25 radar bogor

Top Up Bisa di Tol

JAKARTA–Sepekan lagi, kebijakan pembayaran tol dengan uang elektronik akan diterapkan sepenuhnya. Sejauh ini, angkanya mencapai 88 persen. Diharapkan bisa tercapai 100 persen dalam waktu dekat. Seperti halnya di Bali, semua pengendara sudah menggunakan uang elektronik saat melewati tol.

Hal itu disampaikan Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry TZ. ”Di Jabotabek sudah mencapai 92 persen,” kata Herry kepada wartawan pada konferensi pers di kantor Bank Indonesia kemarin (23/10). Saat ini, lanjur Harriy, 70 persen gardu sudah menyediakan alat untuk pembayaran full nontunai dan tunai. Selain itu, dia gardu tol disediakan layanan khusus untuk melakukan isi ulang(top up.

“Di gerbang tol harus ada fasilitas top up yang kami desain sedemikian rupa. kan dijalan tol cepatnya. Nanti kalau mau top up, ada digardu sebelah kiri. Jangan dikanan, nanti jadi chaos,” jelas Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Sugeng.

Guna memudahkan penggunaan uang elektronik melakukan top up, BI sudah berkomunikasi dengan bank untuk menambahkan titik top up mereka. Misalnya, di rest area, minimarket, dan ATM. Para pengguna uang elektronik juga bisa menggunakan e-bangking untuk isi ulang saldo.

Demi kelancaran program tersebut, Herry juga memastikan alat reader yang ditempatkan di gerbang-gerbang tol berfungsi dengan baik. Dia mengakui, dibeberapa gerbang tol, alat belum maksimal karna masih menggunakan perangkat lama yang hanya bisa membaca kartu keluaran satu bank.

“Kami sudah punya jadwl untuk menggantiannya. nanti pada 31 Oktober, semua alat sudah baru dan bisa membaca kartu dari beberapa bank yang sudah bekrja sama,” kata dia. Hingga saat ini, ada lima bank yang menerbitkan uang elektronik untuk pembayaran tol. Yakni, BNI,BTM,BRI,Mandiri, dan BCA.

“Pada Desember 2017, ada tiga bank lain yang akan bergabung. Yaitu, Bank Mega,Bank Nobu, dan Bank DKI,” kata Direktur Departemen Pengawasan dan Kebijakan Sistem Pembayaran BI Pungky Purnomo Wibowo. Mengenai kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) karena adanya elektronifikasi transaksi tol, Dirut Jasa Marga Desi Aryani menegaskan hal tersebut tidak benar.

Dia mengatkan pihaknya berkomitmen untuk tidak melakuan PHK. Di sisi lain, kebutuhan Jasa Marga akan tenaga kerja masih tinggi. kendati tidak ditempatkan di gerbang tol, Jasa Marga masih membutuhkan banyak orang untuk ditempatkan di ruas-ruas jalan tol baru mereka.

“Banyak pos lain. Kami masih membutuhkan orang untuk meningkatkan serivis kami. Ada dikantor baru maupun rest-area. Ruas tol kita meningkat dua kali lipat panjangnya,” ungkap dia. Desi menyatakan, untuk meniyapkan job desk baru mereka, Jasa Marga memberikan pelatihan khusus yang diberi nama program alih profesi.

Menurut Desi, pengalihan profesi tersebut juga menjadi langkah baik untuk lebih memanusiakan para penjaga gerbang tol itu. Desi menambahkan, selama ini, selama bertahun-tahun mereka harus bekerja di dalam boks kerukuran kecil. terus-menerus menghirup asap kenalpot dari kendaraan-kendaraan yang melintas. “Itu pekerjaan yang berisiko,” ucap Desi

Herry mengatakan, setelah kebijakan full nontunai di gerbang tol di berlakukan, pihaknya mulai berfokus menguji coba sistem multilane free flow yang menjadi puncak dari program elektronifikasi tol.” Berdasarkan MoU kan tahap empat itu Desember 2018. Kita cenderung melakukan uji coba dalam waktu dekat,” ungkap Herry.

Bali dan Makasar akan menjadi percontohan program tersebut. Kendaraan-kendaraan disana dipasangi RFID yang bisa dibaca oleh alat gerbang tol. Nanti pengemudi tidak perlu menghentikan kendaraan untuk membayar tol. Mereka hanya perlu melintas dan secara otomatis alat membaca RFID mereka.

“Kita uji coba di ruas-ruas yang terukur. Kalau berhasil kita lanjutkan. untuk uji coba ini, kita masih single lane dengan barrir dulu,” terang dia. Sementara itu, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menuturkan, masih ada beberapa kekurangan dalam penggunaan gardu tol nontunai bagi konsumen.

Misalnya, soal isi ulang yang dianggap ribet. Dia menyatakan pernah terkendala saat isi ulang keminimarket sistem tidak berfungsi dengan baik. “Akhirnya, karena ribet, saya cari ATM,” ujar dia pada diskusi tentang gerakan nasional nontunai di jakarta kemarin (23/10).Selain itu, dia menuturkan bahwa kartu yang bervariasi bisa merepotkan. Masyarakat akan punya semakin banyak kartu sehingga tidak ringkas. “Butuh beberapa puluh kartu di dompet kita,” ujar dia. (and/jun/c6/ang)