25 radar bogor

Menpora Siap Tanggung Jawab

KUALA LUMPUR–Perjalanan Indonesia di SEA Games 2017 sudah rampung. Posisi Indonesia di peringkat klasemen perolehan medali akhir tidak beranjak dari posisi kelima dengan 38 emas, 63 perak, dan 90 perunggu.

Satu pihak yang bertanggung jawab atas problem yang dihadapi adalah Kemenpora. Segala sumber pendanaan pembinaan atlet elite berasal dari kantong Kemenpora. Adapun Satlak Prima dalam hal ini adalah tim teknis pelaksana sekaligus mempersiapkan grand design prestasi olahraga nasional.

Lantas, siapa yang harus bertanggung jawab? Kemenpora atau Satlak Prima? Dalam hal ini, Sesmenpora Gatot S Dewa Broto menegaskan bahwa pihaknyalah yang seharusnya bertanggung jawab.

“Kalaupun ada yang disalahkan itu kami,” ujarnya. Sedangkan, kinerja Satlak Prima memang tidak optimal karena jalur distribusi anggaran yang belum maksimal. Pola pencairan anggaran dengan mekanisme yang baru menjadi problem utama.

Berbeda dengan satu dekade tahun yang lalu, di mana KONI juga masih dilibatkan untuk pembinaan atlet elite. Prosedur yang beribet tersebut akhirnya berdampak pada persiapan atlet pelatnas.

Di sisi lain, komunikasi antara Satlak Prima dengan Pengurus besar (PB) cabor juga tidak berlangsung mulus. Ada cabor yang mendapatkan bantuan tim dari Prima ada pula yang menjalankan pelatnas terpisah.

Perhatian pemerintah dan Satlak Prima kepada atlet pelatnas juga menjadi persoalan tersendiri. Eko Yuli Irawan, lifter andalan Indonesia, menyebutkan bahwa dirinya belum pernah mendapat­kan kunjungan tim Prima.

Sementara Menpora Imam Nahrawi bertanggung jawab penuh atas buruknya prestasi kontingen Indonesia di SEA Games 2017. Imam mengatakan akan melakukan evaluasi total usai SEA Games 2017.

”Wajar kita semua prihatin dengan hasil ini dan saya pun harus mohon maaf. Saya bertanggung jawab terhadap ini semua dan sudah pasti ini akan menjadi evaluasi total kami,” ujar Menpora dikutip dari Antara.(nap/irr/byu/wan)