25 radar bogor

Mulai Muncul Rekahan Kawah

KARANGASEM–Seiring meningkatnya aktivitas Gunung Agung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sudah melihat rekahan pada kawah gunung dengan ketinggian 3.142 mdpl itu. Kuat dugaan rekahan tersebut muncul lantaran desakan magma yang terdeteksi melalui gempa vulkanik dangkal, gempa vulkanik dalam, maupun gempa tektonik lokal.

Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Devy Kamil Syahbana menuturkan, rekahan pada kawah Gunung Agung tampak dalam satelit monitoring. “Di tengah kawah ada sobekan,” kata dia ketika diwawancarai di Pos Pantau Gunung Api Agung. Namun, pria yang akrab dipanggil Devy itu tidak merinci besar rekahan yang dia lihat. Yang pasti, itu menunjukkan bahwa energi magma gunung tersebut masih tinggi.

Karena itu, PVMBG menyatakan bahwa potensi erupsi Gunung Agung masih besar. Disamping rekahan yang mulai tampak pada kawah gunung tertinggi di Pulau Dewata itu, citra satelit juga mendeteksi hawa panas gunung yang berada di Karangasem itu meningkat. “Kami lihat citra panas meningkat signifikan,” jelasnya. Itu tampak pada area sekitar kawah dengan luasan sekitar 100–120 meter persegi.

Data PVMBG mencatat, asap kawah bertekanan lemah masih tampak. Meski dengan intensitas tipis serta ketinggian hanya 50 meter di atas kawah, itu tetap menjadi pertanda bahwa gejolak dalam perut Gunung Agung masih terjadi. “Mengindikasikan pegerakan magma menuju permukaan,” terang Devy. Untuk itu, perlu skenario yang baik guna menghadapi situasi terburuk.

Salah satunya dengan mengungsikan warga yang tinggal dalam radius 6 km, 9 km, maupun 12 km. Sebab, itu masuk dalam kawasan rawan bencana. Namun demikian, sampai kemarin masih ada warga yang beraktivitas di area tersebut. Misalnya, penambang pasir. Ketika Jawa Pos menyisir jalanan menuju Kecamatan Kubu yang tidak lain adalah zona aliran lahar, truk penambang pasir masih lalu lalang.

Bahkan, tidak sedikit yang sengaja diparkir di jalanan. Alhasil, satu ruas jalan habis untuk parkir truk. Lalu lintas pun tersendat. Jangankan mobil evakuasi, motor pun harus sabar menunggu. Dalam situasi darurat, kondisi itu bisa berdampak fatal. Tidak heran Menteri Perhubungan (Menhub)Budi Karya Sumadi meminta otoritas setempat segera bertindak. “Kami minta tertibkan,” tegasnya.

Kemenhub tidak punya kewenangan untuk menindak lantaran mereka fokus mengurus mobilitas evakuasi dalam radius 20 km di luar area yang jadi tanggung jawab Pemprov Bali. “Dari (Bandara Internasional) I Gusti Ngurah Rai,” jelasnya ditemui di GOR Swecapura kemarin. Untuk memuluskan tiga skenario evakuasi yang sudah dibuat, Kemenhub menyiapkan seratus bus di bandara tersebut.

Dari total seratus bus, Kemenhub mematok 30 bus untuk mengantarkan calon penumpang kembali ke Denpasar. Sedangkan 70 lainnya ke Pelabuhan Gilimanuk dan Pandang Bai. “Apabila (Gunung Agung) meletus, Bandara I Gusti Ngurah Rai tidak bisa beroperasi,” terang Budi Karya. Untuk itu, Kemenhub menyiapkan lebih dari satu skenario. Tentu saja seluruhnya dibuat demi keselamatan masyarakat.

Mantan direktur utama (dirut) PT Angkasa Pura II itu pun menekankan bahwa keselamatan masyarakat paling utama. Untuk itu, dia meminta masyarakat mengikuti instruksi petugas di lapangan. Sayangnya, masih ada masyarakat yang enggan menurut. Selain penambang pasir, ada juga masyarakat yang tetap nekat bolak-balik ke rumah mereka di zona berbahaya.

Mangku Samarya adalah salah satunya. Pria berusia 45 tahun itu berasal dari Desa Pempatan, Kecamatan Rendang Karangasem. Letaknya berada dalam radius 9 km dari puncak Gunung Agung. Namun, itu tidak lantas membuat Samarya ciut nyali. Meski sudah mengungsi, tidak jarang dia mendekat ke zona berbahaya. Kemarin Jawa Pos menemuinya di Pos Pantau Gunung Api Agung.

Padahal, pos pantau gunung tersebut berada tidak jauh dari zona berbahaya. “Penasaran saja, ingin tahu,” ucap Sumarya ketika ditanya soal alasannya datang ke pos itu. Meski data yang disampaikan oleh petugas di lokasi pengungsian sudah cukup lengkap, dia tetap ingin memastikan secara langsung. (syn/byu/lyn)