25 radar bogor

Masalah Pribadi Picu Penyalahgunaan Senpi Tiga Anggota Brimob Tewas

Jawa Pos Radar Kudus TIGA TEWAS: Jenazah Budi Wibowo saat hendak dimakamkan di Desa Sugiharjo, Gabus, Pati, Jawa Tengah, kemarin (11/10).

 

Jawa Pos Radar Kudus
TIGA TEWAS: Jenazah Budi Wibowo saat hendak dimakamkan di Desa Sugiharjo, Gabus, Pati, Jawa Tengah, kemarin (11/10).

JAKARTA–Di tengah kusutnya polemik senjata antara TNI dan Polri, Senin malam (10/10) terjadi peristiwa yang membetot perhatian masyarakat. Lagi-lagi, terkait masalah senjata yang digunakan Brimob Polri. Yakni, tiga anggota Brimob tewas diduga akibat senjatanya sendiri jenis laras panjang AK 101 saat bertugas di Sarana Gas Trembul (SGT), Blora Jawa Tengah.
Belum diketahui apakah mereka baku tembak atau seorang di antaranya menembak yang lainnya. Namun, mirisnya, dugaan awal motif anggota Brimob itu gatal jarinya untuk menekan pelatuk adalah persoalan pribadi. Entah mengapa personel labil bisa membawa senjata mematikan.

Informasi yang dihimpun, sekitar pukul 18.30 empat orang anggota Brimob sedang berjaga, yakni Brigadir Budi Wibowo (30), Brigadir Ahmad Supriyanto (35), Brigadir Bambang Tejo dan Brigadir Slamet. Sebenarnya, ada enam personel yang bertugas, tetapi dua di antaranya mengambil cuti. Saat itu, Brigadir Slamet yang sedang mandi mendengar rentetan tembakan. Dia bergegas keluar dari kamar mandi, ternyata Bambang Tejo langsung memerintahkannya untuk menyelamatkan diri. Setelah beberapa lama, ditemukanlah tiga anggota Brimob tewas, yakni Bambang Tejo, Budi Wibowo, dan Ahmad Supriyanto. Dalam informasi yang beredar disebutkan bahwa Bambang Tejo yang diduga menembak rekan-rekannya.

Kapolda Jawa Tengah Irjen Condro Kirono menuturkan, motif penembakan yang diduga dilakukan salah satu anggota Brimob itu kemungkinan karena masalah pribadi. Bisa jadi masalah pribadi ini melibatkan rekan-rekannya. ”Kalau masalah pribadi, ada emosi. Kadang-kadang bisa terjadi,” tuturnya dikonfirmasi kemarin (11/10). Soal kemungkinan adanya percekcokan, dari keterangan saksi justru tidak mendengar adanya suara keras tanda adanya adu mulut. Para saksi hanya mendengar tiga kali rentetan tembakan.

”Di situ sebenarnya ada dua atau tiga orang lainnya, salah satunya satpam. Tapi saat mendengar tembakan, mereka langsung lari menyelamatkan diri. Itu secara psikologis begitu,” papar jenderal berbintang dua. Untuk itu, saat ini dilakukan sejumlah langkah.

Salah satunya, memeriksa apakah ketiga anggota yang tewas memiliki kartu senjata api. ”Ternyata mereka memilikinya, itu menunjukkan bahwa telah dilakukan serangkaian tes psikologis untuk mereka,” ujarnya. Selanjutnya, Polda Jawa Tengah langsung melakukan penyelidikan atas peristiwa yang menewaskan ketiga anggotanya tersebut. ”Saya sudah perintahkan Dirkrimum dan tim mengidentifikasi. Periksa saksi dan melakukan autopsi,” ujarnya.

Hingga saat ini belum bisa disimpulkan apakah terjadi baku tembak antara ketiga anggota atau justru salah satunya yang menembak dua rekan lainnya. ”Karena saksi tidak melihat langsung, maka jalan satu-satunya dengan melakukan autopsi dan mencocokkan semua bukti,” ujar mantan Kakorlantas itu. Yang juga penting dilakukan adalah melakukan evaluasi untuk pengamanan SGT. Pengamanan di objek vital nasional itu baru dilakukan satu bulan belakangan. ”Saya evaluasi penugasan di lokasi itu,” paparnya.

Sementara itu, penembakan anggota Brimob juga mendapat sorotan dari Komisi III DPR. M Nasir Djamil mengatakan, pihaknya sudah berulang kali menyampaikan kepada Polri untuk menekankan pembinaan dan pengawasan terhadap anggota. “Masing-masing level bertanggung jawab kepada bawahannya,” terang dia saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan kemarin.

Menurut dia, ada pola pembinaan antara atasan dan bawahan yang salah. Seharusnya, seorang atasan mengetahui perilaku bawahannya, sehingga bisa melakukan deteksi dini. Penembakan antara anggota Brimob pun tidak perlu terjadi jika pimpinan memberikan perhatian serius kepada anak buahnya. Terkait dengan senjata, kata politikus PKS itu, aparat yang membawa senjata harus dievaluasi. Menurut dia, walaupun senjata itu diletakkan di kantor dan tidak dibawa pulang.

Penggunaan senjata harus diawasi dengan ketat. Nasir mendesak Kapolda Jateng melakukan evaluasi terhadap jajaran Brimob. Tentu, ungkap dia, komandannya harus bertanggung jawab atas kejadian itu. Polda juga harus mendalami motif di balik penembakan yang berujung maut itu.

“Jangan sampai kejadian itu terulang lagi,” papar legislator asal Aceh itu. Sedangkan, Executive Vice Director Partnership for Advancing Democracy and Integrity (PADI) M Zuhdan menjelas­kan, kejadian penem­bakan yang diduga dilakukan anggota Brimob terhadap rekannya menegaskan adanya masalah yang belum selesai.

”Maka sebenarnya, penting untuk mengetahui apa saja masalah yang bisa terjadi pada Brimob atau Polisi,” ujarnya. Cara untuk mengetahui masalah yang biasa menerpa personel adalah audit internal. Dengan diketahui masalah apa saja yang kerap terjadi, maka solusinya bisa dicari.

”Jangan sampai masalahnya didiamkan, lalu terjadi pada personel lainnya. Misalnya, setelah audit internal diketahui masalah ekonomi penyebabnya. Maka, Polri bisa berupaya untuk mendesak percepatan remunerasi,” tuturnya. (idr/lum)