25 radar bogor

Sesuai Prediksi Prof Herry Titip Harapan Besar

BOGOR–Sebagai Rektor terpilih IPB, Dr Arif Satria mengaku sudah menyiapkan berbagai rumusan program terobosan. Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB itu menggagas salah satu metode baru untuk seleksi mahasiswa IPB, yakni kepada para ketua OSIS di SMA terbaik se-Indonesia.

Ditemui Radar Bogor kemarin (15/11), Arif menjelaskan terkait idenya untuk mengumpulkan calon-calon leadership di IPB. Caranya, menggunakan metode undangan kepada para ketua OSIS SMA terbaik di Indonesia menjadi calon mahasiswa IPB.

“Bagian dari upaya kita mencetak pemimpin untuk mencetak pelaku pelaku usaha baru dan seterusnya. Selama ini undangan hanya untuk lulusan terbaik, sekarang untuk ketua-ketua OSIS,” jelasnya di kampus IPB Baranangsiang.

Nantinya, dari seleksi ketua OSIS akan diberikan porsi maksimal 10 persen dari total keseluruhan. Artinya, akan ada sekitar 400 mahasiswa IPB yang merupakan jebolan ketua OSIS.

“Itu kalau ada di sini semua, insyaallah leadershipnya teruji. Kemudian dari sisi negosiasi, lobi, softskill-nya sudah mulai terasa. Program saya kan 2019, tapi saya berharap, 2018 kalau belum terlambat akan segera saya berlakukan itu,” terangnya.

Selain itu, Arif juga menggagas program Tani Center, yaitu bentuk pelayanan terhadap para petani, nelayan, pelaku budidaya ikan, serta para peternak. Dari situ, nantinya para pelaku usaha itu bisa mendapatkan informasi ataupun solusi dari segala permasalahan yang merundung di bidangnya masing-masing.

“Karena kita harus memberikan pelyanan yang baik kepada mereka sehingga bisa mendapatkan akses untuk mendapatkan informasi serta solusi-solusi dari masalah yang mereka hadapi. Pintu masuk pelaku pelaku usaha, pelaku pertanian untuk bisa ke IPB,” paparnya.

Rektor IPB, Prof Herry Suhardiyanto menaruh harapan besar kepada penerusnya itu. Terlebih, mengenai programprogram jangka panjang IPB. “Yang sangat penting adalah untuk menunaikan rencana jangka panjang IPB 2019-2045 dan program kerja yang sudah diajukan sebagai bagian dari program itu,” ujar Prof Herry.

Usulan rencana strategis 2019-2023 yang disampaikan oleh
rektor terpilih diharapkan bisa memberi kebaikan pada IPB.

“Mudah-mudahan bisa dikawal dan dapat bersama sama mempertimbangkan potensi terbaik yang ada di IPB untuk membangun wining team ke depan yang dapat mengawal proses transformasi IPB menjadi lebih baik lagi. Yang sangat penting untuk dilanjutkan adalah bahwa IPB sudah membukukan kontribusi dalam bidang inovasi,” kata Prof Herry.

Di bagian lain, Radar Bogor turut mengawal proses Pemilihan Rektor (Pilrek) IPB 2017-2022, sepanjang enam bulan ke belakang. Mulai sosialisasi pilrek secara umum, perjalanan penjaringan bakal calon rektor, hingga membedah visi-misi 18 dari 24 bakal calon rektor yang terjaring di seleksi menuju 6 besar.

CEO Radar Bogor Group Hazairin Sitepu bahkan mengundang satu per satu bakal calon rektor untuk berdiskusi langsung secara tatap muka. Hasil diskusi itu kemudian ditayangkan dengan gamblang di harian Radar Bogor. Dengan harapan, masyarakat dan pembaca mendapat pencerahan terkait ’’isi kepala’’ para bakal calon rektor.

Selain membedah visi misi bakal calon rektor, Radar Bogor juga melakukan dua kali polling untuk mengetes popularitas mereka. Hasilnya selaras dengan keputusan akhir MWA di puncak pelaksanaan pilrek kemarin. Dr Arif Satria selalu unggul dalam dua polling yang digelar Radar Bogor.

’’Polling itu dilakukan terhadap civitas akademika yang terdiri dari guru besar, dosen, pegawai, serta mahasiswa. Hasilnya selalu beda tipis antara Dr Arif Satria dan Prof Yonny,’’ ujar Pemimpin Redaksi Radar Bogor Nihrawati AS.

Selama peliputan perjalanan Pilrek IPB 2017, Radar Bogor juga banyak menerima masukan dan harapan para penghuni kampus pertanian atas pemimpin baru mereka. Seperti yang diungkapkan dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), Prima Gandhi.

Dia sangat mengharapkan rektor terpilih dapat menjalankan amanah dengan jujur, ikhlas dan adil. Sebab menurut dia, harga ketiga variabel itu sangat mahal.

“Berikan perlakuan adil kepada siapapun, hindarkan pengkotakan “orang dekat” dan ‘orang segolongan’. Berikan reward dan punishment dengan kejujuran, ikhlas dan adil,” ujar Prima.

Hal lain yang harus dikembangkan kata dia, kepemimpinan yang transformasional, bukan transaksional. Pola perilaku pemimpin harus menjadi suri tauladan. Pemimpin seperti ini menurut dia, biasanya akan dikagumi, dihormati dan dipercayai oleh para bawahannya.

Dosen dan mahasiswa juga perlu diciptakan kelompokkelompok studi tentang peradaban dan good governance yang selalu mencermati, mengkaji dan mempublikasikan hasil kajian untuk konsumsi masyarakat dan pemerintah.

“IPB selalu di depan dalam memberikan kontribusi bagi pengembangan dan pembangunan bangsa khususnya di bidang pertanian,” ujarnya.(cr1/rp1/d)