25 radar bogor

Gunung Agung ’’Terbangun’’ 50 Ribu Jiwa Terancam

MENGUNGSI: Beberapa warga di sekitar Gunung Agung terpaksa mengungsi di Balai Banjar Rendang Tengah, Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Karangasem, Kamis (21/9).AGUNG BAYU/BALI EXPRESS
MENGUNGSI: Beberapa warga di sekitar Gunung Agung terpaksa mengungsi di Balai Banjar Rendang Tengah, Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Karangasem, Kamis (21/9).AGUNG BAYU/BALI EXPRESS

JAKARTA–Empat hari setelah naik status dari waspada ke siaga, aktivitas vulkanik Gunung Agung masih tinggi. Menyusul 563 kali gempa vulkanik dalam yang terjadi pada Rabu (20/9), sampai tengah hari kemarin (21/9) terjadi 144 kali gempa serupa.

Selain itu, Pos Pengamatan Gunung Api Agung juga mendeteksi sepuluh kali gempa vulkanik dalam. Kondisi itu mendorong masyarakat kembali ke lokasi pengungsian. Berdasar data yang dihimpun oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah terdata 1.259 pengungsi.

”Pendataan pengungsi terus dilakukan. Jumlah pengungsi terus naik,” ungkap Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho kemarin. Menurut pria yang akrab dipanggil Sutopo itu, angka pengungsi terus naik lantaran belum semua laporan masuk.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mencatat delapan lokasi pengungsian. Lima di antaranya tersebar di Kabupaten Buleleng, dua di Kabupaten Karangasem, dan satu di Kabupaten Klungkung. Data sementara mencatat, pengungsi di Kabupaten Klungkung paling tinggi. ”Sebanyak 378 jiwa pengungsi yang berasal dari (Kabupaten) Karangasem,” tutur Sutopo.

Lebih lanjut, Sutopo mengungkapkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Agung yang naik beberapa hari belakangan menjadi alasan masyarakat mengungsi. Menurut mereka, aktivitas tersebut serupa dengan tanda-tanda letusan terakhir pada 1963. ”Gempa vulkanik yang sering terjadi saat ini mirip dengan kejadian sebelum Gunung Agung meletus 1963,” terang dia.

Data BNBP mencatat, tidak kurang 49.485 warga tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) 3. Selama ini mereka menetap di enam desa. Yakni, Desa Jungutan, Desa Buana Giri, Desa Sebudi, Desa Besakih, Desa Dukuh, seta Desa Ban. Lantaran berada di KRB 3, seluruhnya berpotensi terdampak apabila Gunung Agung meletus. ”Peme­rintah masih menyiapkan sarana dan prasarana pengungsian,” jelas Sutopo.

Langkah antisipasi itu dilakukan tidak lain agar mereka siap berhadapan dengan kondisi terburuk. Di samping delapan titik pengungsian yang sudah ditempati masyarakat, masih ada lokasi pengungsian lain yang juga disiapkan. Baik oleh pemerintah setempat maupun TNI dan Polri. ”Masyarakat diimbau untuk tetap tenang,” tegasnya.

Saat dikonfirmasi, Kapendam Udayana Kolonel Inf J. Hotman Hutahaean menyampaikan, instansinya sudah menurunkan dua ribu prajurit TNI. Mereka berasal dari berbagai satuan. ”Diperintahkan mempersiapkan lokasi pengungsian, membantu evakuasi, dan kebutuhan lainnya,” ucap Hotman. Mereka sudah bergerak sejak status Gunung Agung naik. ”Sampai waktu yang tidak ditentukan,” imbuhnya.

Menurut Hotman, Kodam IX/Udayana juga sudah berkoordinasi dengan BNPB, BPBD Bali, maupun Pemda Bali berkaitan dengan lokasi pengungsian. Mereka juga sudah menyebar tenda ke beberapa lokasi di Kabupaten Buleleng, Kabupaten Karangasem, maupun Kabupaten Klungkung. ”Kami juga sudah usulkan agar segera dibentuk tim khusus bekerja sama dengan Polri,” ucap dia.

Soal sarana dan prasarana evakuasi masyarakat, sambung Hotman, pihaknya sudah menyiapkan 30 truk. Semuanya siap dipakai untuk mengangkut pengungsi. ”Kendaraan lain seperti ambulans juga sudah siap,” kata Hotman. Guna mengantisipasi berbagai kondisi, seluruh satuan di bawah naungan Kodam IX/Udayana diperintahkan untuk bersiap diri.

Sementara itu, Kalak BPBD Klungkung I Putu Widiada menjelaskan bahwa jumlah pengungsi terus naik. Dia pun menyampaikan, beberapa kendala di lokasi pengungsian. ”Perlu tambahan MCK karena yang ada masih kurang kapasitasnya,” ungkap Putu. Tidak hanya itu, dia juga menyampaikan bahwa perlu lokasi pengungsian alternatif untuk memastikan seluruh pengungsi dapat tempat.

Putu menjelaskan, sejauh ini pengungsi yang data ke Kabupaten Klungkung diarahkan ke lokasi pengungsian di GOR Swecapura. ”Balai Budaya Ida I Dewa Istri Kanya dan posko di Lapangan Puputan Klungkung bisa jadi alternatif,” imbuhnya.

Dia pun sudah menampung aspirasi sejumlah pengungsi. Khususnya berkaitan dengan aktivitas belajar mengajara para pelajar yang ikut mengungsi.Sekitar pukul 15.47 WITA, pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Klungkung sudah ber­dialog dengan para peng­ungsi.

”Sementara dipertimbangkan untuk disalurkan ke sekolah terdekat (lokasi pengungsian),” ucap Putu. Lebih lanjut koordinasi juga dilakukan dengan pimpinan SKPD serta instansi lainnya. Termasuk di antaranya TNI dan Polri. Pejabat teras Provinsi Bali juga judah datang ke lokasi pengungsian.(syn/)