25 radar bogor

TOD Sukaresmi Pecah Kepadatan Ibu Kota

BOGOR–Inisiatif para developer properti mengembangkan kota terpadu di sekitar ibu kota, dianggap pengamat sebagai siasat yang baik untuk memecah kepadatan kota besar. Kare­nanya, pembangunan transit oriented deve­lopment (TOD) di Stasiun Sukaresmi Bogor diharapkan menjadi andalan untuk mengurangi beban kota utama, dan menumbuhkan ekonomi baru.

”Itu yang biasa disebut redistribusi fungsi. Sangat bagus karena dengan adanya sub-sub kota baru, fungsi kota utama dapat menyebar,” ujar pengamat perkotaan Yayat Supriyatna kemarin (12/9).

Untuk diketahui, delapan menara dengan 18 lantai akan dibangun di lahan seluas 6,5 hektare di ka­wasan Sukaresmi. Kedelapan ba­ngunan ini akan menjadi hunian se­kaligus pusat perbelanjaan bagi para komuter yang ter­integrasi dengan moda trans­portasi massal KRL. Pemerintah me­mastikan sebanyak 25-30 per­sen dari total 1.500 unit, diper­untukkan bagi masyarakat ber­penghasilan rendah (MBR).

Namun yang menjadi tantangan, lanjut Yayat, adalah bagaimana pengembang harus mampu memberi kualitas yang baik pada kota terpadu, mulai sisi kebutuhan dasar, transportasi, dan lingkungan. ”Jika tidak ada kebutuhan dasar, misalnya sekolah unggulan atau rumah sakit, kota satelit yang dibangun akan sebatas menjadi tempat tinggal, karena penghuninya tetap memilih pulang pergi ke kota utama seperti Jakarta atau Surabaya,” tambah Yayat.

Pengembangan kota terpadu juga diharapkan tidak tumbuh secara eksklusif, tetapi inklusif. Artinya, kawasan tersebut harus mampu mengakomodasi kelas menengah ke bawah yang notabene saat ini sangat mem­butuhkan hunian baru.

”Itu yang saat ini belum terwujud. Yaitu, pembangunan hunian bagi menengah ke bawah, khususnya di kawasan baru seperti kota terpadu. Padahal, jika suatu kawasan dapat mewadahi kelas menengah ke bawah, sekaligus membangun basic ekonomi yang baik di sana, dampaknya akan sangat bagus termasuk tentang penyerapan tenaga kerja,” tambah Yayat.

Menteri BUMN Rini Sumarno mengatakan, TOD salah satu solusi yang diberikan pemerintah agar transportasi publik di Kota Bogor menjadi lebih baik dan lebih nyaman. “Saya sudah berkali-kali melihat stasiunnya, memang sudah tidak memadai untuk penumpang yang 600 ribu sehari.

Kemudian kita cari solusi, kita harus bekerja sama, bersinergi, sehingga kita bisa melakukan pembangunan yang bisa menjadi kesatuan dari kehendak Pemerintah Bogor supaya transportasi publiknya bisa lebih baik dan lebih nyaman,” ujar Rini.

Saat ini, menurutnya, seluruh perizinan dapat segera disele­saikan, sehingga groundbreaking TOD di Stasiun Bogor bisa dilakukan 5 Oktober 2017. Ia berharap tidak sampai 24 bulan, proyek TOD ini bisa selesai.

Sementara itu, Direktur Utama PT Waskita Karya (Persero) Tbk M Choliq mengaku, pemba­ngunan TOD merupakan model bisnis baru bagi pihaknya. Yaitu, memanfaatkan tanah-tanah yang dimiliki PT KAI untuk memiliki nilai-nilai komersial. “Kami berharap sebelum Oktober 2019 bisa diresmikan proyek tersebut,” ujarnya.

Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, Kota hujan butuh percepatan pemba­ngunan untuk menanggulangi arus komuter yang semakin tinggi. Yakni mencapai 600 ribu komuter per hari. Pihaknya siap mengawal pembangunan TOD ini.

”Pemerintah Kota Bogor beserta jajarannya sangat siap. Tinggal bagaimana kami dengan kementerian dan PT Waskita mengatur siapa mengerjakan apa. MoU ini menjadi dasarnya,” pungkasnya.

Selain itu, MoU juga menye­pakati pembangunan Stasiun Sukaresmi yang selama ini mangkrak. Bima mengatakan, Pemkot Bogor telah melakukan pembebasan lahan di Kelurahan Sukaresmi untuk area pembangunan stasiun.

Sebelumnya, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor Ade Sarip Hidayat mengatakan, guna mengantisipasi penumpukan penumpang saat pelaksanaan pembangunan TOD di kawasan Stasiun Bogor, perlu terlebih dahulu merampungkan Stasiun Sukaresmi yang berlokasi di Kelurahan Sukaresmi Kecamatan Tanahsareal.(agf/rp1/c)