25 radar bogor

Inovasi Hambat Pertumbuhan Bank Syariah

JAKARTA–Pertumbuhan bank syariah di daerah dan nasional tak signifikan dibandingkan bank konvensional. Beberapa hal menjadi penyebab. Salah satunya adalah minimnya inovasi produk.

Di Balikpapan, misalnya. Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) setempat mengungkap kinerja perbankan syariah menunjukkan perkembangan. Melanjutkan tren-tren tahun sebelumnya, pangsa pasar segmen syariah tetap tumbuh meskipun tipis. Dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah tumbuh 7,74 persen (yoy) atau sebesar Rp1,6 triliun.

Pangsa terhadap bank konvensional masih minim hanya 7,55 persen. Penyaluran pembiayaan sampai Agustus tumbuh tipis 0,99 persen (yoy) atau Rp2,3 triliun. Pangsa terhadap bank umum hanya 9,73 persen. Adapun, dari sisi aset, tumbuh 2,72 persen dalam nominal Rp2,4 triliun.

Jika dibandingkan dengan bank umum juga masih kecil, share-nya hanya 8,82 persen. Namun, rasio kredit macet (non performing financing) masih lebih baik ketimbang bank konvensional. Angkanya masih di posisi aman, yakni sebesar 3,91 persen.

Kepala KPw BI Balikpapan Suharman Tabrani menjelaskan, pangsa perbankan syariah baik secara nasional atau daerah masih sangat rendah. “Bukan masalah syariahnya. Dari sisi industri perbankan syariah ini jauh lebih kecil dari bank konvensional,” katanya.

Dia menambahkan, perkembangan ekonomi sekarang membuat kondisi makro belum memungkinkan perbankan melakukan terobosan baru secara substantif. Perbankan konvensional saat ini saja masih melakukan konsolidasi. Untuk berkembang saat ini memang masih sulit. Suharman menjelaskan, beberapa hambatan penetrasi perbankan syariah secara umum.

Pertama, ketersediaan produk dan standardisasi produk perbankan syariah. Orang melihat perbankan, masih cenderung melihat fasilitas dan kemudahan yang diberikan. Dari sisi inovasi produk, bank syariah memang tertinggal.
“Kedua, tingkat pemahaman (awareness) produk bank syariah. Hingga saat ini, sangat sedikit masyarakat yang tahu tentang produk-produk perbankan syariah dan istilah-istilah di perbankan syariah,” tuturnya.

Sebelumnya diberitakan tren inflasi rendah masih berlanjut. Hal itu menyusul tingkat inflasi pada September yang mencapai 0,13 persen. Padahal, sejumlah pihak memprediksi indeks harga konsumen (IHK) pada September sedikit lebih tinggi daripada Agustus.

Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi inti pada September tercatat 0,35 persen. Dengan demikian, inflasi pada tahun kalender (Januari–September) 2017 mencapai 2,66 persen. Sedangkan secara year-on-year, tingkat inflasi mencapai 3,72 persen.

Kepala BPS Suhariyanto menguraikan, inflasi sepanjang September dipengaruhi kenaikan harga sejumlah kelompok pengeluaran. Kenaikan harga tertinggi tercatat pada kelompok biaya pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 1,03 persen. Dengan tren inflasi yang terus rendah, Kecuk memprediksi target inflasi tahun ini sebesar 4 persen bisa tercapai.(aji/lhl/k15)