25 radar bogor

Cara Warga Puncak Peringati Rebo Wekasan

Doni/Radar Bogor TRADISI: Pawai sedekah ketupat dalam peringatan Rebo Wekasan sebagai penanda hari terakhir dalam bulan Safar, kemarin.

Tradisi Rebo Wekasan atau hari Rabu terakhir di bulan Safar, kemarin, dirayakan sebagian umat Islam di Bogor. Tak terkecuali, masyarakat di ­kawasan Puncak. Kupat (ketupat) menjadi mediasi sedekah dalam memohon doa menolak bala.

Laporan:
Muhammad Aprian Romadhoni

Ratusan warga Puncak berkumpul meramaikan pawai ketupat. Hidangan di rumah-rumah menyediakan makanan yang sama. Termasuk lokasi wisata dan hotel.

Pawai yang dimulai sejak pukul 06.30 WIB tersebut, diikuti berbagai elemen masyarakat, pemerintah, dan ormas dengan tema ”Puncak Ngahiji”. Rute perjalanan diawali dari Masjid Harakatul Jannah Gadog dan berakhir di perkebunan teh Gunung Mas. Serta melakukan salat sunah empat rakaat di rest area dekat kawasan milik PTPN VIII itu.

Sedekah ketupat merupakan tradisi yang dicanangkan ulama Bogor KH Asyhari Bakom pada 1951 silam. Yang diawali dengan salat sunah empat rakaat pada pagi hari dan di-tutup dengan pembagian ketupat. Maknanya, kupat me­lambangkan media sedekah yang masuk untuk kalangan menengah ke bawah dan atas.

”Jadi, sama sedekahnya, tidak ada orang kaya maupun miskin. Sebagai penolak bala,” ujar tokoh agama Cisarua Ustaz Miftahudin kepada Radar Bogor, kemarin.
Ia menambahkan, adat istiadat bisa dilestarikan dalam Islam. Dengan syarat, tidak melanggar atau keluar dari syariah agama. Menurutnya, sedekah kupat ini sudah ada sejak zaman Sunan Kalijaga.

Koordinator Rebo Wekasan Muhsin Aziz mengatakan, peringatan ini sudah berlangsung sejak lama. Umat Islam di­sunahkan melakukan salat empat rakaat sebagai bentuk permohonan menolak bala bencana. ”Budaya ini yang hidup di masyarakat wilayah Puncak. Dengan adanya Rebo Wekasan mengarak ketupat, bisa mengetahui sunah dan budaya,” katanya.(*/c)