25 radar bogor

Myanmar Pasang Ranjau di Perbatasan

DERITA: Anak-anak Rohingya melintasi pagar perbatasan Bangladesh-Myanmar saat mereka memasuki Bangladesh di Bandarban, sebuah wilayah di bawah otoritas Cox’s Bazar, Bangladesh, (29/8).
DERITA: Anak-anak Rohingya melintasi pagar perbatasan Bangladesh-Myanmar saat mereka memasuki Bangladesh di Bandarban, sebuah wilayah di bawah otoritas Cox’s Bazar, Bangladesh, (29/8).

KANTOR berita Reuters melaporkan tentara Myanmar memasang ranjau-ranjau darat dekat perbatasan Bangladesh, di jalur yang dilalui etnis Muslim Rohingya mengungsi. Ledakan-ledakan ranjau ini telah memakan korban Rohingya yang kabur dari pembantaian tentara.

Reuters mendapat laporan itu dari dua sumber pemerintahan di Dhaka, Bangladesh, Selasa (5/9). Mereka mengatakan, ranjau itu kemungkinan dipa­sang tentara untuk mencegah pengungsi Rohingya kembali ke Myanmar.

Saat ini ada 125 ribu pengungsi Rohingya di Bangladesh. Mereka berjalan kaki berhari-hari untuk mencari aman dari pembantaian tentara. Desa-desa mereka dibakar, anak-anak dan bayi turut jadi korban tewas.

Sumber Reuters menolak menyebut identitas karena masalah ini sangat sensitif. Dia mengatakan, Bangladesh telah secara resmi melayangkan protes kepada pemerintah Myanmar karena ranjau diletakkan terlalu dekat ke perbatasan.

“Mereka meletakkan ranjau darat di wilayah mereka sepanjang pagar kawat berduri, di antara tiang-tiang perbatasan,” kata sumber Reuters.
Dalam berbagai foto yang diunggah Reuters, kawat berduri ini bukan penghalang warga Rohingya kabur ke Bangladesh. Walau telanjang kaki, mereka bisa melalui kawat yang sebagian besarnya bercelah ini.

Sumber Reuters mengatakan, pemerintah Bangladesh tahu soal pemasangan ranjau berdasarkan bukti-bukti foto dan laporan informan.

“Tentara kami melihat tiga atau empat kelompok yang bekerja dekat pagar kawat berduri, mereka meletakkan sesuatu di tanah. Kami kemudian mengonfirmasi laporan informan yang mengatakan itu adalah ranjau darat,” ujar sumber.

Sebelumnya polisi perbatasan Bangladesh, Manzurul Hassan Khan mengatakan, terjadi dua ledakan pada Selasa lalu di sisi Myanmar. Dua ledakan juga terjadi pada Senin, semakin menguatkan dugaan Myanmar memasang ranjau darat.

Seorang bocah hancur kakinya pada ledakan Selasa. Dia lalu dilarikan ke Bangladesh untuk menjalani perawatan. Sementara seorang bocah lainnya mengalami luka ringan akibat ledakan itu.

Seorang pengungsi Rohingya merekam lokasi kejadian dan menemukan lempengan besi berdiameter sekitar 10 cm, tertanam di tanah. Dia juga melihat dua benda serupa di sekitar tempat itu. Dua pengungsi Rohingya lainnya kepada Reuters mengaku melihat tentara Myanmar di lokasi itu sebelum ledakan terjadi.

Militer Myanmar tidak mengomentari laporan Reuters tersebut. Namun, juru bicara Aung San Suu Kyi, Zaw Htay, pada Senin lalu malah menyalahkan teroris yang telah meledakkan ranjau itu.

Imigrasi Angkat Tangan soal Pengungsi di Puncak

Di bagian lain, perhatian yang tertuju pada etnis Rohingya di Bangladesh seakan melupakan para pengungsi yang sudah berada di Indonesia. Seperti diberitakan Radar Bogor kemarin, Harun Rasyid (26) pengungsi Rohingya di kawasan Puncak, hidup mengenaskan di dalam sebuah gerobak kayu.

Penelusuran Radar Bogor, keberadaan Harun bahkan tidak terdeteksi pemerintahan desa setempat yakni Desa Batu Layang, Kecamatan Cisarua. Jumat (8/9) besok, ia akan kembali ke Puncak membawa kerabat yang kini juga telantar di kawasan Depok, Jawa Barat.

“Saudara saya, Muhammad Yunus (29). Tinggal dengan empat orang di Depok. Bekerja di pasar,” tutur Rasyid kepada Radar Bogor, melalui bantuan penerjemah yang juga pengungsi dari Bangladesh.

Soal nasib para pengungsi yang terlunta, Imigrasi Bogor mengaku tak dapat berbuat apa-apa. Kepala Seksi Pengawasan dan Penin­dakan pada Kantor Imigrasi Kelas I Bogor, Arief Hazairin Satoto mengaku hanya mengetahui seluruh pengungsi Rohingya sudah pergi dari kawasan Puncak. Mereka dikabarkan menyebar ke wilayah Depok dan Jakarta.

“Mereka ke dekat Universitas Pancasila. Mungkin penyebabnya tidak nyaman dengan pengungsi Timur Tengah di Puncak,” ujar pria yang akrab disapa Toto itu kepada wartawan.

Toto mengatakan, Imigrasi tidak memiliki kuasa untuk menempatkan para pengungsi Rohingya. Hanya saja, jika dimungkinkan, Imigrasi dapat memulangkan mereka dengan suka rela.(don/ric/kum/c)