25 radar bogor

Bocah GW Sembunyikan Kekejaman Ibu

ilustrasi

JAKARTA–Pihak sekolah GW (5), anak yang dibunuh ibunya dengan disemprot obat nyamuk, menemukan banyak luka di tubuh anak didiknya. Sang anak pun menyebut luka tersebut karena terjatuh.

“Dulu guru pernah melihat punggung GW, eh kesakitan. Ternyata ada luka garis-garis, seperti bekas cakaran. Namun, dia bilang gara-gara jatuh di kantor mamahnya yang lama,” kata Kepala sekolah GW, Mery, kepada wartawan di kantornya, Tanjung Duren Utara, Grogol Petamburan, Senin (13/11).

GW sekolah di situ sejak tiga tahun lalu, dari playgroup sampai TK B. Namun, GW mengalami perubahan beberapa bulan terakhir. “Semenjak pulang dari Bangka, jadi lebih murung, pendiam. Padahal dulunya ceria,” kata Mery.

Semenjak itu pula, GW sering menggunakan pakaian panjang. Padahal, seragam sekolah di situ tidak ada yang memiliki lengan panjang. “Semenjak ada luka-luka, pake kaos panjang. Dan waktu disuruh buka baju, baru deh mau. Dan semuanya shock,” ucap Mery.

Pihak sekolah langsung mengambil tindakan dengan mengirimkan surat kepada Novi Wanti. Sekolah ingin bertanya lebih jelas penyebab banyaknya luka di tubuh GW. “Kan waktu luka-luka banyak, kami undang mamahnya ke sini. Mamahnya marah-marah. Katanya, kalau ada apa-apa ngomong aja. Nggak usah panggil kayak gitu,” ujar Mery.

Pihak sekolah pun pernah mencuri-curi waktu saat Novi menjemput pulang. Novi hanya berkata anaknya menjadi bandel. “Setiap mamahnya jemput, Miss-nya (gurunya) langsung cari kesempatan buat ngomong. (Novi bilang) Iya nih sekarang GW nakal. Gini, gini, gini, komplennya sekarang ngompol terus,” ucap Mery.

Novi menyemprotkan obat nyamuk ke GW di rumah kos Novi di Jalan Asem Raya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Sabtu (11/11). Novi mengaku kesal anaknya itu mengompol terus.

Atas perbuatannya, Novi ditetapkan sebagai tersangka. Dia dijerat dengan Pasal 80 ayat 3 dan Pasal 76 c Undang-Undang Nomor 35/2014 tentang Perlindungan Anak.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyampaikan duka mendalam dan keprihatinan atas meninggalnya bocah GW. Komisioner KPAI Retno Listiyarti menduga kondisi psikologis sang ibu sedang bermasalah atau mengalami depresi.

“Kondisi psikologis sang ibu yang sedang tidak stabil karena berbagai faktor mengakibatkan sang anak rentan menjadi pelampiasan sang ibu. Kondisi ini mengakibatkan sang anak ikut menjadi resah, gelisah dan tak nyaman. Sehingga sang anak menjadi terganggu juga psikologisnya, dampaknya dia tidur gelisah dan kemudian mengompol,” ujar Retno kepada Radar Bogor.

Yang disayangkan KPAI adalah kepekaan atau sensitivitas orang-orang di sekitar anak. Mengapa masih banyak orang yang abai dan mendiamkan anak yang mendapat kekerasan dari ibunya.

“Padahal, orang sekeliling seharusnya tidak abai, bisa lapor RT/RW atas kekerasan tersebut karena ada UU KDRT dan UU Perlindungan Anak. Jadi, RT/RW bisa melaporkan ke polisi jika sang ibu tidak bisa diingatkan atau dicegah. Mari berhenti cuek untuk kekerasan anak yang terjadi di sekeliling kita,” cetusnya.(det/ric)