25 radar bogor

Lagi, Bocah SD Babak Belur

BOGOR–Lagi-lagi bocah Bogor menjadi korban penganiayaan. MM (12) siswa SDN Polisi 5, menjadi bulan-bulanan seorang pemilik warung lantaran dituduh mencuri. Belakangan diketahui, M ternyata korban pemaksaan sekelompok anak jalanan bergaya ala punk.

Ibu korban, Siti Zubaedah (33) warga Laladon, Ciomas, Kabu­paten Bogor, men­ceri­ta­kan peristiwa nahas yang menimpa putranya. Berawal saat anaknya itu baru saja pulang sekolah, Selasa (3/10), sekitar pukul 14.30 WIB. Setibanya di depan lembaga bimbingan belajar di bilangan KH Sholeh Iskandar, MM dihampiri bocah seusianya berinisial A, yang mengaku masih satu sekolah dengannya.

“Anak saya ditanya, ‘kamu kelas berapa’, dijawab ‘kelas enam’. Ditanya balik, ‘kelas berapa’, dia jawab ‘kelas lima’. Terus anak saya diajak pulang naik angkot bareng karena tujuannya sama, ke Laladon,” tutur Siti.

Saat berada di angkot trayek 02, ternyata di dalamnya sudah ada pemuda bergaya punk, duduk di sebelah sopir. Dari situ, angkot berjalan tanpa berhenti dengan kecepatan tinggi. A duduk di pojok belakang. Ketika sampai di tujuan, MM dan A turun bersama. Saat itu juga, pemuda punk yang duduk di samping sopir, ikut turun.

Entah bagaimana, pemuda itu dengan mudah bisa memerintah A dan MM untuk membeli rokok. “A dan anak saya ke warung. Sempat nanya ke tukang warung ‘ada rokok Marlboro atau tidak’. Dijawab ibu pemilik warung ‘ada’. Lalu mereka balik lagi ke anak punk yang sudah menunggu di depan gang,” tuturnya.

Seperti terhipnotis, MM mengaku hanya bolak-balik melaksanakan perintah pemuda tersebut. Hingga akhirnya ia disuruh membeli sebungkus rokok Marlboro seharga Rp20 ribu dengan uang Rp1.000.

“Pemilik warung marah dan teriak maling. Anak saya dan si A lari. Pas di jalan, mereka saling lempar rokok. Akhirnya ada di tangan anak saya (rokok Marlboro yang baru dibeli),” imbuhnya.

A mengatakan kepada MM untuk berlari ke arah kiri sedangkan A lari ke arah Laladon Pagelaran. Akhirnya, MM tertangkap sedangkan A dan pemuda punk kabur entah ke mana.

“Setelah ketangkap sama anak warung yang perempuan, anak saya ditarik, diseret di jalan. Terus sampai di gang, anak saya dibanting,” aku Siti.

Tak sampai di situ, MM dibawa ke rumah pemilik warung. Di rumah itu, M dicekik oleh anak laki-laki pemilik warung. Oleh si pemilik warung, MM juga ditampar sebanyak satu kali dan didorong ke pintu. “Anak saya sudah bilang ‘saya bukan maling’, tapi tak dihiraukan. Setelah itu, saya telepon anak saya, mau menanyakan sudah sampai mana.

Ternyata yang angkat anak dari pemilik warung dan mengatakan bahwa anak saya ketahuan maling rokok. Di situ saya dan suami kaget karena anak saya tidak mungkin berbuat seperti itu,” ungkapnya. Tak terima anaknya dituduh maling hingga dianiaya, Siti akhirnya melapor ke polisi.

Wali kelas MM, Joko Hadiarso mengaku telah menjenguk muridnya itu di Perumahan Graha Arradea, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Joko menganggap luka fisik yang diderita MM tidak terlalu parah. Pipinya terlihat memar akibat bekas tamparan, serta luka lebam di bagian leher bekas cekikan. “Jadi, saya luruskan.

Golok yang katanya ditodongkan ke MM juga katanya tidak ditodongkan ke muka. Hanya dipegang, mungkin dia pulang dari kebun,” kata guru SDN Polisi 5 Kota Bogor itu.

Sekolah juga memberi dispensasi MM untuk tidak masuk hingga akhir pekan ini. Dispensasi tersebut diharapkan menjadi kesempatan MM beristirahat dan menstabilkan kembali kondisi kejiwaannya.

Desak Pemerintah Turun Tangan

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Bogor, Muhammad Faisal, mengecam aksi kekerasan terhadap MM. Ia berjanji akan menelusuri kasus tersebut untuk mencegah kembali timbulnya korban. “Memang sangat miris. Seorang anak kok diperlakukan secara tidak manusiawi. Akan kita follow up, karena itu sangat serius. Kalau tidak ada tindakan serius, jangan-jangan ada korban berikutnya,” kata dia.

Faisal juga mengimbau agar orang tua tidak membiarkan buah hatinya bepergian sendiri menggunakan angkutan umum. “Karena banyak kejahatan dengan berbagai modus yang mengintai anak-anak. Jangan mudah juga memberikan kebebasan anak untuk pulang pergi sendiri tanpa temannya. Di jalanan ini luar biasa potensi kejahatannya,” kata Faisal.

Mengenai keterlibatan anak punk dalam kasus tersebut, Faisal juga meminta Pemkot Bogor turun tangan. Ia berharap Satpol PP Kota Bogor dan Dinas Sosial Kota Bogor aktif dalam penanganan anak punk. “Ini harus ditertibkan. Bukan tidak mungkin terjadi di tempat lain. Faktanya memang cukup banyak dan menjadi penyakit masyarakat,” tandasnya.

Selain juga mengatasi permasalahan pelajar lainnya, seperti pemalakan dan aksi-aksi tawuran. Informasi yang dihimpun, kini ramai terjadi pemalakan sesama pelajar di Kota dan Kabupaten Bogor.

Belum lama ini seorang pelajar SMAN 10 dilucuti pakaiannya oleh sekelompok pelajar sekolah lain. Kemudian pelajar SMAN 2 yang menjadi korban pembacokan juga oleh kelompok pelajar lain sekolah.

Ketua Aliansi Masyarakat Anti Narkoba (Aman), Atiek Yulis Sulistyowati mendesak pemda segera mengambil langkah tegas. Mulai pengawasan pelajar melalui satgas-satgas yang ada, hingga menertibkan pengamen bergaya punk yang semakin meresahkan.

Atiek mengkhawatirkan tragedi MM bisa terus terulang. Jika tidak ditindak, dirinya waswas bakal menimpa pelajar sekolah lain. “Entah diperas, dipalak, diancam sama mereka untuk dikuasai/dirampas barang berharga ataupun uang,” cetusnya.(rp2/rp1/don)