25 radar bogor

Cerita Istri Jamaah Bogor yang Hilang di Madinah

OPTIMISTIS: Kasi Trantib Kecamatan Cariu, Amsori di kediaman Sanya (kanan). Insert foto Atim Arta Ota.
OPTIMISTIS: Kasi Trantib Kecamatan Cariu, Amsori di kediaman Sanya (kanan). Insert foto Atim Arta Ota.

Kementerian Agama masih mencari dua jamaah yang hilang di Arab Saudi. Satu di antaranya merupakan warga Bogor bernama Atim Arta Ota (62), dan seorang lainnya Hadi Sukma Adsani (73), asal Tulang Bawang, Lampung.

Tak ada raut gelisah di wajah Sanya (53). Meski sudah ber­minggu-minggu tak bertemu, ia meyakini suaminya, Atim, masih hidup dan segera kembali pulang.
“Sampai sekarang saya yakin suami saya tidak hilang. Dia akan pulang, entah kapan waktunya,” kata Sanya, ditemui Radar Bogor di kediamannya RT 12/04 Kampung Cikole, Desa Kutamekar, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor.

Pasutri Atim dan Sanyah adalah jamaah haji rombongan Yayasan Darussolihin asal Bogor. Keduanya masuk dalam rombongan 04 kloter 56, di bawah pendampingan Sulaiman Syah dan kepala regu, Syahroni. Sanya masih mengingat jelas, insiden saat terpisah dengan sang suami, di Tanah Suci.

Dia bercerita, sebelum berangkat ke Tanah Suci, sang suami sempat berujar bahwa mereka harus berangkat hingga kembali bersama-sama (tidak meninggal di Saudi). Hanya saja, setiba di Jeddah, tepatnya di Masjidil Haram, syariat tak memperbolehkan mereka saling berdekatan. “Waktu salat, saya dan jamaah perempuan lainnya di saf (barisan, red) belakang. Sedangkan bapak-bapak di depan. Karena itu saya pisah dengan suami saya,” tuturnya.

Tak disangka. Salat pertama di Tanah Suci itu menjadi awal cerita hilangnya Atim. “Saat itu, saya dikasih kabar, suami saya hilang. Saya langsung minta tolong untuk dicarikan suami saya. Tapi gak ketemu-ketemu sampai kami harus tawaf,” tukasnya.

Usaha itu bukan kali terakhir. Kata Sanya, informasi intensif dari KBIH dan kedutaan Arab Saudi seakan menjadi pondasi keyakinan baginya. Untuk tetap mengimani kembalinya sang suami. “Pemerintah terus telepon saya. Beri kabar hasil pencarian suami saya,” ucapnya.

Sanya menilai hilangnya Atim menjadi ujian yang patut diterima dengan ikhlas. Hanya saja, ia mengaku kecewa dengan desas-desus suaminya menghilang karena bertapa untuk memper­oleh ilmu menghilang (Halimunan).

“Uyut suami saya memang orang alim (berilmu, red), tapi suami saya memang berniat ibadah pergi haji, bukan bertapa. Itu yang menjadi fitnah yang menimpa keluarga saya,” tukasnya.

Ia bercerita, suaminya adalah orang yang sangat peduli pada tetangga. Dengan bermodal kemampuan bertani, Atim mampu menghidupi keluarganya hingga menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi. “Dari hasil tani keluarga saya bisa hidup dan sekolah. Anak saya yang terakhir masih kuliah di Bandung,” ujarnya.

Kesaksian Sanya diperkuat oleh Amsori, Kasi Trantib Kecamatan Cariu. Amsori satu rombongan dengan Atim dan Sanya sejak awal pemberangkatan. Dia mengatakan, setibanya di Masjidil Haram, para jamaah diarahkan untuk salat Dzuhur. Saat itu, Amsori bersama Atim berada pada satu barisan.

Usai salat Dzuhur, para jamaah menggelar salat mayit. Saat itulah Atim mulai tak terlihat batang hidungnya. “Semua sedang fokus melihat Kakbah. Setelah salat Atim tak ada. Dan info dari jamaah perempuan yang ada di saf belakang, Atim menuju ke tempat wudu,” kata Amsori.

Para jamaah perempuan mengira, Atim meninggalkan rombongan karena hendak minum air zamzam. Namun hingga salat mayit selesai, dan ketua tim mengabsensi satu per satu jamaah, ternyata Atim tak ada. “Kami langsung inisiatif mencari Atim ke tempat wudu, sumur zamzam hingga seluruh area masjid. Beliau tak ditemukan,” akunya.

Lantaran agenda tawaf hendak dilak­sanakan, akhirnya para jamaah sementara waktu menun­da pencarian, serta menyerahkan pencarian pada perwakilan pemerintah. “Kami sudah mak­simal mencari. Bahkan, semua jamaah satu grup, dianjurkan berserah tiga sampai empat real untuk niatan agar Allah mem­bantu Atim agar dapat kembali ke rombongan,” ucapnya.

Tak hanya Atim, menurut Asmori, Sanya juga sempat nyaris hilang saat berada di Makkah. Saat itu Sanya salah mengambil rute Malaysia. Beruntung, ia diantar kembali ke rombongan jamaah oleh salah seorang jamaah Malaysia. “Istrinya sempat hilang. Kami cari dari subuh, dan alhamdulillah pukul 12 siang Nek Sanya kembali gabung dengan jamaah,” tukasnya.

Kabid Perlindungan Jamaah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kolonel Jaetul Muchlis menjelaskan, timnya menyusuri titik demi titik tempat tinggal jamaah haji di area Makkah dan Armina.

Dia mengatakan, selama musim haji 2017, dilaporkan ada 383 orang jamaah yang sempat terpisah dari rombongannya. Tetapi, hampir seluruhnya bisa ditemukan dan dikembalikan ke rombongan semula. Saat ini tinggal dua orang yang masih dicari oleh panitia haji. ’’Mohon doanya supaya bisa segera ditemukan,’’ tuturnya dari Madinah.(azi/d)