25 radar bogor

Wali Kota Larang Pelajar Nongkrong

BOGOR-Wali Kota Bogor Bima Arya kembali mendatangi sekolah yang siswanya terlibat dalam kasus tawuran ala gladiator. Setelah Senin (25/9) mendatangi SMA Budi Mulia, kemarin Bima berkunjung ke SMA Mardi Yuana, di Jalan Siliwangi, Sukasari, Kecamatan Bogor Selatan.

Di hadapan para siswa juga guru, Bima menegaskan bahwa penting bagi semua untuk memastikan pendidikan di Kota Bogor tidak terkontaminasi tradisi-tradisi yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai berlaku. “Jangan sampai ada pembiaran-pembiaran terkait hal itu,” tegasnya.

Bima mengajak semua guru yang mengajar di SMA Mardi Yuana mengambil hikmah dan menjadikannya sebagai pembelajaran bagi semua. Menurut Bima, semua yang terlibat dalam kasus tersebut, baik pelaku maupun korban, adalah korban. “Saya melihat anak-anak ini adalah korban. Korban karena pengaruh temannya, korban sosial media maupun korban dari film. Untuk mencegah jatuhnya korban-korban yang lain, mari kita rapatkan barisan untuk mengidentifikasi kenapa hal ini bisa terjadi,” cetusnya.

Di samping itu, Bima meminta para camat, lurah, Satpol PP dan Disdik Kota Bogor segera melakukan rapat koordinasi untuk menggelar razia minuman keras (miras) di seluruh warung yang berdekatan dengan sekolah. Sebab, penjualan miras sudah sangat mengancam generasi penerus bangsa.

“Ada faktor keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial. Mari kita dalami satu per satu, jadikan peristiwa sebagai yang pertama sekaligus yang terakhir di Kota Bogor,” ujarnya.

Di sisi lain, Bima juga akan segera menerbitkan surat edaran kepada pengelola mal, restoran dan kafe untuk membatasi pelajar bermain atau “nongkrong” di saat jam sekolah maupun jam setelah pulang sekolah. “Sifatnya imbauan, untuk melarang pelajar nongkrong di jam sekolah dan pulang sekolah,” kata Bima.

Larangan ini untuk melindungi dan mencegah pelajar-pelajar terlibat hal-hal yang dapat merugikan seperti tawuran dan perilaku menyimpang lainnya. Selain itu, Pemkot Bogor juga akan mengevaluasi kinerja Satgas Pelajar yang ada di Dinas Pendidikan. “Kemarin saya ke SMAN 7, jarak kurang lebih 50 meter dari sekolah ada penjual minuman keras lengkap segala merek,” kata Bima.

Bima juga akan memperkuat pembinaan di keluarga. Karena, berkaca dari banyak kasus melibatkan anak-anak terjadi karena perselisihan di keluarga. “Kita minta Dinkes, BPMKB dan semua lembaga terkait fokus melakukan pembinaan keluarga,” kata Bima.

Kepala SMA Mardi Yuana, Yohanes Mintarjo, mengaku sangat mendukung upaya kepolisian untuk menuntaskan kasus ini. Apa pun yang diperlukan untuk keperluan penyelidikan kasus tradisi bom-boman atau tawuran ala gladiator, SMA Mardi Yuana siap membantu.

Iwan, salah satu guru di SMA Mardi Yuana, menyebut bahwa kemampuan guru mengawasi anak didiknya terbatas karena jam pelajaran hanya berlangsung dari pukul 07.00–15.00 WIB di hari sekolah. Peristiwa bom-boman terjadi di luar sekolah di jam bukan sekolah. Hal tersebut di luar jangkauan guru dan juga sekolah.
“Anak bukan hanya tanggung jawab sekolah, tapi juga orang tua dan lingkungan. Kebanyakan masya­rakat sekarang cenderung cuek tidak mau peduli,” katanya.

Iwan berharap Pemkot Bogor dapat mendorong peran aktif masyarakat dan orang tua untuk ikut mengawasi anak-anaknya. Ketika anak terlambat pulang sekolah.
“Saya sering melihat anak-anak nongkrong di titik-titik tertentu. Di warung-waung, harusnya masyarakat ikut menegur, dan membubarkan,” kata Iwan.(*/rp1)