25 radar bogor

Toreh Sejarah, Dipilih Secara Musyawarah

PRESENTASI: Rektor Terpilih IPB 2017-2022 Dr Arif Satria saat menyampaikan materi visi dan misi serta program strategis pada Sidang Paripurna Terbuka Pilrek IPB 2017, di Kampus Dramaga, kemarin (15/11). SOFYANSYAH/RADAR BOGOR

Untuk kali pertama dalam sejarah IPB, pemilihan rektor diputuskan melalui mekanisme musyawarah dan mufakat para anggota Majelis Wakil Amanat (MWA). Terhitung sejak sore kemarin, kampus pertanian resmi memiliki rektor baru untuk periode 2017-2022, yakni Dr Arif Satria.

Setelah melalui rentetan seleksi sejak Mei lalu, Panitia Pemilihan Rektor (Pilrek) IPB 2017 kemarin merampungkan tugas mulia mencari pemimpin baru kampus pertanian. Sosok terpilih itu merupakan Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB, Dr Arif Satria, selaras dengan hasil survei dan prediksi yang pernah dianalisa Radar Bogor (simak infografis).

’’Ini sesuatu yang baru terjadi di IPB, di mana berjalan dengan baik, semua sepakat untuk menetapkan satu, dan dengan pandangan yang sama bahwa satu itulah yang baik dan layak untuk menjadi rektor IPB lima tahun ke depan,” ujar Ketua MWA IPB Prof MA Chozin kepada pewarta pada konferensi pers di kampus IPB Baranangsiang, Rabu (15/11).

Prof Chozin beberapa kali menjelaskan bahwa penetapan rektor dengan cara musyawarah mufakat ini belum pernah terjadi di IPB.

Keputusan mufakat itu ditempuh setelah seharian kemarin tiga calon rektor: Dr Arif Satria, Prof Muh Yusram Massijaya, dan Prof Yonny Koesmaryono menjalani sidang paripurna di hadapan 15 anggota MWA serta pemangku kepentingan dan civitas akademika.

’’Pada kesempatan pertama, Dr Arif Satria. Judul paparannya Race in Excellence to Shape IPB Future. Lalu kandidat kedua, Pof Muh Yusram Massijaya. Ketua Dewan Guru Besar IPB ini memaparkan rencana strategis dan program kerja dengan judul IPB sebagai Center of Excellence dan Penggerak Bangsa. Dilanjutkan Prof Yonny Koesmaryono memaparkan program kerja dengan judul Next Stairs to Reach IPB Future,’’ beber Prof Chozin.

Dia menjelaskan, anggota MWA IPB terdiri atas unsur Dewan Guru Besar IPB, Himpunan Alumni, perwakilan mahasiswa, serta perwakilan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) yakni Sekretaris Jenderal Prof Ainun Na’im.

Setelah melaksanakan sidang paripurna terbuka, lokasi sidang berpindah ke kampus IPB Baranangsiang. Seluruh anggota MWA beserta seluruh pihak berkepentingan kemudian mengikuti sidang paripurna tertutup. ’’Di situlah putusan melalui kesepakatan musyawarah mufakat,’’ kata Prof Chozin.

Dia berharap, rektor IPB terpilih menjadi pemimpin akademik yang visioner, berkinerja dan inklusif serta mau melayani semua golongan. ’’Terpenting memiliki visi kuat memimpin,’’ imbuhnya. Rencananya, serah terima jabatan antara Rektor terpilih IPB Dr Arif Satria dengan Rektor IPB menjabat Prof Herry Suhardiyanto akan dilakukan bulan depan.

’’Bila tidak ada halangan, pelantikan dan serah terima jabatan dari rektor terdahulu dengan rektor terpilih akan dilaksanakan pada tanggal 15 Desember yang akan datang,’’ kata Prof Chozin.

Sekjen Kemenristekdikti, Prof Ainun Na’im yang hadir dalam penetapan rektor terpilih IPB menaruh harapan besar pada rektor terpilih. Ia berharap, perkembangan teknologi yang kian pesat juga dapat membantu IPB melahirkan berbagai inovasi di bidang pertanian.

’’Kita punya harapan yang besar pada IPB, khususnya kontribusinya terhadap pembangunan sektor pertanian di Indonesia. Apalagi, dengan perkembangan teknologi dan inovasi, itu perkembangan negara berharap banyak pada IPB. Dengan pemimpinnya yang baru, insyaallah akan membawa IPB untuk memelihara penerapan itu,’’ paparnya.

Ia sempat menanyakan langsung terkait kabar banyaknya lulusan IPB yang terjun ke bidang non pertanian. Tapi, menurutnya, sudah dijawab Dr Arif Satria dengan bukti dari penelitian yang menyatakan bahwa hanya sebesar 30 persen alumni yang bekerja di bidang non pertanian.

“Tadi saya tanyakan juga. Ternyata yang bekerja di luar sektor pertanian itu hanya 30 persen. Yang 70 persen tetap di sektor pertanian,’’ ujar Prof Ainun. Meski banyak lulusan bekerja di luar pertanian, kondisi itu dinilai sebagai sebuah prestasi bagi IPB. Pasalnya, banyak alumni IPB yang menguasai hal mendasar sehingga bisa menguasai bidang non pertanian.

“Itu suatu prestasi juga artinya mereka cukup menguasai hal yang mendasar, sehingga bisa bekerja di sektor yang non pertanian,” tandasnya. (rp1/wil/d)