25 radar bogor

Inovasi IPB Kurang Dilirik Industri

DISERBU: Expo IPB yang berlangsung di Botani Square ramai dikunjungi pengunjung. Nelvi /radar bogor
DISERBU: Expo IPB yang berlangsung di Botani Square ramai dikunjungi pengunjung. Nelvi /radar bogor

BOGOR – Setiap tahunnya, puluhan inovasi diciptakan Institut Pertanian Bogor(IPB). Namun, masih sedikit inovasi dapat diproduksi secara massal di tingkat industri. Diharapkan, melalui expo IPB dapat merangsang industri untuk diproduksi secara massal.

Hal tersebut dipaparkan Direktur Riset dan Inovasi IPB, Prof Iskandar Siregar Zulkarnain, saat membuka expo IPB dalam rangkaian Dies Natalis ke–53 IPB di Botani Square, yang berlangsung sejak Jumat (8/9) hingga Minggu (10/9). “Yang kami tampilkan ada beberapa golongan, mulai dari alumni IPB bidang pertanian yang juga berwirausaha di bidang pertanian. Dan itu semua berbasis teknologi,” beber Iskandar.

Untuk diketahui, Expo Inovasi dan Kewirausahaan atau IPB Innovation and Entrepreneurship Expo (IIEE) 2017 bukan yang pertama dan sudah masuk seri ketiga. Yang pertama adalah IPB Investment Summit dan yang kedua IPB Open Innovation Expo.

Iskandar menuturkan, total seluruh inovasi yang ditampilkan ada 45 karya. Sedianya, goal dari IIEE 2017 adalah untuk menunjukkan bahwasanya kampus tidak hanya soal pendampingan atau menghasilkan SDM yang kompeten. Terlebih, mutu IPB cukup tinggi, baik di level nasional maupun internasional.

“Intinya, kita ingin mengajak seluruh komponen penelitian untuk bisa. Sekarang istilah terkenalnya hilirisasi, tidak berhenti teknologi itu dalam bentuk prototype di lab. Tapi yang sudah masuk skala industri, yang ujung-ujungnya ke dalam pengembangan ekonomi,” urainya.

Iskandar juga mengatakan, jika saja jumlah para inovator banyak, bisa dibayangkan lapangan usaha yang muncul. Meski setiap inovator yang berwirausaha hanya memiliki 5-7 orang karyawan, tapi dari segi pemasaran sudah menggunakan media sosial (medsos), pun memiliki e-commerce sendiri. Jika ini bisa diperbanyak di Indonesia, maka kekurangan lapangan kerja di Indonesia bisa tertangani.

“Jadi, ini ada tahapannya, tingkat kesiapan terapan teknologinya, dan kita selalu melakukan seleksi dari database yang jumlahnya banyak, kemudian terpilihlah 13 inovasi terbaik yang mendapat penghargaan, “ katanya.

Dilihat dari ratusan inovasi yang diciptakan IPB, untuk mengimplementasikannya ke pasaran, diakui Iskandar masih menemui kendala. Semisalnya, banyak bottleneck saat akan melakukan hilirisasi. Sebab, jika sudah masuk hilirisasi, artinya sudah sampai ke user. Di mana perlu ada standar-standar yang harus dibangun. “Industri tentunya akan melihat kesiapan. Karenanya pada event ini juga akan diadakan forum bisnis,” ucapnya.

Iskandar juga menyebut soal hak paten yang dikelola oleh IPB. Sebab, setiap inovasi yang berbasis teknologi sudah wajib didaftarkan hak patennya. “IPB kan menjadi sentra hak paten dua tahun berturut-turut. Jadi, yang dilakukan kita ini sudah on the track, tinggal mem­butuhkan dukungan sehingga bisa lebih banyak lagi,” tandasnya.(wil/c)