25 radar bogor

Kartu E-Money Dibagikan Gratis

JAKARTA–Perbankan dan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) Kemen­terian Pekerjaan Umum mulai Senin (16/10) hingga 31 Ok­tober mendatang akan mem­bagikan kartu uang elektronik (e-money) secara cuma-cuma. Pembagian dilakukan di seluruh ruas tol di Indonesia.

Direktur Program Elektro­nifikasi Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pem­bayaran Bank Indonesia (BI) Pungky Purnomo Wibowo me­nuturkan, kartu yang dibagikan hanya fisik kartu uang elektronik. ”Yang gratis kartu tol saja loh, bukan saldonya,” tuturnya kemarin (10/10).

Selama ini, bank membanderol harga fisik kartu uang elektronik rata-rata Rp20 ribu per keping. Harga itu belum termasuk saldo di dalam kartu. Jika konsumen membeli kartu dengan saldo Rp30 ribu, harga yang harus dibayar adalah Rp50 ribu. Jika konsumen membeli kartu bersaldo Rp80 ribu, uang yang harus dikeluarkan Rp100 ribu.

Dengan program tersebut, konsumen yang membeli uang elektronik di gerbang tol akan mendapatkan saldo sesuai harga yang dibelinya. Jika satu kartu Rp50 ribu hanya berisi saldo Rp30 ribu, konsumen akan mendapatkan saldo Rp50 ribu. Artinya, tidak ada potongan yang dikenakan untuk biaya fisik kartu.

Dalam program tersebut, perbankan menyiapkan 1,5 juta keping kartu. Bank yang berpatisipasi adalah Bank Mandiri, BNI, BTN, BRI, dan BCA. Masing-masing bank menyiapkan 300 ribu kartu. Kartu dibagikan berdasar persentase volume mobil yang lewat di satu ruas tol.

Fasilitas kartu gratis tersebut dapat dimanfaatkan konsumen jalan tol yang belum mempunyai kartu uang elektronik, saldo dalam kartunya kurang, maupun yang berminat membeli kartu baru. Satu mobil hanya diperbolehkan membeli satu kartu. ”Per Desember 2017 tambah lagi bank penerbit kartu uang elektronik. Ada Bank DKI, Nobu Bank, dan Bank Mega,” jelas Pungky.

Dengan fasilitas gratis biaya kartu uang elektronik, diharapkan penetrasi nontunai semakin mudah diterapkan. Ketua Himbara Maryono menekankan, program tersebut pada intinya bukan bagi-bagi kartu uang elektronik secara gratis.

Melainkan pemberian subsidi dari bank dan BUJT. Karena itu, Maryono mengimbau konsumen jalan tol yang telah memperoleh kartu uang elektronik dari Himbara mengisi ulang kartunya lewat kanal milik bank-bank Himbara atau swalayan yang telah bekerja sama dengan masing-masing bank. Jadi Sumber Kredit.

Sementara itu, bank berharap dana masyarakat yang tersimpan dalam uang elektronik bisa masuk hitungan pendanaan. Dengan demikian, bank boleh menyalurkan dana itu dalam bentuk kredit. Dengan begitu, dana mengambang tersebut bisa menjadi sumber margin baru bagi bank.

Dari 9,6 juta uang elektronik berbasis kartu, 56 persen di antaranya merupakan uang elektronik yang aktif digunakan masyarakat. Sisanya mengendap menjadi dana mengambang (floating).

Saat ini instrumen pendanaan bank terdiri atas dana pihak ketiga (DPK) yang disumbang tabungan, giro, dan deposito. Ada juga pinjaman luar negeri dan obligasi terbitan bank yang masuk instrumen pendanaan. Sementara itu, dana mengambang dalam uang elektronik dicatat bank sebagai dana kewajiban segera.

Artinya, dana tersebut tidak bisa disalurkan kembali oleh bank ke masyarakat dalam bentuk kredit. ’’Kami dari perbankan sekarang masih diskusi dengan BI supaya dana itu bisa masuk instrumen pendanaan, supaya menambah likuiditas dan bisa menjadi sumber margin baru,’’ kata Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Kartika Wirjoatmodjo belum lama ini.

Pria yang akrab disapa Tiko tersebut memahami bahwa BI belum memasukkan dana floating ke instrumen pendanaan. Sebab, perputaran dana floating dalam uang elektronik sangat cepat. Uang elektronik sendiri banyak digunakan warga untuk transaksi dalam jumlah kecil.

Jika likuiditas bank kurang aman, dana floating sebagai sumber penyaluran kredit bisa jadi berisiko. Namun, bank berharap BI melakukan relaksasi untuk penggunaan dana floating tersebut. ’’Diskusinya masih sambil jalan. Kalau sekarang sih likuiditas bank masih aman,’’ ujar ketua umum Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) itu.

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai uang elektronik dan transaksi nontunai dalam jangka panjang akan menekan biaya operasional bank. Dengan begitu, bunga bank akan semakin mudah untuk turun.

’’Efeknya, sektor riil akan terkena dampak dari bunga murah. Masyarakat bisa mendapatkan kredit dengan lebih mudah dan terjangkau sehingga ekonomi bisa tumbuh lebih baik,’’ tuturnya.(rin/c15/noe)
rin/c21/noe)