25 radar bogor

Warga Bojong Swadaya Pugar Makam Raden Santri

KEMANG–Semangat gotong royong warga Desa Bojong, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, dalam merawat cagar budaya terbilang tinggi. Hal itu ditunjukkan dengan pemugaran makam tokoh ulama setempat, Raden Santri Wijaya Kusuma yang dilakukan secara swadaya alias dengan mengandalkan partisipasi warga setempat.

Tokoh Desa Bojong, Zulkifli mengatakan, warga Bojong memugar makam Raden Santri Wijaya Kusuma sejak pekan pertama Agustus 2017. Pemugaran bangunan sudah selesai, kini tengah dilakukan pemasangan pagar.

Zulkifli bersama tokoh masyarakat Bojong lainnya, Ating, Kepala Desa Bojong Asep Saefudin, Kadus Khotib, para juru kunci, dan para tokoh agama yang berada di lingkungan Desa Bojong, menggalang donasi secara swadaya untuk memugar makam Raden Santri Wijaya Kusuma.

Tokoh masyarakat Kampung Bojong Hilir, Desa Bojong, Yusup Hanapi mengemukakan, bangunan makam yang identik dengan saung khas Sunda itu dalam lima tahun terakhir rusak berat. Atap yang berasal dari kirai sudah lapuk. Saat hujan saung makam yang lebih dikenal dengan sebutan “Keramat Pasarean” pun banjir.
“Raden Santri merupakan ulama yang berperan besar dalam penyebaran Islam di Desa Bojong dan wilayah Kecamatan Semplak pada zamannya. Pemugaran makam sebagai bentuk penghargaan atas jasa beliau,” ujar Yusup.

Kepala Desa Bojong, Asep Saefudin mengatakan, pemugaran bangunan makam Raden Santri Wijaya Kusuma yang dilakukan secara swadaya, menunjukkan tingginya kesadaran partisipasi warga desanya dalam membangun kampung halaman.

“Warga Bojong memiliki kesadaran partisipasi yang tinggi dalam merawat tempat bernilai sejarah. Kesadaran partisipasi ini perlu terus dipupuk dan diperluas pada semua aspek, untuk mewujudkan Desa Bojong menjadi lebih baik dan maju,” papar Asep.

Warga Kampung Sawah, Desa Bojong, Ahmad Fahir mengapresiasi kesadaran partisipasi warga Desa Bojong dalam merawat makam keramat Raden Santri Wijaya Kusuma.

“Partisipasi masyarakat merupakan faktor terbesar dalam pelestarian cagar budaya atau tempat bernilai sejarah. Berbagai penyuluhan pembangunan dilakukan pemerintah tujuannya tak lain untuk mendorong kesadaran partisipasi publik,” imbuh Fahir.

Tanah Makam Menggunduk

Makam Raden Santri Wijaya Kusuma dikeramatkan oleh warga setempat. Peziarah yang datang tidak hanya berasal dari Desa Bojong, namun banyak yang datang dari luar Bogor dan Jawa Barat. Keunikan pada makam ini terdapat gundukan tanah menggunung, yang diyakini warga timbul sebagai wujud keramat dari tokoh yang terbujur kaku di dalamnya.

Pada tahun 1970-an hingga tahun 1980-an ketinggian gundukan makam mencapai 3 meter. Dari tahun ke tahun gundukan pada makam terus menyusut, karena banyak diambil oleh peziarah yang datang. Kini gundukan tanah hanya tersisa sekitar 1 meter.

Ahmad Fahir yang juga Sekretaris Baraya Kujang Pajajaran (BKP) menegaskan, makam Raden Santri Wijaya Kusuma termasuk dalam kategori cagar budaya Desa Bojong, karena sang tokoh memiliki peran besar dalam membangun daerah setempat dan makamnya berusia lebih dari 50 tahun.

Kepala Desa Bojong, Asep Saefudin menambahkan, ke depan pihaknya akan lebih proaktif merawat makam keramat Raden Santri dan lokasi penting lain di desanya.

Sebagai situs atau cagar budaya bernilai sejarah, sambung Asep, keberadaan makam Raden Santri akan terus dilestarikan dengan mengoptimalkan berbagai potensi yang dimiliki. “Kita perlu menghargai jasa-jasa para tokoh terdahulu yang memiliki peran besar dalam membangun masyarakat,” demikian Kepala Desa Bojong, Asep Saefudin.(/*)