25 radar bogor

Sara Penalver Pereira, Calon Penerus Carolina Marin Dapat Bekal Latihan Backhand dari Taufik Hidayat

DETERMINASI: Sara Penalver Pereira saat menghadapi Aurum Oktavia Winata di GOR Among Rogo, Jogjakarta, Rabu lalu (11/10). FOTO:WAHYUDIN/JAWAPOS
DETERMINASI: Sara Penalver Pereira saat menghadapi Aurum Oktavia Winata di GOR Among Rogo, Jogjakarta, Rabu lalu (11/10). FOTO:WAHYUDIN/JAWAPOS

Berlatih di Cipayung merupakan salah satu rencana Sara Penalver Pereira agar bisa menapaktilasi kesuksesan Carolina Marin sebagai juara dunia dan Olimpiade. Nyeri karena cedera di lutut pun tak mampu menghentikan dia untuk tetap berlaga. BAGUS PUTRA PAMUNGKAS, Jogjakarta DI pinggir lapangan, Sara Penalver Pereira tampak meringis menahan sakit. Tangannya terus memegangi engkel kanannya yang dibalut perban. Sementara itu lawannya, Aurum Oktavia Winata, masih menunggu di seberang net.

Laga memang baru memasuki game kedua. Dan, GOR Among Rogo, Jogjakarta, Rabu siang itu (11/10), juga masih riuh rendah mem­berikan dukungan kepada Aurum yang memenangi game pertama 21-12. Dengan kondisi seperti itu, mundur jadi opsi yang masuk akal bagi pebulu tangkis Spanyol tersebut.

Sebab, sejak sebelum laga di perdelapan final BWF World Junior Championships 2017 itu, Penalver memang sudah mengeluhkan nyeri di lutut. Tapi, pemain kelahiran Toledo 18 tahun lalu itu menolak me­nyerah. Setelah mendapat pera­watan medis, dia kembali ke lapangan. Dan, ternyata tetap bisa memberikan perlawanan keras meski akhirnya takluk 17-21. Toh, perlawanan keras itu tak cukup menghibur baginya. Di akhir laga, matanya berkaca-kaca. Menyesali kekalahan yang dialami dalam kondisi yang, bagi banyak pemain, tak memungkinkan lagi untuk melanjutkan laga.

’’Kalau tidak cedera, saya bisa tampil lebih baik. Minimal meng­imbangi Aurum,’’ sesalnya. Determinasi baja itulah yang membuat sang pelatih, Oscar Martinez, sampai geleng-geleng kepala. ’’Semangat juangnya luar biasa. Padahal, tidak dalam kondisi 100 persen,’’ pujinya. Kelebihan itu pula yang meya­kinkan Martinez bahwa anak buahnya tersebut adalah aset berharga bagi Spanyol.

Calon penerus Carolina Marin, pemain kebanggaan Negeri Matador tersebut yang sukses merebut emas tunggal putri di Olimpiade 2016. Kebetulan, Penalver memang mengidolakan Marin. Dan sejak April lalu sempat beberapa kali berpasangan di ganda putri dengan juara dunia 2014 dan 2015 tersebut.

Keduanya juga memiliki bebe­rapa kesamaan. Di antaranya, pelatih yang menangani mereka pada awal karir sama: Fernando Rivas. Pria asal Madrid itu pula yang menjadi mentor Marin saat seusia Penalver. Jadilah gaya bermain keduanya mirip. Gabungan antara keuletan khas para pebulu tangkis Eropa dan agresivitas yang jadi ciri khas para pemain Asia.

’’Dia juga tipe pemain yang cepat menangkap masukan dan instruksi pelatih,’’ tutur Martinez. Penalver dan Marin juga sama-sama pernah menjadi runner-up dalam ajang Kejuaraan Junior Eropa. Marin finalis pada 2009 (sebelum kemudian merebut emas dua tahun berselang), sedangkan Penalver enam tahun kemudian.

Kebetulan pula, pemain yang mengalahkan keduanya di final sama-sama berasal dari Denmark. Marin dikalahkan Anne Hald. Sedangkan Penalver dikandaskan Lina Christopher. ’’Aku ingin seperti dia (Marin). Aku ingin menjadi seorang juara Olimpiade,’’ terang Penalver. Yang ditunjukkan Penalver selama di Jogjakarta juga kian menjelaskan mengapa Spanyol patut berharap banyak kepada dirinya.

Dari total lima laga, tiga di tunggal putri dan dua di ganda campuran, dia hanya kalah dari Aurum dalam kondisi yang tak sepenuhnya fit tadi. Selebihnya menang. Termasuk saat melawan tunggal putri Tai­wan Chieh Yu kemarin (12/10) dalam tiga game. Dengan lutut yang juga masih dibalut perban. Performa meyakinkan di lapangan, ditambah parasnya yang jelita, itu pula yang membuat Penalver sempat cukup ramai diperbincangkan di media sosial.

Akun seniman serbabisa Sudjiwo Tedjo yang memiliki follower sampai 1,4 juta, misalnya, mengunggah foto Penalver pada 10 Oktober lalu. ’’Setujukah #Jancukers bila Aku memberi status Warga Negara Kehormatan #Jancukers padanya? Yg gak setuju sila ngopi. Yg setuju ngopi + ngudut,’’ tulis dalang, aktor, musisi, penulis, sekaligus pelukis itu. Sampai tadi malam WIB, ung­gahan tersebut langsung disambut hampir seratus retweet.

Juga, ratusan like dan komentar. Penalver tentu saja sadar impiannya tak mudah diwujud­kan. Karena itu, dia berniat menapaktilasi jejak sang idola hingga sekarang berada di jajaran elite dunia. Termasuk berniat menuntut ilmu di markas pebulu tangkis nasional Indonesia, Cipayung. Marin memang pernah berlatih di sana pada 2013.

’’Sudah pasti saya tertarik (berlatih di Cipayung). Tapi, semua bergantung keputusan pelatih,’’ ungkap Penalver yang tak begitu menguasai bahasa Inggris. Kalau memang diizinkan, dia tak akan pikir panjang. Sebab, di matanya, Indonesia adalah salah satu negara dengan perkem­bangan badminton yang paling bagus di dunia. Apalagi, sebagaimana yang dirasakannya selama bermain di BWF World Junior Cham­pionships 2017, atmosfer bulu tangkis di sini sangatlah hidup. ’’Itu yang tidak ada di Spanyol,’’ bebernya.

Meski Marin telah berprestasi tinggi, bulu tangkis memang masih tergolong olahraga pinggiran di Negeri Matador itu. Klub tak banyak, kompetisi juga minim. Karena itu, tiap ada kesempatan menambah ilmu, para pebulu tangkis Spanyol selalu menyam­butnya dengan antusias.

Misalnya, ketika juara tunggal putra Olimpiade 2004 Taufik Hidayat berkunjung ke Madrid bulan lalu. Penalver termasuk yang berun­tung mendapatkan latihan me­ningkatkan kemampuan mele­paskan backhand dari mantan andalan Indonesia tersebut. ’’Ilmu seperti itulah yang sulit ditemukan di Spanyol,’’ ungkapnya.

Penalver mengenal bulu tangkis sejak berusia 6 tahun. Adalah sang kakak, Luis Enrique, yang membuatnya jatuh cinta pada olahraga tepok bulu tersebut. Menurut dia, saat itu Enrique yang kini menjadi andalan tunggal putra Spanyol sering bermain badminton di halaman rumah.

Kebiasaan itu membuat Penalver kepincut. Sampai akhirnya, dia memutuskan ikut berlatih secara serius bersama sang kakak. Dia mengenang betapa beratnya masa-masa awal latihan dulu. Baik secara teknik maupun fisik. Tapi, dia tak mau menyerah. ’’Semakin besar tantangan, aku semakin suka. Karena itu, aku putuskan bermain badminton yang sangat tidak populer di Sapnyol,’’ tegasnya. Sejauh ini, keputusannya ter­bukti tepat.

’’Dia berada di jalur yang tepat,’’ kata Martinez. Tantangan baginya kini, bagaimana mengikuti jejak Marin yang pada usia 21 tahun sudah menjadi juara dunia. Masih ada waktu tiga tahun baginya. Untuk itu, Martinez memastikan bahwa anak buahnya tersebut bakal kembali difokuskan ke tunggal putri. Penalver sudah pasti tak gentar dengan beratnya tantangan untuk menapaktilasi sang idola itu. ’’Saya ingin membuat badminton Spanyol disegani,’’ tegasnya. (*/c5/ttg)