25 radar bogor

Kantor Staf Presiden Dorong Generasi Milenial Berwirausaha

INTERAKSI: Kantor Staf Presiden (KSP) menggelar Kelas Inspirasi yang bertajuk Entrepreneurs Wanted, di Audotorium Andi Hakim Nasution IPB, kemarin (3/10). Nampak salah satu peserta Kelas Inspirasi bertanya terkait kiat-kiat menjadi wirausaha muda.NELVI/RADAR BOGOR
INTERAKSI: Kantor Staf Presiden (KSP) menggelar Kelas Inspirasi yang bertajuk Entrepreneurs Wanted, di Audotorium Andi Hakim Nasution IPB, kemarin (3/10). Nampak salah satu peserta Kelas Inspirasi bertanya terkait kiat-kiat menjadi wirausaha muda.NELVI/RADAR BOGOR

Generasi milenial banyak yang ingin punya bisnis sendiri. Hal itu sejalan dengan visi Presiden Joko Widodo (Jokowi), yakni negara seharusnya lebih banyak digerakkan oleh inovator dan swasta. Sementara peran pemerintah menjadi lebih sedikit. Karena itu, Kantor Staf Presiden (KSP) menyelenggarakan Kelas Inspirasi di Institut Pertanian Bogor (IPB) kemarin (3/10).

Laporan: Wilda Wijayanti

Kepala Staf Kepresidenan RI, Teten Masduki mengungkapkan, Kelas Inspirasi merupakan kali keenam diselenggarakan. Merupakan program dari KSP untuk anak-anak muda, sejalan dengan keinginan Presiden Jokowi agar anak muda tumbuh jadi para entrepreneur.

“Ini saya kira bisa memberi inspirasi kepada anak-anak muda mahasiswa di IPB untuk menjadi entrepreneur di masalah pangan dan pertanian. Dengan adanya kegiatan ini juga, akan menjadi agregator bagi petani kecil sehingga bisa mendapatkan akses pasar dan modal,” beber Teten.

Dia mengaku senang kantornya bisa menghadirkan pengusaha, seperti Husodo Angkosubroto dan Ivan Arie Sustiawan, di kampus yang berbasis pertanian seperti IPB. “Mereka adalah entrepreneur yang berbasis agrobisnis. Dan perlu kita tahu, produk domestik bruto (PDB) kita 56 persen disumbangkan dari sektor makanan,” ujarnya.

Dia menegaskan bahwa Kelas Inspirasi sengaja digagas untuk mendorong anak-anak muda menjadi entrepreneur. Sebab, Indonesia mempunyai peluang untuk melompat dari negara berpendapatan menengah menjadi negara maju. “Hal itu bisa terwujud, jika generasi milenial bisa menguasai seluruh sektor. Mulai sektor pemerintahan, sektor publik dan bisnis,” ungkapnya.

Sementara itu, Rektor IPB Prof Herry Suhardiyanto menguraikan, IPB sudah puluhan tahun bergelut di bidang pembangunan pertanian. Mulai kajian strategis, inovasi, sampai dengan pemasaran.

Dari total 1.045 daftar inovasi di Indonesia, kontribusi IPB adalah sebesar 407 jenis inovasi atau sekitar 38,5 persen. “Inovasi tidak boleh berhenti dalam daftar. Inovasi harus diantarkan ke tengah masyarakat, menjadi produk yang berguna bagi masyarakat, membuka lapangan kerja baru. Komersialisasi inovasi menjadi sangat penting,” urainya.

Di kesempatan yang sama, salah satu narasumber Husodo mengisahkan, perusahaan yang dikelolanya, Gunung Sewu Kencana, semula bergerak di bidang perdagangan dan palawija. Lalu, mereka mengembangkan perkebunan nanas, ketika mendapatkan peluang itu dari partner bisnis mereka dari Taiwan.

“Kami mulai memproduksi nanas dengan lima lini produksi di atas lahan 6.000 hektare. Sekarang menjadi 23 lini produksi dengan luas 30 ribu hektare,” terang Husodo.

Dari hasil pengolahan nanas ini, kemudian muncul limbah kulit nanas yang sebelumnya tidak termanfaatkan. Kulit nanas ini, ternyata dicari oleh pengusaha dari Jepang sebagai makanan ternak. Mereka membutuhkan kulit nanas dalam kondisi kering.

Dari situlah, kemudian Husodo mengem­bangkan dan meman­faat­kan limbah tersebut pada peternakan yang diujicobakannya sendiri. Sekarang, Gunung Sewu Kencana sudah punya peng­gemukan sapi sendiri dengan kapasitas 120 ribu ekor.

“Kami memperoleh informasi bahwa nanas yang dijual di pasaran Jepang lebih masam dibandingkan nanas produksi Indonesia. Dari situ, saya mencoba mencari celah, mengirimkan orang untuk melak­ukan riset, sampai dengan menjajaki pasar di Jepang. Sekarang ini, Gunung Sewu Kencana sudah punya kantor untuk pemasaran nanas di Jepang, Korea, dan Tiongkok,” sebutnya.

Husodo menegaskan, yang harus dibangun di Indonesia sekarang ini adalah kewiraswas­taan atau kewirausahaan. Tujuan wiraswasta adalah mencari peluang, tetapi sebenarnya yang paling penting adalah mencari solusi yang dihadapi oleh masyarakat.

“Misalnya, di Indonesia produk­si susu kurang karena biayanya mahal. Maka, penting untuk menciptakan inclusive growth program, mengikutserta­kan petani untuk mengejar kesejahteraan bersama,” tandasnya.(wil/c)