25 radar bogor

Jenguk Anak Pasutri Tewas

SEDIH: Salah satu anak korban (kiri) menangis di rumah duka, kemarin. (Nelvi/Radar Bogor)

BOGOR–Jalur Puncak kembali menelan korban. Kemarin (21/10) sepasang suami istri (pasutri) menjadi korban kecelakaan lalu lintas di jalan nasional tersebut. Peristiwa berawal pukul 08.30 WIB, saat Saepudin (48) dan Nurhayati (47) melaju dari arah Gadog menuju Puncak.

Ketika itu, keduanya mengen­darai motor Honda Mega Pro bernomor polisi F 2411 CV dan kondisi arus lalu lintas sedang one way dari arah Puncak menuju Jakarta. Saat berada di Jalan Raya Puncak, tepatnya Tanjakan Selarong depan Pijat Reflexi Bunda and Me, Kampung Cibogo RT 03/05, Desa Cipayung Datar, Kecamatan Mega­men­dung, kondisi jalan menanjak dan menikung ke kiri.

“Motor korban melaju agak ke kanan,” ucap Kanit Laka Lantas Polres Bogor, Iptu Asep Saepudin.

Dari arah berlawanan, muncul truk Colt Diesel B 9015 EZ dan motor korban menabrak bagian depan samping kanan truk. Bersamaan, dari arah Gadog menuju Puncak muncul motor Honda Supra F 2870 NF yang dikendarai Romi Angga Lesmana (21) dan menabrak motor Sapudin.

Kronologi tewasnya pasangan suami istri asal Loji di Tanjakan Selarong

Mengalami luka berat pada kepala, Saepudin dan Nurhayati pun meninggal di lokasi kejadian. “Romi selamat hanya mengalami luka ringan,” terangnya.

Kedua korban tewas, kata dia, langsung dilarikan ke RSUD Ciawi. Tidak lama, keluarga membawa jenazah korban ke rumah duka di Gang Bambu Kuning RT 01/02, Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.

Tiba pukul 14.00 WIB, rumah duka sudah dipadati keluarga dan warga setempat. Ditemui Radar Bogor, kakak Saepudin, Hamzah, menjelaskan keduanya berangkat dari rumah pukul 06.30 WIB menuju Garut untuk menjenguk anak keduanya yang berkuliah di sana lantaran sedang demam. “Sekalian berkunjung ke rumah keluarga istrinya (Nurhayanti, red),” jelasnya.

Ia juga tak menyangka musibah yang dialami kerabatnya tersebut. “Ya Allah, dia adik yang paling dekat dengan saya,” ucapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, tidak ada firasat apa pun yang dirasakan. Tapi seminggu sebelum kejadian, bersama sang istri melihat korban sangat lahap menyantap makanan.

“Gak seperti biasanya, dia (Saepudin, red) biasanya makan tidak lahap, biasa saja, tapi kami melihat saat itu makannya sangat lahap. Tapi ya dikira memang sedang lapar,” ungkap Hamzah.

Di tempat yang sama, adik korban, Undang Sulaeman mengungkapkan, selama masa hidupnya, Saepudin sangat konsen membina dan membuat kelompok pelaku usaha kecil menengah di sekitar rumahnya.

“Kalau ada labanya juga disalur­kan lagi ke mereka, jadi bukan profit sendiri. Supel dan sangat low profile,” kata Undang. (ran/c)