25 radar bogor

Kesaksian Detik-Detik Evakuasi Korban Kebakaran KM Dharma Kencana II Panas dan Penuh Asap, Bibit pun Lompat ke Laut

KEPUTUSAN TEPAT: Kapten Asrofi saat tiba di Pelabuhan Panglima Utar, Kumai, kemarin. RINDUWAN/RADAR SAMPIT
KEPUTUSAN TEPAT: Kapten Asrofi saat tiba di Pelabuhan Panglima Utar, Kumai, kemarin. RINDUWAN/RADAR SAMPIT

Seluruh penumpang dan kru KM Dharma Kencana II terselamatkan berkat kesigapan tongkang, perahu nelayan, dan KM Kirana I dalam memberikan pertolongan. Nakhoda Kirana I minta izin penumpang dulu sebelum putar balik untuk menolong.

JARUM jam belum lagi sampai ke angka 4. Tapi, kegaduhan itu langsung membangunkan Anang dari tidur lelapnya. Dengan mata yang masih sangat berat, dia menengok ke luar kamar. Dari sana rupanya kegaduhan itu berasal: para penumpang KM Dharma Kencana II sudah berlarian dengan panik sembari berteriak, ”Kebakaran, kebakaran.”

Kepanikan pun dengan segera menyergap Anang. Pria 50 tahun asal Semarang, Jawa Tengah, itu bergegas membangunkan sang anak, Yongki. Mereka berdua pun langsung ikut arus penumpang lainnya menapaki tangga darurat menuju bagian atas kapal.

Minggu subuh (29/10) itu asap sudah mulai terlihat di berbagai sudut kapal. Udara terasa pengap. Jerit ketakutan terdengar di mana-mana.

Sialnya, di saat genting itu, Yongki terjatuh. Kakinya linu. Anang pun harus membantu memapah sang anak yang berjalan tertatih-tatih. ”Kami sudah takut semua. Semua penumpang juga sudah menggunakan jaket pelampung,” kenang Anang tentang subuh mencekam di tengah Laut Jawa itu kepada Radar Sampit (Grup Radar Bogor).

Horor itu menimpa kapal yang mengangkut total 209 orang tersebut dalam perjalanan menuju Pontianak, Kalimantan Barat. Sekitar 10 jam setelah berangkat dari Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang.

Nun 60 mil dari posisi KM Dharma Kencana II yang tengah terbakar tersebut, kabar didengar Asrofi. Saat itu KM Kirana I yang dinakhodainya sedang menuju Pelabuhan Panglima Utar, Kumai, Kalimantan Tengah.

Asrofi langsung tergerak menolong. Tapi, dia sadar, pilihan untuk putar balik itu bakal berisiko. Sebab, kapalnya juga mengangkut 200 orang. Dan, antara Kirana I dan Dharma Kencana II terpisah enam jam perjalanan laut.

”Akhirnya saya informasikan kepada penumpang (yang dibawa Kirana I) karena bakal berdampak pada jarak tempuh yang semakin lama. Namun, karena misi untuk menyelamatkan ratusan orang, akhirnya semua penumpang setuju,” jelasnya.

Tapi, di Dharma Kencana II, api jelas tak menunggu berjam-jam untuk terus melalap kapal. Dan, para penumpang juga sudah pasti tak bisa menunggu kapal penolong datang untuk menyelamatkan diri.

Para perempuan dan anak-anak pun diprioritaskan untuk menaiki sekoci terlebih dahulu. Sementara itu, api terus berkobar. ”Saya langsung melompat ke laut dari dek kapal paling atas. Sudah tidak tahan lagi karena panas dan penuh asap,” ungkap Bibit Ruslan, penumpang asal Demak, Jawa Tengah.

Pria 59 tahun itu lantas mende­kat ke salah satu sekoci yang sudah diisi sekitar 20 orang. Sembari berdesakan, mereka terombang-ambing di tengah laut.

Persis saat ombak datang menghantam, Bibit yang berada tepat di ujung depan sekoci terjatuh lagi ke laut. Beruntung, tak jauh dari sana, dia melihat perahu nelayan yang berusaha menolong.

Ke sanalah dia berenang dan bertahan selama berjam-jam. Sampai dilihatnya sebuah kapal tongkang pengangkut minyak mentah. Dia kembali menceburkan diri ke laut untuk menuju tongkang tersebut.

Ketika tiba di titik tempat Dharma Kencana II terapung dan terbakar, Asrofi memang melihat sebagian penumpang sudah berada di atas tongkang yang lebih dahulu membantu. Sebagian lainnya berada di kapal nelayan.

Belum diketahui milik siapa tongkang itu. Juga, tak ada yang tahu nelayan dari mana mereka. Asrofi lantas merapatkan kapalnya ke tongkang. Melalui pintu darurat, ratusan korban dievakuasi.

Sekitar 40 ABK Kirana I turut mengevakuasi. ”Saya sengaja minta ABK turun ke tongkang, membantu para korban untuk naik ke kapal. Sebagian tetap berjaga di atas kapal untuk memperhatikan mesin dan mengarahkan para korban masuk ke kapal,” ungkapnya.

Para penumpang Dharma Kencana II yang dievakuasi tak banyak membawa barang. Hanya benda-benda kecil yang tak merepotkan.

Para ABK Kirana I memberi mereka sarung. Sebagian besar tas dan pakaian mereka tak terselamatkan dari kapal yang terbakar. ”Saat itu ada yang menangis. Semuanya campur aduk. Tapi, ada juga yang salat sebagai bentuk sujud kepada Sang Pencipta,” jelasnya.

Bibit mengingat hari jelang tengah hari saat satu per satu penumpang dievakuasi ke KM Kirana I. ”Semua dalam keadaan lemas dan mabuk laut,” katanya.

Asrofi akhirnya bisa bernapas lega setelah semua korban terevakuasi dan tak ada korban jiwa. Keberadaan 2 bayi, 4 anak-anak, dan beberapa lansia di antara para korban semakin meyakinkan Asrofi bahwa keputusannya tepat.

Ke-209 penumpang serta ABK Dharma Kencana I plus para penumpang dan ABK Kirana I akhirnya tiba di Pelabuhan Panglima Utar kemarin pagi (30/10). Penumpang Kirana I diturunkan lebih dahulu.

Setelah itu, penumpang kapal yang terbakar diturunkan dan langsung diarahkan ke terminal penumpang untuk didata dan mendapat perawatan medis.

Yang sakit langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Rakyat Kumai oleh tim medis dan petugas Dinas Kesehatan Kotawaringin Barat. Beberapa mendapat bantuan infus karena kondisinya sudah drop dan trauma. Mereka juga diberi pakaian ganti dan makanan.

Gede Mahartha, manajer usaha PT Dharma Lautan Utama yang menaungi kedua kapal, mengata­kan bahwa 73 orang telah dipu­langkan ke Pontianak. Mereka menggunakan dua bus yang berangkat pada  pukul 11.30 WIB kemarin. Sedangkan 25 orang berangkat menuju Semarang dengan pesawat yang terbang pukul 15.25 WIB kemarin.

Suami istri, Tikno dan Imah, yang menaiki Dharma Kencana I bersama putri mereka, Zahra, yang baru berusia 3 tahun berterima kasih sekali kepada semua pihak yang membantu. Padahal, dia mengaku sempat pasrah. ”Anak saya terus menangis. Yang ada di pikiran saat itu menyelamatkan istri dan anak,” ujar Tikno.(*/JPG/jok/dwi/c10/ttg)