25 radar bogor

Tembaki 22 Ribu Penonton Konser, 58 Tewas

LAS VEGAS–Jason Aldean se­dang bernyanyi di hadapan se­dikitnya 22.000 penonton Route 91 Harvest Festival di ka­wasan Las Vegas Strip saat ter­dengar rentetan tembakan pada Minggu malam waktu setempat (1/10).

Awalnya, penyanyi country 40 tahun itu tidak sadar bahwa yang dia dengar tersebut suara tem­bakan. Tapi, saat mendengar teriakan dan erangan penonton yang tertembus peluru, sadarlah dia bahwa aksi penembakan sedang terjadi.

Aldean yang hari itu menjadi penampil pemungkas dari rangkaian festival yang berlangsung tiga hari tersebut menyudahi penampilan dan langsung lari ke balik panggung. Suara musik berhenti. Rentetan tembakan kembali terdengar. Kali ini lebih jelas. Para penonton pun panik. Mereka tiarap karena tidak tahu dari mana asal tembakan. Tapi, teriakan histeris terus terdengar dari segala penjuru.

Pada rentetan tembakan kedua atau ketiga, beberapa penonton melihat percikan api dari Mandalay Bay Hotel and Casino. Api memercik tiap kali senapan yang terlihat di ketinggian itu memuntahkan peluru. Dengan cepat kabar itu tersebar luas sampai ke telinga aparat. Mereka pun lantas menggeledah hotel yang berjarak sekitar 600 meter dari lokasi konser. Sasaran pertama mereka adalah lantai 29.

”Itu peristiwa paling gila yang pernah saya saksikan sepanjang hidup saya. Anda bisa mendengar suara tembakan datang dari arah barat, dari arah Mandalay Bay. Dan Anda juga bisa melihat percikan api,” kata Kodiak Yazzie, salah seorang penonton konser. Pria 36 tahun tersebut beruntung karena tidak ada peluru yang menyangkut di tubuhnya. Tapi, dia sangat ketakutan.

Polisi langsung menutup seluruh ruas jalan yang menuju Las Vegas Boulevard. Di jalan yang memisahkan Mandalay Bay dan Harvest Festival itulah aparat dan para korban selamat berkumpul. Mereka yang terluka ringan karena terdesak, terdorong, atau terinjak sesama penonton juga berkumpul di sana. Sedangkan mereka yang terkena tembakan langsung dibopong menuju ambulans. Dalam hitungan menit, ambulans dan paramedis berdatangan.

Dibantu para penonton konser yang selamat dan polisi yang bertugas, paramedis memberikan pertolongan kepada para korban luka. Mereka yang terluka berat dilarikan ke rumah sakit-rumah sakit terdekat. ”Benar-benar kacau dan mengerikan,” kata Joseph Lombardo, sheriff Clark County. Dalam peristiwa itu, sedikitnya 58 nyawa melayang dan setidaknya 515 yang lain terluka.

Lombardo mengatakan bahwa jumlah korban tewas masih akan bertambah. Sebab, sebagian korban luka yang kini menjalani perawatan di rumah sakit berkondisi parah. Sementara paramedis dan para penonton konser sibuk menolong para korban, aparat memburu pelaku. Mereka menyisir beberapa lokasi di sekitar area konser sebelum akhirnya menemukan pelaku di Mandalay Bay.

Lombardo menegaskan bahwa pelaku beraksi sendiri. Dalam jumpa pers, dia meng­identifikasi pelaku sebagai Stephen Craig Paddock. Pria 64 tahun itu tercatat sebagai warga Kota Mesquite, Clark County, Negara Bagian Nevada, Amerika Serikat (AS).

”Pelaku bunuh diri setelah melakukan aksinya. Kami menemukannya tak bernyawa saat memasuki kamar tersebut,” katanya. Di kamar yang disewa Paddock di lantai 32 sejak Kamis (28/9) itu, polisi menemukan sedikitnya sepuluh senjata api.

Dengan jumlah korban tewas yang diperkirakan masih bisa bertambah, Lombardo menyebut aksi Paddock itu sebagai penembakan paling mematikan di Negeri Paman Sam. ”Kami masih berusaha melacak motivasi pelaku. Tapi, dia tidak pernah punya catatan kriminal sebelumnya dan tidak pernah terlibat dalam kelompok militan mana pun,” terang Lombardo.

Saking tegangnya, saat matahari terbit dan kondisi sudah jauh lebih aman pun, sebagian penonton konser masih ditemukan bersembunyi di kolong mobil atau tiarap di dekat panggung.

”Secara refleks kami langsung tiarap. Karena tembakan masih terus terdengar, kami tidak berani bangun,” ungkap Steve Smith, penonton asal Kota Phoenix di Negara Bagian Arizona. Dia mengaku mendengar sekitar seratus tembakan malam itu.

Begitu mendengar insiden mematikan tersebut, Presiden AS Donald Trump langsung mencuit. Dia menyampaikan belasungkawa kepada keluarga para korban. ”Dukacita dan simpati saya kepada para korban insiden penembakan di Las Vegas dan keluarga mereka. Tuhan memberkati kalian semua,” tulis taipan 71 tahun tersebut.

Tak lama kemudian, presiden ke-45 AS itu memberikan pidato resminya. ”Dia dengan brutal membunuh lebih dari 50 orang dan melukai ratusan lainnya. Benar-benar kejahatan yang paling biadab,” tandasnya. Trump juga meminta seluruh warga AS mengibarkan bendera setengah tiang hingga Jumat (6/10).

Insiden di Las Vegas tersebut menjadi penembakan dengan jumlah korban terbanyak dalam sejarah AS. Bahkan dianggap lebih parah daripada penembakan di kelab gay Pulse 12 Juni tahun lalu. Saat itu Omar Mateen menembaki pengunjung kelab dan menewaskan 49 orang. Bedanya, Trump langsung memvonis kejadian di Pulse sebagai aksi terorisme. Namun, kali ini tidak.

Terpisah, Eric (saudara laki-laki pelaku) mengaku sangat terkejut ketika mendengar penembakan maut tersebut. Lebih kaget lagi dia saat mendengar bahwa pelakunya adalah Paddock.

”Kami tidak bisa berkomentar apa-apa. Kami sangat shock. Kami turut berbelasungkawa,” ungkapnya dengan suara lirih lewat sambungan telepon. Dia mengaku sama terkejutnya dengan publik AS.

Bagi senator Chris Murphy, insiden maut tersebut menjadi sinyal kuat untuk pemerintahan Trump agar segera menga­man­demen Undang-Undang Kepemilikan Senjata. Di Nevada, warga sipil bebas memiliki senjata. Mereka boleh membeli dari perusahaan atau perorangan dan mendapatkan surat izin kepemilikan dengan mudah.

Pemeriksaan hanya dilakukan kepada konsumen yang pertama membeli senjata. Tapi, selanjutnya, senjata bisa dibeli bebas tanpa pemeriksaan fisik maupun mental konsumen. (AP/Reuters/BBC/CNN/Time/hep/c9/any)