25 radar bogor

Alumni Protes Pemilihan BCR IPB

BOGOR–Dewan Pembina Himpunan Alumni (HA) IPB memprotes proses Pemilihan Rektor (Pilrek) IPB 2017-2022, yang sudah memilih enam bakal calon rektor (BCR).
Protes tersebut dilayangkan melalui surat terbuka yang ditujukan kepada Ketua Senat Akademik IPB dan anggota Senat Akademik IPB.

Anggota Dewan Pembina HA IPB, Iriana Ekasari Muadz mengatakan, pihaknya tidak mempermasalahkan siapa rektor terpilih nantinya. Namun, himpunan alumni menginginkan bahwa prosesnya benar, yakni scientific academic.

“Yang kami terima informasinya adalah proses seleksi di Senat Akademik (SA) IPB cenderung sudah didesain mengacu kepada satu kelompok tertentu atau perorangan. Mulai kriteria sampai skoring,” ujar Iriana kepada Radar Bogor kemarin (29/9).

Iriana mencontohkan soal kriteria kepemimpinan. “Ada parameter kriteria kepemimpinan yang secara parameter benar, tetapi isinya dinilai tidak benar. Karena itu, kami ingin SA membuka, mengenai parameter dan skoring,” kata dia.

Selain itu, himpunan alumni juga mempermasalahkan dibentuknya tim panitia ad hoc. Ada sebanyak 68 anggota SA, akan tetapi 13 di antaranya adalah BCR. “Jadi, tinggal 55, satu di antaranya meninggal, tinggal 54. Nah, dari 54 ini dibentuk panitia ad hoc, yang isinya hanya 13 orang. Kemudian 13 orang ini ditunjuk Ketua SA IPB. Jadi, tidak dipilih oleh 54 siapa yang layak masuk panitia ad hoc. Kan, kita bertanya-tanya kepada 13 orang itu,” bebernya.

Terlebih di IPB, menurut Iriana, jika melakukan sampling harus selalu membentuk dua panitia ad hoc. Itu agar hasilnya bisa dibandingkan antara panitia ad hoc 1 dan 2.

“Ini kan memilih rektor, bukan yang ecek-ecek. Memilih seorang rektor untuk menghasilkan puluhan ribu anak didik yang akan menjadikan wajah pertanian Indonesia, oleh karena itu kami sangat concern. Informasi yang kami dapat tidak hanya dari satu orang, tapi juga kami lakukan klarifikasi dari lainnya, dan itu dibenarkan,” urainya.

Meski demikian, Iriana mengaku bahwa pihaknya belum berko­munikasi secara langsung dengan ketua SA IPB. Di sisi lain, komunikasi sudah berusaha dijalin dengan SA IPB, sehari sebelum sidang pleno yang menghasilkan 6 BCR. Dan, dikatakan bahwa 24 BCR akan dibahas satu per satu saat sidang pleno.

“Nyatanya saat sidang pleno, panitia ad hoc mengajukan empat nama. Katanya, skoring sudah dilakukan dan menyatakan empat nama teratas tersebut. Makanya kami ribut. Di sidang pleno diberikan empat nama itu, tinggal disahkan. Harusnya kan dibuka dulu. Makanya saya bilang, oke kalau 54 anggota SA tidak mau periksa semua paper, ya, dibentuk dua dong tim ad hoc-nya agar tidak bias hasilnya,” jelasnya.

Himpunan alumni juga menginginkan satu proses diulang, yakni proses pemilihan seleksi di SA dengan menunjuk dua tim pantia ad hoc. “Kami juga paham, tidak mungkin meminta 54 profesor melihat satu-satu semua paper, meskipun itu tugas mereka. Bikin dua panitia ad hoc yang terpisah, tidak boleh berkomunikasi satu sama lain, dan hasilnya dibeberkan kepada sidang pleno.

Lalu kenapa, harus 13 panitia ad hoc-nya, sementara calonnya hanya 24. Idealnya 6 saja cukup, dong,” pungkasnya. Lalu, anggota SA lainnya di luar panitia ad hoc, seharusnya, kata Iriana, diberikan paper masing-masing BCR.

Terkait protes tersebut, sambung Iriana, Dewan Pembina HA IPB tidak menggugat enam nama BCR yang lolos. “Kita enggak ada harapan apa-apa, harapan kami satu-satunya proses ini diulang, supaya benar,” ujar dia.

Apakah nanti akan keluar nama yang sama, Dewan Pembina HA IPB tidak mempermasalahkan. Selain itu setiap anggota SA yang bukan tim ad hoc, kata dia, juga diberi bahan syarat-syarat pendaftaran masing-masing BCR.

“Sehingga mereka bisa secara random juga ikut membaca. Nanti 2 tim ad hoc, bisa presentasi masing-masing skornya top 6 atau top 10 dan dibahas di pleno. Jadi, proses seleksinya tidak bias, kredibel dan akuntabel,” urainya. Dia pun kembali menegaskan, pihaknya bukan ingin calon HA dari yang naik. Hanya, prosesnya menurut dia tidak benar.

Radar Bogor kesulitan menghubungi Ketua SA IPB Prof Tridoyo Kusumastanto melalui sambungan telepon. Adapun Sekretaris SA IPB, Prof Sudrajat enggan memberikan komentar. “Mohon maaf terkait PPR, silakan hubungi Prof Erika,” jawab Sudrajat kepada Radar Bogor kemarin (29/9).

Sedangkan Ketua PPR IPB, Prof Erica Laconi juga belum mau memberikan komentar. Dihubungi hingga tadi malam, Erica belum merespons. Untuk diketahui, enam BCR IPB sudah diumumkan Rabu (27/9) lalu. Mereka adalah Dr Agus Purwito, Dr Arif Satria, Prof Hermanto Siregar, Prof Luki Abdullah, Prof M. Yusram Massijaya dan Prof Yonny Koesmaryono.(wil/d)