar. Sedangkan buntut dari kolecer dipasangi daun kepala. Panjang baling-balingnya beragam, mulai 0,5 meter sampai 4 meter. “Kalau di sini pakai kayu tisuk yang daunya bulat. Atau kayu kitanah dan randu,” timpal Agus.

Menurutnya, saat ini sudah jarang ada penjual kolecer. Sementara, soal harga, tergantung kualitas kolecer saat dipasang dan berputar melawan angin. “Jenis kolecer suara keras itu mahal, bisa sampai Rp2 juta. Tapi kita mah hobi. Bunyinya wiiiiing gitu,” kata dia sambil menunjuk kolecer buatannya.(*/c)