25 radar bogor

Crafter Decoupage Dwi Rahmatika Buka Pelatihan Cuma-Cuma

SABAR: Dwi saat mengajarkan seni keterampilan decoupage secara bertahap pada peserta.
SABAR: Dwi saat mengajarkan seni keterampilan decoupage secara bertahap pada peserta.

Dwi Rahmatika memiliki hobi mendekorasi rumah dengan berbagai wall decor. Yang menarik dari Dwi, hiasan rumah yang didekor Dwi sebagian besar memanfaatkan barang bekas dan barang yang sudah tidak terpakai. Ibu dua anak ini mengkreasikannya menjadi barang baru yang bisa digunakan mendekorasi rumah.
Awal Dwi tertarik dengan seni decoupage, setelah melihat berbagai macam botol unik dari Instagram. Ia pun memperdalam ilmu seni decoupage, setelah bisa lalu membagikan kemampuannya secara gratis.

Wanita kelahiran Tanjung Pura, 10 Agustus 1986 ini mengira awalnya botol cantik itu dilukis, setelah mencari tahu akhirnya menemukan bahwa botol tersebut merupakan bagian dari seni decoupage.

Rasa ketertarikan yang besar, membuat Dwi semakin mencari tahu tentang decoupage melalui media sosial. Setelah itu Dwi mencari starter kit decoupage di Instagram dan ada yang menjual di Surabaya. Dwi membeli satu paket decoupage secara online. Pertama kali media yang digunakan Dwi ketika belajar seni decoupage adalah botol. Melalui Youtube, Dwi belajar secara mandiri karena jika mengikuti kelas seni decoupage harus mengeluarkan biaya cukup besar untuk satu kali pertemuan.

Setelah banyak belajar dan yakin dengan karyanya, Dwi meng-upload hasil karyanya di media sosial. Respons dari teman-temannya pun sangat positif, ada yang berpikiran bahwa botol tersebut dilukis, namun Dwi menjelaskan mengenai seni decoupage sehingga banyak yang meminta tutorial kepada Dwi dan Dwi dengan terbuka memberikan tutorial tersebut. Mulai dari anak TK sampai kakek dan nenek pernah mengikuti pelatihan dengan Dwi.

“Untuk wilayah Bogor jika ada yang ingin belajar decoupage dengan saya itu gratis. Jika ada yang belum mempunyai starter kit decoupage bisa beli di saya, kalau sudah punya tidak diwajibkan beli. Mari kita belajar bersama, ilmu yang saya berikan gratis karena saya ikhlas lillahi taala memberikan ilmu decoupage ini,” tutur Dwi Rahmatika.

Jika untuk di luar Bogor seperti Jadetabek, kata Dwi, ada biaya transpor, Namun demikian, Dwi tidak mematok harga, seikhlasnya saja.

Komite Sekolah Balqis Zahira Fathin, yang merupakan putri sulung dari Dwi, mengundang Dwi memberikan pelatihan pada saat acara wali murid. Dwi menyediakan starter kit yang dibelinya dan setelah itu meng-upload foto kegiatan tersebut di media sosial, setelah itu banyak yang mengundang Dwi untuk pelatihan dan tutorial. “Semakin banyak saya sharing hasil decoupage dan kegiatan di media sosial ternyata semakin banyak juga orang yang ingin tau mengenai decoupage,” tuturnya.

Media pertama yang digunakan Dwi masih sederhana dan untuk decoupage masih menggunakan tisu. Setelah banyak yang mengundang dan membeli starter kit-nya, Dwi mengembangkan lagi dan menggunakan paper.

Semenjak meng-upload foto mengenai seringnya Dwi memberi pelatihan dan tutorial, banyak yang minta diajarkan di rumahnya. “Karena banyak permintaan saya batasi, sehari cuma lima orang saja karena tempat terbatas dan agar mereka lebih fokus juga,” tuturnya.

Melihat antusias dari para pengundang, Dwi mendirikan Mama Balqis Decoupage Bogor. Dwi pun membuka kelas online, ditujukan bagi mereka yang jauh dari kediaman Dwi. Ia juga bisa memandu melalui WhatsApp apabila masih ada yang kurang dimengerti.(cr6/c)